Ganendra sempat komat kamit dijalan, bukan membaca mantra melainkan berdoa. Ghea menunjukkan taringnya gara-gara omelan pedas sang adik. Akhirnya Ganendra tahu kalau kakaknya yang pendiam itu ternyata memiliki kemampuan balap.Ganendra membuka handle pintu mobil dengan perlahan, tangannya sampai dingin dan gemetar gara-gara adu kebut di jalan yang dilakukan Ghea.
"Gan, ini Mbak tambahin uang sakunya." Ghea mengambil dua lembar uang berwarna merah lalu menyelipkan di saku depan kemeja Ganendra.
Ganendra langsung ngacir berlari ke arah gedung kampusnya tanpa mengucap terima kasih pada sang kakak. Ia benar-benar kapok main-main dengan sang kakak yang selama ini ia sepelekkan.
Dengan hati-hati Ghea memutar balik mobilnya. Namun sialnya, mobil dibelakangnya justru menabrakknya.Ghea menghentikan laju mobilnya.Ia membuka pintu mobil. Ia melihat bagian samping mobilnya penyok.
"Bisa bawa mobil nggak sih Mbak? Kalau nggak bisa kalau mau muter jangan sembarangan dong, Saya buru-buru!"
Kata pria bepenampilan necis itu dengan sombongnya. Sambil melihat arlojinya pria itu mengambil dompet.
Ghea hanya termangu, ia yang dirugikan, kenapa justru ia yang diomeli. Mana ia jadi kehilangan waktu untuk mengantar snack pesanan ibunya.
Pria itu hendak mengulurkan uang pada Ghea. Tapi Ghea menepisnya.
"Saya nggak butuh uang Bapak, jelas Bapak yang nabrak, bukan minta maaf tapi ngeluarin isi dompet malahan!"
Pria itu tersenyum angkuh."Masih untung saya mau keluar duit, sok banget. Naif, sok nggak butuh duit lagi!"
"Nggak semua hal bisa diselesaikan dengan uang Pak, maaf permisi!"