Mohon tunggu...
Rahmatul Ummah As Saury
Rahmatul Ummah As Saury Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Editor Lepas. Nge-blog di www.ru-blog.com

Ingin menikmati kebebasan yang damai dan menyejukkan, keberagaman yang indah, mendamba komunitas yang tak melulu mencari kesalahan, tapi selalu bahu membahu untuk saling menunjuki kebenaran yang sejuk dan aman untuk berteduh semua orang.. Nge-blog di www.ru-blog.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan yang Hilang Bersama Senja

23 November 2017   05:27 Diperbarui: 23 November 2017   05:49 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga suatu waktu.

 "Menikmati rindu," jawabnya ketika ku tanya sedang apa,

"Meski matahari tak selalu bercahaya lembut dan angin laut tak selalu bersahabat?" Aku sengaja tak berbasa-basi menanyakan nama dan riwayat kehidupannya.

"Ya!" Jawabnya singkat.

Lama Ia memberi jeda pada pertanyaan tak lagi terlontar, karena jawaban pendek terebut. Hingga akhirnya Ia bicara, bukan kepadaku, tetapi pada laut, pada riak gelombang.

Rindu baginya tak harus terbayar lunas, rindu harus selalu di rawat karena rindu adalah bagian dari keindahan cinta. Langit dan Bumi adalah pasangan yang merawat rindu dan cinta dengan setia, tak pernah berpikir harus bertemu. Samudera yang mengagumi cahaya purnama, acapkali diganggu mendung dan awan sehingga tak bisa memantulkan kilau rindu, dan tentu saja itu tak mengurangi kelapangan dan kedalaman cintanya, begitulah panjang lebar Ia bercerita soal rindu, tanpa sedikitpun menghadapkan wajahnya ke arahku.

"Jadi, kenapa harus terburu-buru hendak bertemu. Membunuh rindu itu bahaya!" Tegas Mashitoh, kali ini aku merasa dia mengajakku bicara.

"Biarkan ia membiru karena kedalamannya, seperti laut. Ya, seperti laut!"

Matanya tajam seolah hendak menggambarkan kedalaman rindunya.

"Entah kepada siapa?" Batinku, tanpa sedikitpun ada nyali untuk bertanya.

"Setiap orang punya cara berbeda menikmati rindu. Seperti daun-daun pohon yang tumbuh di sepanjang tepian pantai ini, jatuh ke laut, meliuk-liuk di udara sebelum berakhir di bibir pantai karena dihempas ombak, bagi sebagian orang barangkali itu adalah momentum tak penting untuk dinikmati, tetapi bagiku; Aduhaiii..., itu adalah keindahan. Bagaimana daun menjaga kesetiaan hingga menua, atau dipaksa angin untuk terpisah dari ranting, hingga akhirnya ia terhempas tak berdaya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun