Nona,
Sekarang,aku  tengah tenang mencintainya dalam hening. Tak peduli, seberapa banyak orang mencintainya. Tapi, biarkan Aku menikmati cinta ini dalam kesendirian. Biarkan aku dan Tuhan yang tahu soal perasaan ini padanya.Â
Kamu kira aku ingin merebutnya darimu kan nona? Padahal Aku lebih ingin membangun istana untuk ayah ibuku. Sebab, Aku dan kelima saudaraku hanya tinggal di gubuk kecil. Nanti, sebelum aku pergi. Â Aku ingin membangun istana pada keluaragku dulu nona. Tidak perlu besar! Karena kami tidak serakah seperti para koruptor itu. Sederhana, tapi itu penuh makna.Â
Kamu kira aku mengejar-ngejarnya kan nona? Padahal Aku sedang  sibuk mengejar waktuÂ
Nona, Aku tidak tahu kapan waktu akan berkhianat padaku. Saat ini, Aku tengah berpacu dengan usia kedua orangtuaku. Berpacu pula dengan  usia kelima Adik-adiku. Aku masih berpikir,  bagaimana caraku mengurus ke lima adikku itu. Maklum nona, Aku anak pertama.  Nanti, kalau Ayah ibu tak bersama kami. Siapa lagi yang akan mengurus Adik-dikku? Hanya aku kan nona?
Bukan itu saja nona. Masa depan yang paling nyata. Maksudku, maut sudah sibuk menghantuiku. Lantas  bagaimana kau bisa berpikir, Aku ingin merebutnya darimu?Â
Nona, tenang lah! Minum lah dulu segelas air putih. Atau, berwudulah dulu. Agar pikiranmu bisa jernih.
Biar ku kasih tahu sebuah rahasia padamu nona. Tolong nona! jangan berpikir dia hanya milikmu. Â Sebab, kamu, Aku, dan seluruh apa yang ada di Langit dan di bumi berserta isinya adalah milik sang pencipta.Â
Maka nona, itu sesuka hati  pencipta,  Dia ingin Naza dengan siapa.  Makanya nona,  jangan sibuk! Untuk melabrakku, mengirimkan kalimat tidak penting padaku, dan mengatakan sesuatu yang menyakitiku. Karena itu tak berpengaruh padamu nona. Padaku juga, buat apa aku terpengaruh dengan ocehanmu.Â
Nona,aku sarankan Jangan sibuk mengejar-ngejarnya. Dia hanya akan risih dengan perilakumu itu. Aku saja sudah semuak ini padamu nona.Â
Rayu saja Tuhan nona, biar Tuhan kasihan padamu. Agar dia menyatukan kamu dan Naza. Â Agar kau tak menyuruhku menjauhinya. Kalau Tuhan yang bertindak, jangankan mendekat. Tuhan pun bisa menghapus memoriku tentangnya. Â