"Dulu ini jadi tempat ngumpul para wali," kata Ibu Sri, yang memiliki 2 cicit ini pada romcongan clicker, Sabtu (25/2/2023).
Belakangan saung yang masuk cagar budaya ini, menadi tempat orang "ngalap berkah" atau "minta berkah". Tak jarang orang menginap dengan maksud meminta atau memohon sesuatu seperti, enteng jodoh, rezeki, naik pangkat dan hal-hal klenik lainnya. Tentu semua proesesinya, harus melalui "perantaraan" sang kuncen.
Ibu Sri menuturkan bahwa orang tak bisa sembarangan masuk ke area Saung Ranggon, harus izin kepada kuncen. Saat berada di lokasi juga harus menjaga adab. Jika tidak, bisa terjadi hal-hal yang tak diinginkan, seperti kesurupan atau terkena masalah lainnya.
Cerita lain, kabarnya ada juga  sebuah sumur tua di dekat saung. Sayangnya aku gak sempat lihat sumur yang konon usianya se-tua  Saung Ranggon itu.
Tak jauh dari saung sekitar berjarak 1 km, ada makam Raden Abbas dan keturunannya. Sayang kami tidak sempat  mampir ziarah ke sana.Â
Cagar Budaya, yang Butuh Perhatian
Di bagian depan di luar pagar area Saung Ranggon dipasang sebuah plang, bertuliskan, "Saung Rangon".
Sekilas aku baca informasinya tentang saung itu. Ternyata Saung Ranggon sudah  berada di bawah kewenangan Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisional Dibudpar Provinsi Jawa Barat.
Artinya, destinasi wisata Saung Ranggon sudah masuk dalam kategori Bangunan Cagar Budaya. Selanjutnya sebagai cagar budaya, Saung Ranggon penting untuk dilestarikan. Mengingat destinasi yang masuk cagar budaya berarti memuat identitas lokal dan kekayaan budaya nasional. Artinya memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Terlebih lagi, destinasi cagar budaya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Contohnya dengan bergeraknya usaha kecil seperti warung makan.
Seperti halnya Saung Ranggon, dengan budaya  sebagai rumah tertua yang menyimpan nilai sejarah. Mulai dari tempat persinggahan para tokoh nasional dan para wali, makam Raden Abbas, sumur tua, benda-benda pusaka peninggalan bersejarah.