Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Candik Ayu di Pucuk Bumi

29 November 2022   15:20 Diperbarui: 29 November 2022   15:36 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalo gue, dulu, pasti udah di suruh masuk rumah. Sekarang, mah, gak kepake lagi kayaknya. Akhirnya, songong meliputi para junior. Bocah korengan yang setan gak lagi perlu merasuki, udah auto jadi membership." Riko angkat bicara.

"Iya, gue setuju. Walaupun gue gak alim banget, tapi soal pandangan orang-orang tua kita banyak benarnya. Sayangnya orang dulu gak bisa menjabarkan lebih jauh tentang apa-apa yang mereka yakini. Kita Cuma dituntut untuk menurut saja tanpa berpikir kritis." Sigit melengkapi pendapat kawan-kawannya. Tak seberapa lama dia bangkit mendahului, menuju gelaran terpal biru.  

Riko menyusul, meninggalkan dua sejoli tanpa pamit. Sepertinya Wanto dan Woro paham benar dengan dua temannya. Mereka pun menyingkirkan diri ke sisi tenda. Tempat yang tadinya mereka duduki kini menjadi arah bagi Riko dan Sigit menghadap Tuhannya. 

Awal malam yang sempurna. Balutan kesunyian yang menentramkan.

SEKIAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun