Bagi saya, media radio sebagai sarana informasi di daerah bencana atau daerah yang dalam situasi kondisinya darurat adalah paling efektif digunakan. Karakteristik ‘gelombang’ radio adalah meniadakan transportasi darat seperti media cetak dan meniadakan akses internet seperti media online dan semacamnya. Apalagi radio cukup mudah diterima masyarakat pedesaan, pelosok, dan lokasi yang biasanya terpencil terkena bencana alam. Memberdayakan radio berbasis komunitas dalam siaran edukasi lebih mengena sasaran pendengar.
Menghidupkan kembali kejayaan sandiwara radio sebagai metode yang digemari pendengar adalah upaya positif. Wajib dilakukan secara berkesinambungan. Bukan hanya informasi namun juga edukasi dengan siaran yang menghibur, melalui sandiwara radio. Tentunya aspek budaya dan bahasa daerah sebagai pengiring bahasa utama, bahasa Indonesia perlu diperhatikan, jika daerah rawan bencana adalah warga yang kemungkinan kemampuan berbahasa Indonesianya masih kurang, seiring tingkat pemerataan pendidikan yang belum memadai hingga ke segala pelosok daerah.Â
Semoga edukasi Siaga Bencana bisa lebih luas lagi menjangkau penjuru tanah air. Karena di negeri yang rawan bencana ini, semua warga membutuhkan pemahaman siaga bencana yang memadai. Dan harapan perubahan lebih baik sikap, perilaku dan menjadi budaya masyarakat  terkait siaga bencana dapat terwujud. #Salam siaga bencana!Â
Twiter=Â @rahabganendraÂ
Facebook=Â Rahab Ganendra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H