Mohon tunggu...
Rafika Anggraeni
Rafika Anggraeni Mohon Tunggu... Seniman - seniman

Kata orang sich seniman, yang suka nyusun kata-kata untuk maksud apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Para Kawanan

20 Desember 2019   20:35 Diperbarui: 20 Desember 2019   21:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di dalam persembunyian, para pengerat sedang  melakukan berbagai akivitas, musik terdengar hingar bingar. Seperti ada perayaan kemenangan, sebagian yang lain seperti melakukan obrolan serius.

Cassie dan para kawanan merangsek, melontarkan biji padi yang telah diruncingkan pada sasaran yang terdekat.

"Shuuut, shuuut, shuuut", biji padi mengenai. Beberapa sasaran tumbang.

Menyadari ada yang mengacau persembunyian, para pengerat mencari perlindungan pada apa saja dan meraih senjata berupa racun. pertempuran tak terhindarkan, menimbulkan gaduh di seluruh kota. Beberapa dari kawanan jatuh terkena senjata, teriakan kesakitan mengiasi malam.

Kegaduan akhirnya terdengar oleh para aparat, mereka beringsut cepat ke pusat pertempuran, membantu para kawanan meringkus para pengerat. Mealam menjadi sangat panjang dan mencekam, bunyi senjata dari para aparat membangunkan kota.

Menjelang pagi, lempar senjata mereda, korban dimana-mana. Para pengerat dapat melarikan diri sebagian. Lebih dari separuh kawanan meregang nyawa, Cassie terluka parah akibat lontaran racun yang mengenainya bertubi-tubi.

"Casssie, kau harus bertahan, kau akan selamat, kita masih punya ramuan penangkal racut itu", Juno berkata sambil memeluk Cassie dan menahan kabung yang dalam di matanya.

"Juno, aku tidak apa-apa, lanjutkan pertempuran hingga usai, sedikit lagi", Cassie memandang Juno lembut sembari terbata berbicara. Nafasnya mulai melemah.

"Kau harus menancapkan biji padi yang masih tersisa, aku tak ingin seperti orang-orang yang perutnya meledak kekenyangan", tambah Cassie yang mulai lemah bernafas.

"Tidak, tidak Cass, tak mungkin kulakukan", Juno akhirnya tak dapat menahan titik jernih yang telah menggantung di matanya.

"Sungguh, cepatlah, lakukan untukku, racunnya mulai menguasai tubuhku, arrrggg".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun