Di pinggir megahnya Kota Jakarta. Di sebuah kampung kecil yang ramai dan padat. Hiduplah seorang wanita, budi nya baik, tuturnya lembut, prangainya ceria dan ramah. Ia berambut hitam panjang, bertubuh tinggi dengan badan molek, dan kulitnya yang kuning langsat membuatnya elok saat dipandang. Ia sangat berprestasi, seorang pemain basket hebat di sekolahnya, pemain biola yang handal, dan namanya yang selalu muncul di 10 besar ranking akademik siswa satu angkatan, yang membuatnya cukup terkenal di sekolahnya.
Karina Aurora Chandra namanya. Lahir dari keluarga sederhana namun sebenarnya berkecukupan untuk membeli apapun. Lahir dari ibu yang merupakan seorang bidan desa, dan ayah yang merupakan seorang pengusaha baju. Tumbuh besar ditemani oleh 2 kakak laki lakinya yang sama berprestasinya dengan Karina .
Dengan segala yang Ia punya pada dasarnya manusia memang memiliki porsi bahagia nya masing masing. Tidak melulu soal prestasi, harta, jabatan, atau kebahagiaan – kebahagiaan lain yang ada pada mimpi mimpi orang yang kurang bersyukur. Kenyataannya, yang terlihat sangat baik di luar, bisa jadi paling rapuh di dalam.
Karina wanita yang terlihat sangat sempurna itu nyatanya memiliki berbagai cabang masalah dari dalam keluarganya.
***
“Mas, bulan ini kita belum bayar cicilan mobil.” Suara nya sangat halus.
Karina tau itu suara ibunya, Karina tau keluarganya sedang mengalami krisis ekonomi.
Ayah Karina tiba tiba saja bangkrut, membuat Ia harus menahan semua keinginannya untuk membeli ini dan itu yang sebenarnya Ia perlukan. Ditengah keadaan yang runyam kala itu, ada satu rahasia dari Ayahnya yang terbongkar.
Tiba tiba saja datang seorang wanita ke kediaman keluarga Karina, yang Karina kira wanita itu berusia sekitar 30 tahun an, hal itu bisa dilihat dari kontur wajahnya yang belum banyak keriputnya. Wanita itu datang bersama anak perempuannya yang berusia 9 tahun.
Wanita itu dipersilahkan masuk kedalam rumah oleh Ibu Karina. Saat itu ayah Karina sedang pergi membeli sesuatu. Wanita itu dan Ibu Karina berbincang, entah apa yang mereka sedang perbincangkan. Karina mengajak main anak perempuan yang di bawa wanita itu sambil memberikannya 1 buah eskrim coklat. Yang Karina tau saat wanita itu ingin pergi, Ibunya memberikan wanita itu sejumlah uang.
Tak lama dari kepergian wanita itu, Ibu menangis sejadi jadi nya tanpa suara. Karina tau ada yang ga beres. Karina tau kalau sudah menangis gini pasti ada kaitannya dengan Ayah. Karina selalu tau kejelekan ayahnya. Karina tau ayahnya selalu taruh handuk di atas kasur, ayahnya tidak pernah merapihkan bekas makannya, dan ayahnya selalu mencium kaus kaki sebelum digunakan. Karina paling tau bahwa ayahnya seorang penyuruh yang handal, suruh Karina ranking kelas, suruh Karina bisa ini, suruh Karina bisa itu, suruh Ibu ini suruh Ibu itu. Ayahnya memang selalu begitu dan Karina memakluminya.
Tapi yang satu ini Karina baru mengetahuinya, rahasia yang mungkin disimpan serapat rapatnya oleh Ayahnya itu, tetapi pepatah mengatakan sepintar pintar bangkai ditutupi bau nya tetap tercium juga.