Mohon tunggu...
Rahmat Sahid
Rahmat Sahid Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis

Wong Kebumen, ceker nang Jakarta, kandang nang Bekasi, Penulis Buku Sisi Lain pak Taufiq & Bu Mega, Penulis Buku Ensiklopedia Keislaman Bung Karno

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandri: Maling Nyaru Santri

17 Januari 2019   12:16 Diperbarui: 17 Januari 2019   12:40 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagaimana caranya saya bisa menjadi menantunya Pak Toro dan Bu Tiwi" gumam Sandri dalam perjalan pulang ke kontrakan.

Sesampainya di kontrakan, ia tiduran tanpa mempedulikan kaos oblong dan celananya yang sedikit lembab karena rintik hujan dalam perjalanan. Yang ada di kepalanya hanya scenario bagaimana bisa menguasai harta Pak Toro dan Bu Tiwi, sekaligus menyunting putri cantiknya.

Keesokan harinya, sinar matahari yang masuk lewat jendela kontrakan menjadi penggugah tidur Sandri. Ia lantas masuk kamar mandi, gosok gigi, cuci muka, dan membasahi rambut, lalu beranjak pergi lagi sambil menyisir rambut dengan tangannya. Ia menuju sebuah took di pinggiran Pasar Tanah Abang. Dibelinya satu sarung, satu baju koko, satu peci, satu botol kecil minyak kastury, dan sejumlah kitab kuning. Entah kitab apa namanya, karena Sandri juga tak bisa baca huruf arab, terlebih Arab gundul di kitab kuning yang dibelinya. Lalu ia pulang kembali ke kontrakan, kali ini menyempatkan mandi.

"Misi ini harus berhasil, agar bisa ubah nasib, dan naik derajat" gumamnya.

Dengan setelan sarung, berbaju koko dan berpeci, kemudian dia oleskan minyak kastury di bajunya, dengan langkah mantap ia menuju ke rumah yang semalam diintai untuk digasak hartanya. Tetapi, kali ini misinya sudah berbeda. Dengan skenario yang sudah ia pikirkan menjelang tidur tadi malam, ia putuskan untuk melamar Dewi Sri.

 "Assalamualaikum...." Sandri dengan ucapan mantap disertai ketukan pintu

"Waalaikumsalam...." Jawab Bu Tiwi sambil membukakan pintu.

"Pak, ada tamu ini" kata Bu Tiwi seusai mempersilahkan tamunya duduk di ruang depan.

"Perkenalkan Pak, Bu, saya yatim piatu dari pulau seberang, yang sejak kecil sudah dititipkan di Pondok Pesantren di Jawa Timur. 15 tahun saya ngaji dan sempat membantu ngajar di pondok, saya memutuskan untuk mencari tantangan baru di Jakarta" kata Sandri mengawali perkenalannya.

"Barangkali di sini, Bapak dan Ibu ada yang bisa saya bantu sambil saya mencari pekerjaan" tambahnya.

"Sebentar ya nak Sandri.." kata Pak Toro, sambil menarik tangan istrinya untuk masuk ke ruang tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun