"Kalo gue, dulu, pasti udah di suruh masuk rumah. Sekarang, mah, gak kepake lagi kayaknya. Akhirnya, songong meliputi para junior. Bocah korengan yang setan gak lagi perlu merasuki, udah auto jadi membership." Riko angkat bicara.
"Iya, gue setuju. Walaupun gue gak alim banget, tapi soal pandangan orang-orang tua kita banyak benarnya. Sayangnya orang dulu gak bisa menjabarkan lebih jauh tentang apa-apa yang mereka yakini. Kita Cuma dituntut untuk menurut saja tanpa berpikir kritis." Sigit melengkapi pendapat kawan-kawannya. Tak seberapa lama dia bangkit mendahului, menuju gelaran terpal biru. Â
Riko menyusul, meninggalkan dua sejoli tanpa pamit. Sepertinya Wanto dan Woro paham benar dengan dua temannya. Mereka pun menyingkirkan diri ke sisi tenda. Tempat yang tadinya mereka duduki kini menjadi arah bagi Riko dan Sigit menghadap Tuhannya.Â
Awal malam yang sempurna. Balutan kesunyian yang menentramkan.
SEKIAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H