"Hufffttttttttt." Desah Ganendra.
Ia membanting pintu kamar mandi luar karena kesal bukan main.
Brakkkkkkkkk!
Ghea yang mendengar suara pintu di banting hanya mengelus dada. Adik lelakinya terlampau di manja oleh kedua orang tuanya sehingga anak itu kurang mandiri.
Setiap pagi, Ghea harus membangunkan Ganendra, mengurusi sarapannya juga mengantarnya ke kampus sembari berangkat kerja.
Ganendra beranjak ke ruang makan. Adinda sang ibu sedang menyiapkan barang yang akan diantarkannya pada para langganan. Adinda membuka usaha catering. Setelah sang suami berpulang, Adinda menjadi tulang punggung keluarganya. Ia bekerja banting tulang untuk menghidupi kedua putranya. Meskipun mendapatkan uang bulanan dari dana pensiun sang suami tentu saja uang itu tak cukup apalagi untuk membiayai kuliah Ganendra.
Ghea, sudah bekerja paruh waktu selepas ia pulang dari sekolahnya saat ia SMA. Ghea sendiri tak mau merepotkan ibunya. Ia sendiri sudah bisa mencari pundi-pundi rupiah untuk membantu keuangan keluarga. Sejak lima tahun lalu, Adinda jatuh sakit. Beruntung, Ghea sudah lulus kuliah. Ia pun sudah bekerja di perusahaan swasta di bagian marketing.
Meskipun gaji Ghea tak banyak, namun ia bersyukur masih bisa membantu keuangan keluarganya.
"Sudah Ma, biar aku saja yang antar pesanan sekalian antar Ganendra berangkat."
Ghea memang sering mengerjakan banyak pekerjaan borongan, sosok ia pekerja keras.
"Apa kamu nggak capek, Ghe? Nanti kamu dimarahi sama Pak Made kayak kemarin lagi? Kamu sudah dapat SP 1 ingat, Ge!"