Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Mbah Sarip dan Udin Tak Sengaja Makan Kecubung

26 Juni 2022   22:18 Diperbarui: 26 Juni 2022   23:16 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Sugih tenan yo mas!(kaya sekali ya mas), namanya siapa?", tanya Udin ke pada Tono.


"Alex Kibil, ndelok ae ndek youtube (lihat aja di youtube)", jawab Tono kepada Udin.


Setelah itu Tono memutar video lainnya yang memperlihatkan si Alex Kibil sedang mempersiapkan diri untuk mengisi seluruh kolam renangnya dengan uang, serius benar-benar uang lembar merah muda. 

Video kali ini membuat mata anak-anak ini terpaku lebih lama ke layar smartphone si Tono yang retak. Itu benar-benar uang lembar merah muda yang susahnya minta ampun mereka cari.

 Jangankan dibuat berenang, didapatkan hari itu juga setelah ngasong pasti sudah langsung dipecah menjadi beberapa pecahan mata uang guna kebutuhan hidup mereka.


Udin setelah pulang dari berjualan asongan terus berputar-putar pikirannya tentang si Alex Kibil ini. Mengapa dia sekaya itu dan apakah di masa depan nanti Udin dapat menjadi seperti dirinya?.

 Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar dibarengi imajinasi tentang hidupnya nanti sudah mapan seperti si Alex Kibil itu. 

Dia ingin menaikkan haji kakeknya yang sudah tua dan juga ingin punya kendaraan mewah seperti Alex Kibil. Tidak seperti saat ini yang dia harus mengayuh sepeda bututnya yang bannya sudah ditambal sana-sini.
****


Mbah Sarip sedang berjalan ke rumahnya setelah selesai nandur di sawahnya. Hujan yang tidak sering dan pengairan yang sulit membuatnya lelah mencangkuli sawahnya. Ia juga takut musim ini gagal panen karena hama wereng yang katanya sulit dibasmi. 

Sambil memandangi sawah yang mulai dibajak itu dia mulai berpikir bagaimana misalnya sawahnya gagal panen, bagaimana dia akan membayar SPP si Udin nanti?.


Mbah Sarip memikirkan cara alternatif bagaimana dia dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhan dia dan cucunya nanti. Apakah akan menggadaikan tanah?, atau rumah?, atau juga cari kerja sambilan lain seperti menjaga ternak orang?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun