"Sugih tenan yo mas!(kaya sekali ya mas), namanya siapa?", tanya Udin ke pada Tono.
"Alex Kibil, ndelok ae ndek youtube (lihat aja di youtube)", jawab Tono kepada Udin.
Setelah itu Tono memutar video lainnya yang memperlihatkan si Alex Kibil sedang mempersiapkan diri untuk mengisi seluruh kolam renangnya dengan uang, serius benar-benar uang lembar merah muda.Â
Video kali ini membuat mata anak-anak ini terpaku lebih lama ke layar smartphone si Tono yang retak. Itu benar-benar uang lembar merah muda yang susahnya minta ampun mereka cari.
 Jangankan dibuat berenang, didapatkan hari itu juga setelah ngasong pasti sudah langsung dipecah menjadi beberapa pecahan mata uang guna kebutuhan hidup mereka.
Udin setelah pulang dari berjualan asongan terus berputar-putar pikirannya tentang si Alex Kibil ini. Mengapa dia sekaya itu dan apakah di masa depan nanti Udin dapat menjadi seperti dirinya?.
 Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar dibarengi imajinasi tentang hidupnya nanti sudah mapan seperti si Alex Kibil itu.Â
Dia ingin menaikkan haji kakeknya yang sudah tua dan juga ingin punya kendaraan mewah seperti Alex Kibil. Tidak seperti saat ini yang dia harus mengayuh sepeda bututnya yang bannya sudah ditambal sana-sini.
****
Mbah Sarip sedang berjalan ke rumahnya setelah selesai nandur di sawahnya. Hujan yang tidak sering dan pengairan yang sulit membuatnya lelah mencangkuli sawahnya. Ia juga takut musim ini gagal panen karena hama wereng yang katanya sulit dibasmi.Â
Sambil memandangi sawah yang mulai dibajak itu dia mulai berpikir bagaimana misalnya sawahnya gagal panen, bagaimana dia akan membayar SPP si Udin nanti?.
Mbah Sarip memikirkan cara alternatif bagaimana dia dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhan dia dan cucunya nanti. Apakah akan menggadaikan tanah?, atau rumah?, atau juga cari kerja sambilan lain seperti menjaga ternak orang?.