Mohon tunggu...
Rahmat Sahid
Rahmat Sahid Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis

Wong Kebumen, ceker nang Jakarta, kandang nang Bekasi, Penulis Buku Sisi Lain pak Taufiq & Bu Mega, Penulis Buku Ensiklopedia Keislaman Bung Karno

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandri: Maling Nyaru Santri

17 Januari 2019   12:16 Diperbarui: 17 Januari 2019   12:40 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita, Sandri benar-benar menjadi anak mantu dari pasangan Toro-Tiwi. Hari demi hari dilalui dengan ceria oleh keluarga baru Sandri-Dewi, tanpa ada kecurigaan bahwa pemuda Sandri adalah seorang maling yang nyaru menjadi santri. Demikian halnya pasangan Pak Toro dan Bu Tiwi, yang ada hanya kebahagiaan karena sudah mendapatkan mantu idaman.

Suatu hari seusai bulan madu, Pak Toro mengajak anak mantu untuk jamaah Shalat Maghrib di masjid komplek rumah. Niatnya akan memperkenalkan ke jamaah masjid, soal sosok menantu yang merupakan santri. Dengan rasa antusias, Pak Toro mencermati apa yang dilakukan Sandri, termasuk saat mengambil air wudlu. Ia perhatikan ketika Sandri mengawali wudlunya dengan mambasuk kakinya, kemudian membasuh. Hanya itulah yang dilakukan Sandri dalam wudlunya.

Meski dengan rasa heran, Pak Toro mengikuti cara wudlu Sandri, karena dianggapnya pasti cara wudlu yang benar mengingat Sandri merupakan santri yang sudah 15 tahun ngaji di salah satu ponpes di Jawa Timur. Sepulangnya dari jamaah Shalat Maghrib, pasangan Toro-Tiwi dan Sandri-Dewi makan malam. Di sela itu, Pak Toro sempat menanyakan ke Sandri perihal tata cara wudlu di masjid tadi.

"Nak mantu tadi bapak perhatikan, wudlunya membasuk kaki dulu, terus basuh muka, selsai. Kok beda dengan cara wudlu yang bapak lakukan selama ini dan yang diajarkan kiai di masjid ya nak" tanya Pak Toro yang membuat Sandri sedikit kaget.

Sambil menguasai keadaan agar tak terlihat kaget dan tegang, Sandri menjawab bahwa wudlu yang dilakukan itulah yang benar. Ia kemudian menyebut salah satu nama kitab kuning dan menerangkan terjemahannya.

"Di kitab ini, ada dalilnya kenapa yang dibasuh kaki terlebih dahulu. Karena kaki yang pertama kena najis," kata Sandri.

"Lalu setelah membasih kaki, kita basuh muka karena dengan muka kita menghadap dan bersujud. Begitu dalilnya Pak.." tambahnya.

"Oooh, jadi yang diajarkan di sini yang salah ya nak?" tanya Pak Toro

"Mungkin tidak salah, sepanjang ada dalilnya, hanya beda tata cara saja Pak," jawab Sandri dengan penuh yakin.

Dalam hati, Sandri meyakinkan dirinya bahwa argumentasi yang menjadi alasan sudah cukup masuk akal untuk pembenaran. Ia lantas mengingat tata cara wudlu yang dilakukan salah satu tokoh nasional yang sedang berkompetisi, yang karena tidak lazim videonya viral di sosial media. Dengan tata cara yang dianggap tak lazim dan videonya sudah viral, toh juga ada alasan untuk pembenaran.

"Ngamain juga saya harus takut ketahuan tata cara wudlu saya yang tidak benar itu. Gampang lah nanti cari pembenaran, karena yang tokoh nasional saja disoroti cara wudlu nya tidak jadi masalah, masih ada yang membenarkan, apalagi saya yang bukan tokoh" gumam Sandri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun