Adinda menghela nafasnya kasar. Ia memang tak bisa lagi bekerja sekeras sebelum ia jatuh sakit karena jatuh dan mengalami retak pada tangan kirinya.
"Ganen, bantuin Mama masukin dus itu ke mobil Mbak!"
"Ngomel saja to Mbak!" Gerutu Ganendra.
Tentu saja anak itu kesal bukan main lantaran harus mengangkat dus berisi Risoles dan juga dua kardus makanan lain. Ada satu dus Pudding Leci dan satu dus Bolen Pisang. Dengan kasar Ganendra menutup pintu mobil. Ia menyalami Adinda lalu masuk ke mobil sang kakak. Ia membuka pintu mobil bagian tengah.
"Bisa nggak sih kamu nggak banting-banting Ganendra, mobil ini Mbak masih nganggsur! Kalau rusak Mbak harus service. Duite sopo!"
Omel Ghea. Ia lantas mengemudikan mobilnya melenggang meninggalkan garasi rumahnya yang minimalis tapi sangat rindang dan teduh itu.
Hiruk pikuk pagi hari, suara klakson bersahutan.
Pim......pimmmmmm.
Ganendra menutup telinganya.
"Mbak bisa nggak sih bawa mobil? Tuh dah di klakson mobil belakang!"
Diberondong pertanyaan oleh sang adik, Ghea hanya melirik sebal saja. Ia sebenarnya lebih khawatir akan terlambat dan dapat SP 2 daripada kena omel dan amukan pengemudi mobil dibelakangnya.Ghea mencari celah lalu melenggang, ia menaikkan kecepatan mobilnya lalu ngebut sampai di depan kamus Ganendra.