"Dari masjid pak, shalat malam" jawab Sandri  Â
"Itu bawa apa nak?"
"Oh ini, kitab pak" Sandri menjawab sekenanya
"Kok besar sekali kitabnya" cecar Pak Toro
"Iya ini Pak, kita besar, kitab Quran" Sandri masih beralibi
"Quran kok ada cekernya?" desak Pak Toro yang tiba-tiba melihat ceker ayam keluar dari kotak dikempitan sang menantu.
Di saat bersamaan, puluhan orang yang sebagian merupakan jamaah masjid menggeruduk rumah Pak Toro. Mereka mengejar maling yang mencuri ayam jago rumah samping masjid, dan sang maling larinya kea rah rumah Pak Toro.
Mendapati hasil curiannya muncul tanda sial, dimana ceker ayam keluar dari krusu yang dikempitnya, dan rasa takut karena grudugan jamaah masjid yang akan menangkapnya, baying-bayang hukuman dan scenario penyaruannya sebagai santri terbongkar, dengan pasrah dia berucap: "Innalillahi cekernya mrojol".
Kiai Joko beserta para jamaah akhirnya mengamankan Sandri untuk diserahkan ke Polsek terdekat. Di perjalanan, ia menasihati: "Serapat-rapatnya bangkai disimpan, akan tercium juga bau busuknya. Sepandai-pandainya kamu bohong, akan ketahuan juga. Jangan lah kamu gunakan segala cara dalam mencari rejeki dan mendapatkan kekuasaan"
"Sandri, kamu itu bukan santri, lalu untuk apa kamu nyaru jadi santri dengan cara bohong dan mencuri demi ambisi?" pungkas Kiai Joko sambil menyerahkan Sandri ke kepolisian untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H