Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Candik Ayu di Pucuk Bumi

29 November 2022   15:20 Diperbarui: 29 November 2022   15:36 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

**

Empat anak muda duduk berjajar menghadap cakrawala. Semburat jingga mendominasi atmosfir di hadapan mereka yang membelakangi gelap di sisi lainnya. Hamparan keemasan mewarnai pucuk-pucuk pohon yang tampak merayap lambat menyisakan warna kelabu. 

Sigit dan Riko sibuk ber-selfie ria dengan tongsisnya. Woro merapatkan duduknya pada Wanto yang menyambut dengan rentangan tangan. Mereka membalas lambaian sang surya pada penampakan terakhirnya di ujung hari. 

"Semoga saja tetap seperti ini," ucap Woro dalam sandarannya. 

"Ya, enggak mungkin. Gelap akan selalu ada," sanggah Wanto, pelan.

"Aku berharap, dataran kecil ini tidak menampakkan kerlip lampu-lampu. Biarkan tetap luas terpampang, alami." Woro menegaskan ucapannya. Tanpa make up, wajah lonjongnya tampak hitam manis dengan hidung bangir dan alis tebalnya.

"Owh, setuju. Lampu-lampu membuat cahaya hakiki berangsur lenyap. Mestinya gelap di permukaan bumi cukup berhias taburan bintang. Tapi ... cukuplah satu bintang buat aku," kata Wanto tersenyum sambil menekan dagunya pada ubun-ubun kekasihnya. 

Sigit memperlihatkan hasil mengintainya, "Coba perhatikan," ucapnya pada Woro.

"Ini sebelah mana?" tanya Woro penasaran.

"Itu! Sekarang mulai memudar," jawab Sigit menyesalkan garis pada langit sebelah kiri mereka yang tak lagi utuh.

"Spektrum cahaya emas. Bidadari sudah membereskan anak-anaknya dengan membawa mereka masuk ke ruang kaputren ... katanya, sih." Woro menanggapi dengan semringah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun