Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo Subianto: Mengembalikan Perekonomian Indonesia ke Akar Pancasila #4

4 Januari 2025   13:09 Diperbarui: 4 Januari 2025   13:09 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: BPMI Setpres/Brian

Bagian 4: Dari Revolusi Putih Hingga The Asian Way

Oligarki merupakan fenomena kompleks yang memiliki dampak signifikan terhadap kondisi ekonomi dunia, termasuk Indonesia.

Secara global, laporan dari Oxfam menunjukkan bahwa delapan orang terkaya di dunia memiliki kekayaan setara dengan setengah populasi dunia. Ini mencerminkan konsentrasi kekayaan yang ekstrem di tangan segelintir orang superkaya dan kaum elit global.

Oxfam juga menyebutkan bahwa dunia saat ini dikuasai oleh apa yang disebut sebagai "oligarki global," di mana sekelompok kecil individu dan perusahaan besar memiliki kekuasaan yang sangat besar atas ekonomi dan politik.

Nabil Ahmed, direktur ekonomi dan keadilan rasial Oxfam America, menekankan bahwa oligarki ini membentuk aturan-aturan yang menguntungkan mereka sendiri, sering kali dengan mengorbankan masyarakat umum.

Hal ini menyebabkan ketimpangan yang ekstrem, di mana satu persen orang terkaya memiliki lebih banyak kekayaan dibandingkan 95 persen populasi lainnya (voaindonesia.com, 27/9/24).

Kondisi tersebut sejalan dengan tesis Thomas Piketty, bahwa jika kekayaan secara konsisten tumbuh lebih cepat daripada penghasilan maka krisis ketimpangan pun akan semakin buruk.

Dengan kekuasaan terkonsentrasi di tangan sedikit orang, oligarki tidak hanya menciptakan ketidaksetaraan ekonomi tetapi juga berpotensi menimbulkan korupsi dan pengambilan keputusan yang tidak efisien.

Oleh karena itu, penting bagi bangsa yang sadar untuk memahami dinamika ini dan mendorong reformasi yang dapat mengurangi pengaruh oligark dalam pemerintahan dan ekonomi demi kesejahteraan bersama.

Pada Bagian #2 saya berjanji menguraikan sedikit tentang oligarki. Mungkin penjelasan ini akan membosankan sebagian pembaca. Anda boleh skip Bagian ini. Jika menarik sila lanjutkan membacanya.

Sumber: Forbes/Forbes Indonesia dalam smeru.or.id
Sumber: Forbes/Forbes Indonesia dalam smeru.or.id

Wealth Defense

Fenomena "wealth defense" atau pertahanan kekayaan menjadi salah satu ciri utama dari oligarki di seluruh belahan bumi, tentu dengan kadar yang beragam.

Para oligark berusaha mempertahankan posisi mereka dengan menggunakan kekayaan untuk mempengaruhi kebijakan publik dan menjaga agar sistem tetap menguntungkan bagi mereka.

Ini menciptakan siklus di mana kekuasaan politik dan ekonomi saling memperkuat satu sama lain, sering kali mengorbankan kepentingan masyarakat luas.

Oligarki adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan politik dan ekonomi dikuasai oleh sekelompok kecil individu atau elit.

Sedangkan, KBBI mendefinisikan oligarki sebagai pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

Istilah oligarki berasal dari bahasa Yunani kuno, di mana "oligos" berarti "sedikit" dan "arkhein" berarti "memerintah".

Dalam konteks modern, oligarki sering kali merujuk pada dominasi oleh kelompok kecil yang memiliki sumber daya dan pengaruh besar dalam pembuatan kebijakan serta pengelolaan ekonomi

Untuk memahami definisi tersebut, kita simak penjelasan berikut.

Menurut Jeffrey Winters, ada dua dimensi oligarki: 1) Oligarki mempunyai suatu dasar kekuasaan serta kekayaan material yang sangat sulit untuk dipecah dan juga diseimbangkan; 2) Oligarki mempunyai suatu jangkauan kekuasaan yang cukup luas dan sistemik, meskipun mempunyai status minoritas di dalam sebuah komunitas.

Ciri utama oligarki Winters: 1) tingkat keterlibatan langsung oligarki dalam pemaksaan hak atas harta dan kekayaan; 2) keterlibatan oligarki pada kekuasaan atau pemerintahan; 3) sifat keterlibatan dalam memaksa apakah kolektif atau terpecah; dan yang terakhir 4) sifat liar atau jinak.

Ada empat tipe ideal untuk oligarki, yaitu: Oligarki Panglima, Oligarki Penguasa Kolektif, Oligarki Sultanistik, Oligarki Sipil. Terkait pengertian dari masing-masing tipe oligarki tersebut, silakan mengakses google.

Apakah Anda tahu Indonesia masuk ke dalam tipe oligarki apa? Anda pasti dapat menjawabnya. Silakan.

Dampak Oligarki Ekonomi dan Politik

Oligarki tidak hanya terbatas pada kekuasaan politik; ia juga mencakup kontrol atas sumber daya ekonomi.

Para oligark sering menggunakan kekayaan mereka untuk memengaruhi kebijakan yang menguntungkan kepentingan mereka sendiri, yang dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang tidak efisien dan tidak representatif.

Di Indonesia, misalnya, oligarki terlihat dalam penguasaan aset-aset ekonomi oleh sekelompok kecil individu, yang mengarah pada ketidakadilan sosial dan ekonomi.

Jelas ini bertentangan secara tajam dengan prinsip kekeluargaan di dalam sistem Ekonomi Pancasila. Kita masih mengingat bahwa Koperasi dan BUMN adalah pondasi utama perekonomian Indonesia.

Oligarki cenderung memperburuk ketidaksetaraan ekonomi. Dengan kekayaan terkonsentrasi di tangan minoritas, akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi menjadi semakin tidak merata.

Hal ini menciptakan kesenjangan sosial yang signifikan dan dapat memicu ketidakstabilan politik.

Dalam banyak kasus, oligarki berfungsi sebagai penghalang bagi reformasi sosial yang diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif.

Keluar dari Jeratan Oligarki

Penting untuk kita pelajari bersama dan yang akan saya jelaskan di sini adalah bagaimana strategi Prabowo menghadapi perilaku para oligark yang semakin membahayakan bagi pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi kesejahteraan umum dan kualitas demokrasi kita.

Revolusi Putih, perubahan manusia Indonesia sejak dari dalam kandungan.

Kaum awam mungkin hanya memahami revolusi putih yang digagas Prabowo hanya sebatas pada pendistribusian susu buat anak-anak.

Sebagian politisi, menganggap aksi bagi-bagi susu tersebut hanya sekadar manuver pencitraan Prabowo belaka. Mereka salah!

Para ahli bersepakat bahwa trimester pertama Ibu hamil adalah waktu yang baik untuk minum susu. Susu berperan penting dalam menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh janin. Sebut saja kalsium, protein, fosfor, kalium, AHA, DHA, vitamin D, hingga asam folat.

Budaya minum susu ini akan membentuk bayi di dalam kandungan semakin kuat karena asupan nutrisi yang bagus. Bayi-bayi Indonesia tidak kalah hebat dengan bayi lainnya diseluruh dunia.

Jika demikian, maka konsumsi susu akan terus meningkat. Peternak sapi akan ikut menikmati dampaknya. Pedagang pakan ternak pun demikian. Lahan-lahan ternak diperluas. Dan seterusnya.

Konsistensi gagasan Revolusi Putih itu menyebar dan terus tumbuh hingga sekarang. Akhirnya, Presiden Joko Widodo, kala itu, memberikan kepercayaan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk memimpin pengembangan Food Estate atau dikenal dengan nama Lumbung Pangan Nasional.

Program ini direncanakan diperluas mulai dari Kalimantan Tengah, NTT, Papua, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan wilayah lain di seluruh Indonesia.

Pada konteks ini, food estate berjalan secara linier dengan revolusi putih.

Dalam pandangan Prabowo, ketahanan pangan merupakan solusi strategis dan taktis dalam menghadapi ketidakpastian global, potensi krisis dan resesi, bahkan kemungkinan perang yang terburuk.

"Food is weapon and weapon is a food".

Ciri seorang pemimpin terletak pada kemampuannya untuk menjelaskan persoalan yang kompleks menjadi sederhana dan mudah dipahami masyarakat luas.

Prabowo adalah salah satu dari sedikit pemimpin yang memiliki kemampuan semacam itu.

Sebagian kita mungkin meremehkan ide dasar revolusi putih dan food estate. Apa gunanya susu untuk anak-anak? Buat apa menanam singkong? Apa hubungannya dengan pertahanan negara? Beragam pertanyaan serupa muncul dari ketidakpahaman.

Jika Indonesia ingin maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur maka dibutuhkan sebuah dorongan besar. Prabowo menjelaskan "ide dorongan besar" dengan melalui 4 dimensi pembangunan, yaitu: Food Security, Defense, Energy dan Water. Secara sederhana, begini alur kerjanya:

Food estate menyediakan pangan sebagai penjamin keamanan negara dari segi pasokan makanan dan ini akan memangkas biaya impor beras dan pangan lainnya yang terambil alih oleh program food estate. Food estate juga memiliki bidang pertenakan yang akan memberikan suplai daging dan akan memangkas biaya impor daging serta ketersediaan susu yang digunakan sebagai bagian dari revolusi putih.

Begitulah revolusi putih bekerja. Merubah manusia Indonesia sejak dari dalam kandungan. Meningkatkan perekonomian lokal. Peternak sapi terus bertambah produksinya. Koperasi-koperasi dan UMKM lokal bergerak. Kekayaan negara berputar di desa-desa.

Diskusi kita akan lanjutkan di part #5 tentang saling keterkaitan antara ide dorongan besar dan The Asian Way.*

[Bersambung]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun