Mohon tunggu...
Tri Rahayu ( Mbak Lily)
Tri Rahayu ( Mbak Lily) Mohon Tunggu... Freelancer - Frelance writer

Penulis lepas, konten creator

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Setitik Rasa dan Sejuta Maaf

31 Mei 2024   15:28 Diperbarui: 31 Mei 2024   15:58 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc-pri via FB Mbak Lily

Setitik Rasa dan Sejuta Maaf

Chapter  1 

Kesialan Beruntun

Mentari bersinar menyinari gelapnya pagi. Suara Ayam jantan berkokoh memecahkan keheningan setelah adzan. Seperti biasanya Ghea akan mengerjakan rutinitas pagi, membangunkan sang adik bungsu yang masih berada di bangku kuliah. Ganendra, sang adik selalu saja susah bangun pagi. Ghea harus mencak-mencak setiap pagi membangunkan sang adik agar ia tak terlambat mengikuti kuliah paginya.

"Bangun, Gan! Iki jam piro, mau telat lagi kamu kaya kemarin?"

Ganendra justru menarik selimut dan menutup kedua telinganya agar tak mendengar suara Ghea yang menggelegar.

Kepalang tanggung, akhirnya Ghea mlipir keluar kamar adiknya dan berjalan ke dapur. Ia mengambil ember dan diisinya dengan air.

"Byurrrrrrrrr."

Ganendra gelagapan. Tanpa ba bi bu, ia bangkit dari ranjang luas tempat ternyamannya untuk meringkuk tersebut.

"Kalau lain kali kamu ngebo, jangan harap kamu hanya dapat air bersih, air bekas cucian juga akan Mbak siramkan ke wajahmu, supaya nggak ngebo saja kerjamu!"

Ganendra melangkah keluar kamarnya. Ia berjalan ke kamar mandi dengan lunglai.

"Hufffttttttttt." Desah Ganendra.

Ia membanting pintu kamar mandi luar karena kesal bukan main.

Brakkkkkkkkk!

Ghea yang mendengar suara pintu di banting hanya mengelus dada. Adik lelakinya terlampau di manja oleh kedua orang tuanya sehingga anak itu kurang mandiri.

Setiap pagi, Ghea harus membangunkan Ganendra, mengurusi sarapannya juga mengantarnya ke kampus sembari berangkat kerja.

Ganendra beranjak ke ruang makan. Adinda sang ibu sedang menyiapkan barang yang akan diantarkannya pada para langganan. Adinda membuka usaha catering. Setelah sang suami berpulang, Adinda menjadi tulang punggung keluarganya. Ia bekerja banting tulang untuk menghidupi kedua putranya. Meskipun mendapatkan uang bulanan dari dana pensiun sang suami tentu saja uang itu tak cukup apalagi untuk membiayai kuliah Ganendra.

Ghea, sudah bekerja paruh waktu selepas ia pulang dari sekolahnya saat ia SMA. Ghea sendiri tak mau merepotkan ibunya. Ia sendiri sudah bisa mencari pundi-pundi rupiah untuk membantu keuangan keluarga. Sejak lima tahun lalu, Adinda jatuh sakit. Beruntung, Ghea sudah lulus kuliah. Ia pun sudah bekerja di perusahaan swasta di bagian marketing.

Meskipun gaji Ghea tak banyak, namun ia bersyukur masih bisa membantu keuangan keluarganya.

"Sudah Ma, biar aku saja yang antar pesanan sekalian antar Ganendra berangkat."

Ghea memang sering mengerjakan banyak pekerjaan borongan, sosok ia pekerja keras.

"Apa kamu nggak capek, Ghe? Nanti kamu dimarahi sama Pak Made kayak kemarin lagi? Kamu sudah dapat SP 1 ingat, Ge!"

Adinda menghela nafasnya kasar. Ia memang tak bisa lagi bekerja sekeras sebelum ia jatuh sakit karena jatuh dan mengalami retak pada tangan kirinya.

"Ganen, bantuin Mama masukin dus itu ke mobil Mbak!"

"Ngomel saja to Mbak!" Gerutu Ganendra.

Tentu saja anak itu kesal bukan main lantaran harus mengangkat dus berisi Risoles dan juga dua kardus makanan lain. Ada satu dus Pudding Leci dan satu dus Bolen Pisang. Dengan kasar Ganendra menutup pintu mobil. Ia menyalami Adinda lalu masuk ke mobil sang kakak. Ia membuka pintu mobil bagian tengah.

"Bisa nggak sih kamu nggak banting-banting Ganendra, mobil ini Mbak masih nganggsur! Kalau rusak Mbak harus service. Duite sopo!"

Omel Ghea. Ia lantas mengemudikan mobilnya melenggang meninggalkan garasi rumahnya yang minimalis tapi sangat rindang dan teduh itu.

Hiruk pikuk pagi hari, suara klakson bersahutan.

Pim......pimmmmmm.

Ganendra menutup telinganya.

"Mbak bisa nggak sih bawa mobil? Tuh dah di klakson mobil belakang!"

Diberondong pertanyaan oleh sang adik, Ghea hanya melirik sebal saja. Ia sebenarnya lebih khawatir akan terlambat dan dapat SP 2 daripada kena omel dan amukan pengemudi mobil dibelakangnya.Ghea mencari celah lalu melenggang, ia menaikkan kecepatan mobilnya lalu ngebut sampai di depan kamus Ganendra.

Ganendra sempat komat kamit dijalan, bukan membaca mantra melainkan berdoa. Ghea menunjukkan taringnya gara-gara omelan pedas sang adik. Akhirnya Ganendra tahu kalau kakaknya yang pendiam itu ternyata memiliki kemampuan balap.Ganendra membuka handle pintu mobil dengan perlahan, tangannya sampai dingin dan gemetar gara-gara adu kebut di jalan yang dilakukan Ghea.

"Gan, ini Mbak tambahin uang sakunya." Ghea mengambil dua lembar uang berwarna merah lalu menyelipkan di saku depan kemeja Ganendra.

Ganendra langsung ngacir berlari ke arah gedung kampusnya tanpa mengucap terima kasih pada sang kakak. Ia benar-benar kapok main-main dengan sang kakak yang selama ini ia sepelekkan.

Dengan hati-hati Ghea memutar balik mobilnya. Namun sialnya, mobil dibelakangnya justru menabrakknya.Ghea menghentikan laju mobilnya.Ia membuka pintu mobil. Ia melihat bagian samping mobilnya penyok.

"Bisa bawa mobil nggak sih Mbak? Kalau nggak bisa kalau mau muter jangan sembarangan dong, Saya buru-buru!"

Kata pria bepenampilan necis itu dengan sombongnya. Sambil melihat arlojinya pria itu mengambil dompet.

Ghea hanya termangu, ia yang dirugikan, kenapa justru ia yang diomeli. Mana ia jadi kehilangan waktu untuk mengantar snack pesanan ibunya.

Pria itu hendak mengulurkan uang pada Ghea. Tapi Ghea menepisnya.

"Saya nggak butuh uang Bapak, jelas Bapak yang nabrak, bukan minta maaf tapi ngeluarin isi dompet malahan!"

Pria itu tersenyum angkuh."Masih untung saya mau keluar duit, sok banget. Naif, sok nggak butuh duit lagi!"

"Nggak semua hal bisa diselesaikan dengan uang Pak, maaf permisi!"

Ghea masuk ke mobilnya lalu pergi meninggalkan area parkir gedung kampus Ganendra.

"Pak....Pak Dendy...."

Security yang menyaksikan kejadian itu menepuk Pundak Dendy---Senior Akuntan yang bertugas melakukan audit di kampus Marabuana, Kampus Ganendra.

Dendy kembali pada kesadarannya. Ia baru saja kembali dari rumah sakit setelah mengantarkan pulang ibunya yang sempat dirawat dirumah sakit selama seminggu. Tiba-tiba ia harus memenuhi jadwal kerjanya melakukan visitasi akreditasi.

Dendy menghela nafas kasar. Ia lantas mengemudikan mobilnya dengan kecepatan pelan. Ia harus mencari parkiran yang agak mlipir lantaran malu. Mobil depannya di bagian kiri juga sedikit penyok. Pajero hitam kesayangannya harus ia masukkan bengkel.

Ghea mendatangi alamat tempat pelanggan ibunya. Ghea memarkirkan mobilnya di luar kediaman megah itu.

Security keluar dengan tergopoh-gopoh. Ia mengangkat portal pembatas jalan." Silahkan Mbak." Security itu pun kemudian kembali ke postnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Itu artinya Ghea sudah terlambat. Ia benar-benar was-was akan kena SP2 oleh Pak Made sang bos besar.

Ghea menurunkan pesanan Bu Sartika, pemilik rumah. Perempuan sepuh itu keluar dengan tongkat ditangannya.

"Pesanan dari catering Andini ya?" Tanya Bu Sartika.

Ghea menunduk setelah meletakkan dus makanan yang dipesan."Bu, maaf saya terburu-buru. Saya sudah telat masuk kantor." Pamit Ghea dengan sopan. Ia memberikan nota pada Bu Sartika lantas masuk mobil dan ngebut.

"Mbak........Mbak......" Kata Bu Sartika dari kejauhan. Nyatanya suara wanita sepuh itu tak sampai ditelinga Ghea.

Sampai di kantor ia melihat keadaan begitu sepi, Ghea jadi paranoid sendiri. Setelah ia membuka ponselnya ia pun tertunduk lesu di loby kantor bahkan tubuhnya hampir limbung.

"Astaga." Keluh Ghea. Ia menepuk dahinya merutuki kebodohannya.

Hari libur, bukan April Mob!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun