Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menakar Efektivitas Sandiwara Radio untuk Edukasi Siaga Bencana

17 September 2016   05:36 Diperbarui: 17 September 2016   18:32 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rawan Gempa dari materi Pak Sutopo BNPB. (FOTO GANENDRA)

Menurutnya pengetahuan masyarakat tentang  bencana memang meningkat setelah tsunami Aceh. Namun pengetahuan tadi belum menjadi sikap. Belum menjadi perilaku, bahkan belum jadi budaya. Hal itu berbeda dengan di Jepang. Di negeri ‘matahari terbit’ itu, pengetahuannya sudah menjadi  sikap,perilaku, dan budaya masyarakatnya.

“Tingkat pengetahuan bencana sudah baik tapi belum menjadi sikap, perilaku, dan budaya dalam masyarakat. Contohnya kebakaran hutan setiap tahun terjadi, penyebabnya 99% hutan dibakar, disengaja,” jelas Sutopo.

Sumber twitter Pak Sutopo @sutopo_bnpb.
Sumber twitter Pak Sutopo @sutopo_bnpb.
Contoh lainnya adalah bencana longsor yang terjadi pada 2014, 2015, 2016. Longsor adalah bencana paling mematikan. Kenapa bisa terjadi banyak korban?  Karena memang masyarakat tinggal di area rawan longsor. Dan itu bukannya warga tak mengetahuinya, namun banyak faktornya. Kemungkinan tak ada pilihan lokasi lain, lemahnya penegakan hukum, serta penataan ruang.

Bukan itu saja kasusnya. Ada kasus tentang buoy. Buoy adalah penanda yang diletakkan di laut agar kapal tidak merapat dikarenakan kedalaman laut yang terlalu dangkal. Ada 25 buoy tsunami di Indonesia. Mirisnya  saat ini yang berfungsi hanya 3 yaitu di Enggano, Selatan Jawa, dan Bali. Sebagian besar rusak. Terbatasnya biaya pengembangan dan pemeliharaan buoy menjadi belum optimal. Bahkan buoy yang dipasang di Laut Banda pada April 2009, dikira barang tak bertuan, maka ditarik oleh nelayan hingga Sulawesi Utara pada Oktober 2009. Dipakai buat mainan anak-anak.

Tsunami Aceh, setelah 10 tahun berlalu, masyarakat banyak yang menempati dan membangun di lokasi yang terkena tsunami. Padahal itu berbahaya. Suatu saat akan terjadi lagi, karena itu bencana geologi, yang memiliki siklus akan terjadi 200-300 tahun sekali.

 “Kita memiliki memori pengalaman jangka pendek saja. Saat terjadi bencana ribut. 2-3 tahun tak terjadi bencana, lupa. Kembali pemukiman,” jelas Sutopo. 

Masih banyak perilaku masyarakat yang tidak menunjukkan sikap perilaku yang meningkat, mesti pengetahuan tentang bertambah baik. Hal itu menjadi permasalahan utama yang harus dikomunikasikan dan disosialisasikan terus menerus. Itulah sebabnya edukasi terkait siaga bencana, menjadi penting dan perlu dilakukan terus menerus kepada masyarakat.

“Geo tsunami gak berfungsi, rusak. Alat-alat peringatan tsunami hilang. Tugas kita mensosialisasikan kepada masyarakat,” tutur Sutopo.

Sumber materi Sutopo BNPB.
Sumber materi Sutopo BNPB.
Komunikasi adalah Inti Sukses dalam Penanggulangan Bencana

Sosialisasi tentang bencana harus didukung komunikasi yang baik. Sutopo menegaskan bahwa komunikasi adalah inti sukses dalam mitigasi, kesiapsiagaan, respon, dan rehabilitasi bencana. Bagaimana mengkomunikasikan ke masyarakat dengan lebih baik. BNPB selama ini telah berupaya melalui banyak sarana. Ada media tradisional dengan menggelar kesenian rakyat. Misalnya pagelaran wayang golek di Ujung Kulon maupun gelaran wayang kulit di Banyuwangi yang dihadiri puluhan ribu penonton.

“Di Ujung Kulon anak SD tak bisa Pancasila, tak tahu nama Gubernur, Bupati, dan  Indonesia Raya tak tau. Lalu gimana tanya tentang  tsunami seperti apa?” ungkap Sutopo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun