Mohon tunggu...
Rafika Anggraeni
Rafika Anggraeni Mohon Tunggu... Seniman - seniman

Kata orang sich seniman, yang suka nyusun kata-kata untuk maksud apa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Para Kawanan

20 Desember 2019   20:35 Diperbarui: 20 Desember 2019   21:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penyakit yang diderita sulit didiaknosa jenisnya, setiap yang dirawat seperti sangat rakus pada makanan, menyerang para perawat agar diberi makanan lebih. Tak pernah merasa kenyang, hingga beberapa melepas ajal dalam keadaan perut menggelembung sangat besar lalu meledak. Bahkan ada salah satu pasien memerah matanya, hampir menumpahkan dua biji matanya sembari terus memasukkan makanan ke dalam mulut.

Para petugas medis kehabisan akal menangani penyakit aneh yang diderita penduduk kota. penyelidikan terhadap peristiwa itu akhirnya melibatkan para aparat. Kecurigaan mendarat pada dua tanda luka gigitan di tubuh para pasien, dua gigitan itu berasal dar pengerat yang membawa racun.

Sejak indikasi itu terbaca, kota dinyatakan siaga satu. Pencarian para pengerat dilakukan hampir sepanjang hari selama beberapa minggu. Namun pencarian besar itu tidak membawa hasil yang memuaskan, orang orang yang datang untuk berobat masih membanjiri. Para aparat menemui titik buntu.

Peristiwa yang melanda kota sampai di telinga Cassie dan para kawanan, sehingga terjadi pertemuan di suatu siang. Suasana menjadi tegang, tak ada yang membuka percakapan walau semua sudah berkumpul.

"Kawan-kawan, para pengerat sudah mengacau kota, banyak orang tewas secara misterius akibat gigitan yang tak teratasi", Cassie membuka pembicaraan, semua masih terdiam.

"Kita memang sedang mengalami paceklik, para pengerat itu pasti masih banyak berada di kota ini, mereka bersembunyi di suatu tempat yang sulit dijangkau, itu dugaanku, peristiwa di kota ini hanya kita yang dapat mengatasi, para aparat kota tak memiliki kemampuan untuk mengendus keberadaan para pengerat licik itu", Cassie menambahi dengan berapi-api.

"Kau benar Cass, para pengerat itu ternyata bersembunyi sehingga kita terperdaya dan tak menemukan mereka sama sekali, ini yang membuat kita paceklik dan kawanan pun satu-satu menggadaikan naluri", Juno menimpali.

"Baiklah, apa yang harus kita lakukan?", salah satu kawanan yang duduk dekat pintu menyahut.

Akibat sulitnya mendapatkan para pengerat, para kawanan berkurang satu-satu karena takut kelaparan. Menganggap para pengerat telah pergi dari kota sehingga malam demi malam tak membuahkan hasil buruan yang cukup bahkan beberapa malam tak mendapatkan apapun.

"Begini, kita susun strategi untuk mendapatkan mereka, aku menduga para pengerat itu ingin menguasai kota sehingga meletakkan racut dalam setiap gigitan mereka, ini harus ditanggulangi", para kawanan mengangguk atas usul Cassie.

Siang itu juga beberapa hal direncanakan. Mulai dari berlatih fisik, melatih insting penciuman, naluri berburu dan mengubah waktu berburu dengan tujuan membingungkan para pengerat untuk melancarkan aksinya menyebar racun lebih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun