Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Resmi! Indonesia Anggota Penuh BRICS: Harapan dan Tantangan

7 Januari 2025   20:08 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: galeri.kemlu.go.id

Pada tanggal 6 Januari 2025, Brasil mengumumkan bahwa Indonesia secara resmi telah menjadi anggota penuh BRICS, sebuah blok ekonomi yang terdiri dari negara-negara berkembang.

Pengumuman ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Brasil, yang menyatakan bahwa seluruh anggota BRICS telah menyetujui keanggotaan Indonesia dalam pertemuan puncak yang berlangsung di Johannesburg pada Agustus 2023.

Keanggotaan Penuh Indonesia baru diumumkan tahun 2025 karena menunggu terbentuknya pemerintahan baru. Keputusan tersebut diumumkan oleh Brasil sebagai Presidensi BRICS.

Status keanggotaan Indonesia ini sebenarnya sudah dirintis sejak era Presiden Jokowi.

BRICS adalah singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Blok ini dibentuk pada tahun 2009 dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama ekonomi di antara negara-negara berkembang dan memberikan suara yang lebih besar dalam pengambilan keputusan global.

Sejak saat itu, BRICS telah memperluas keanggotaannya dengan menambahkan negara-negara seperti Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab.

Proses Indonesia Menjadi Anggota BRICS dari Status Mitra

Indonesia telah resmi menjadi anggota penuh BRICS pada 6 Januari 2025, setelah sebelumnya berstatus sebagai negara mitra.

Berikut adalah kronologi langkah-langkah yang dilalui Indonesia dalam proses aksesi ini:

1. Pernyataan Keinginan untuk Bergabung

Proses ini dimulai ketika Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, secara resmi menyampaikan keinginan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia, pada 24 Oktober 2024.

Pernyataan ini menandai awal dari proses aksesi Indonesia ke dalam blok ekonomi tersebut.

2. Status Mitra

Setelah pernyataan tersebut, Indonesia ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan negara yang disetujui untuk bergabung sebagai mitra BRICS pada Desember 2024.

Status ini memberikan Indonesia kesempatan untuk terlibat lebih aktif dalam diskusi dan kegiatan BRICS tanpa menjadi anggota penuh.

3. Dukungan dari Anggota BRICS

Selama pertemuan puncak BRICS di Johannesburg pada Agustus 2023, para pemimpin negara anggota menyetujui pencalonan Indonesia sebagai calon anggota.

Brasil, yang memegang kepresidenan BRICS pada tahun 2025, kemudian mengumumkan secara resmi penerimaan Indonesia sebagai anggota penuh setelah mencapai konsensus di antara semua anggota.

4. Keputusan Akhir

Keputusan akhir mengenai penerimaan Indonesia sebagai anggota penuh diambil berdasarkan mufakat dari semua negara anggota BRICS.

Ini menunjukkan komitmen bersama untuk memperkuat kerjasama di antara negara-negara berkembang dan mendukung reformasi lembaga-lembaga tata kelola global.

Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS mencerminkan langkah strategis untuk meningkatkan pengaruh dan kerjasama internasional, serta mendukung kepentingan nasional dalam konteks geopolitik yang lebih luas.

Dengan status baru ini, Indonesia diharapkan dapat berkontribusi lebih signifikan dalam agenda-agenda global yang relevan dengan negara-negara berkembang.

Jokowi hadir di KTT BRICS ke-15 Johannesburg, Republik Afrika Selatan, 24/8/2023 (Sumber foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)
Jokowi hadir di KTT BRICS ke-15 Johannesburg, Republik Afrika Selatan, 24/8/2023 (Sumber foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)

Alasan Indonesia Bergabung

Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS tidak hanya didorong oleh keinginan untuk memperkuat posisi di kancah global, tetapi juga untuk memperjuangkan kepentingan bersama negara-negara berkembang.

Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan ekonomi yang terus tumbuh, memiliki potensi untuk berkontribusi dalam reformasi institusi-institusi global dan memperdalam kerja sama di kawasan Global South.

Selain itu, tentu saja cukup banyak alasan terutama terkait dengan potensi ekonomi.

Implikasi Keanggotaan

Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS diharapkan dapat memberikan manfaat signifikan bagi perekonomian nasional.

Hal ini termasuk akses yang lebih baik terhadap arus perdagangan dan peluang untuk menghindari dampak negatif dari embargo ekonomi yang mungkin diberlakukan oleh negara maju.

Selain itu, keanggotaan ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam dialog global mengenai isu-isu penting yang mempengaruhi negara-negara berkembang.

Dengan demikian, keanggotaan Indonesia dalam BRICS bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan langkah strategis untuk meningkatkan pengaruh dan kerjasama internasional di antara negara-negara berkembang.

Keanggotaan ini membawa berbagai keuntungan yang signifikan bagi Indonesia. Berikut adalah beberapa peluang yang dapat diperoleh Indonesia dari bergabungnya dengan BRICS:

1. Akses ke Kerja Sama Ekonomi dan Investasi

BRICS menyediakan platform untuk mengembangkan kerja sama ekonomi di antara negara-negara anggotanya. Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan perdagangan, investasi, dan proyek pembangunan.

Melalui lembaga seperti New Development Bank (NDB), Indonesia dapat mengakses pendanaan untuk proyek infrastruktur tanpa bergantung pada institusi keuangan barat seperti Bank Dunia atau IMF.

2. Penguatan Posisi di Arena Internasional

Bergabung dengan BRICS memungkinkan Indonesia untuk memanfaatkan kekuatan kolektif negara-negara anggota dalam politik global.

Hal ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk berperan lebih aktif dalam reformasi lembaga-lembaga internasional, seperti IMF, agar lebih inklusif terhadap kepentingan negara berkembang.

3. Diversifikasi Pasar Ekspor

Dengan bergabung dalam BRICS, Indonesia dapat memperluas akses ke pasar baru, terutama di negara-negara dengan perekonomian besar seperti China dan India.

Ini akan membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional seperti AS dan Eropa.

4. Akses kepada Sumber Daya Alam

Keanggotaan di BRICS juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mendapatkan akses kepada komoditas tertentu, termasuk minyak mentah dari Rusia dengan harga yang lebih kompetitif.

Hal ini bisa membantu mengurangi beban subsidi energi yang ditanggung pemerintah.

5. Kerja Sama dalam Inovasi dan Teknologi

Negara-negara BRICS sering berkolaborasi dalam bidang riset dan inovasi. Indonesia dapat mengambil manfaat dari pengetahuan dan teknologi baru yang dihasilkan melalui kerja sama ini, terutama dalam sektor kesehatan, teknologi, dan energi.

6. Peningkatan Ketahanan Ekonomi

Dengan berpartisipasi dalam BRICS, Indonesia dapat memperkuat ketahanan ekonominya melalui diversifikasi hubungan perdagangan dan investasi.

Ini penting untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis kesehatan masyarakat.

Secara keseluruhan, keanggotaan Indonesia dalam BRICS merupakan langkah strategis yang diharapkan dapat memperkuat posisi negara di kancah internasional serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Namun demikian keanggotan penuh Indonesia juga mengandung beberapa tantangan yang tidak mudah.

Presiden Prabowo hadiri KTT G20 di Brasil, 19/11/2024 (Sumber: setneg.go.id)
Presiden Prabowo hadiri KTT G20 di Brasil, 19/11/2024 (Sumber: setneg.go.id)

Tantangan Geopolitik

1. Keseimbangan Hubungan Diplomatik
Indonesia harus menjaga keseimbangan dalam hubungannya dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang mungkin tidak selalu sejalan dengan kepentingan BRICS.

Dengan adanya persaingan antara blok Barat dan negara-negara BRICS, Indonesia perlu mengelola hubungan ini secara hati-hati untuk menghindari ketegangan diplomatik.

2. Dinamika Internal BRICS
BRICS terdiri dari negara-negara dengan kepentingan dan ideologi yang beragam. Misalnya, hubungan yang sering tegang antara China dan India dapat mempengaruhi stabilitas kelompok ini.

Indonesia harus mampu menavigasi dinamika ini agar dapat memberikan kontribusi yang berarti tanpa terjebak dalam konflik internal.

3. Ketergantungan Ekonomi Baru
Bergabung dengan BRICS dapat menciptakan risiko ketergantungan baru terhadap ekonomi anggota lainnya.

Jika salah satu negara mengalami krisis atau konflik, dampaknya bisa langsung dirasakan oleh Indonesia, terutama dalam hal stabilitas ekonomi.

Tantangan Ekonomi

1. Akses ke Pasar dan Investasi
Keanggotaan di BRICS membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan akses ke pasar negara berkembang lainnya.

Namun, Indonesia juga harus bersaing dengan negara-negara anggota lainnya yang mungkin memiliki keunggulan lebih besar dalam sektor tertentu, seperti China di bidang manufaktur dan India di sektor teknologi.

2. Reformasi Sistem Keuangan Global
Sebagai anggota BRICS, Indonesia diharapkan berkontribusi pada reformasi lembaga keuangan global.

Namun, ini memerlukan penyesuaian terhadap model ekonomi yang lebih mengutamakan kerjasama antarnegara berkembang dan alternatif dari dominasi sistem keuangan global yang didominasi oleh negara-negara Barat.

3. Standar Lingkungan dalam Proyek Infrastruktur
Proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai oleh New Development Bank (NDB) BRICS perlu mematuhi standar lingkungan yang ketat.

Indonesia harus berhati-hati agar pembangunan tidak merusak ekosistem, mengingat tantangan lingkungan yang dihadapi seperti deforestasi dan polusi.

Meskipun keanggotaan Indonesia di BRICS menawarkan berbagai peluang untuk memperkuat posisi geopolitik dan meningkatkan kerjasama ekonomi, tantangan-tantangan tersebut perlu dikelola dengan bijaksana.

Pemerintah Indonesia harus mengambil pendekatan pragmatis untuk memastikan bahwa kepentingan nasional tetap terjaga sambil berkontribusi pada agenda kolektif BRICS.*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun