Mohon tunggu...
DTMC Articles
DTMC Articles Mohon Tunggu... Mahasiswa - Our Vision, We Will Rise Up

Tempat kreator Decagon Twins Media menulis opini, artikel, dll. Pernah menulis opini di Kompasiana dengan akun Rafif2020. Sebelumnya artikel ini diberi nama Rafif Hamdillah Official. Tulisan sebelumnya yang pernah dibuat : https://www.kompasiana.com/rafif20206799/621ac9103179497f34707635/ada-apa-sebenarnya-di-media-sosial-kita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Arti Perempuan yang Kuat dan Hebat

6 November 2023   13:09 Diperbarui: 6 November 2023   13:15 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Itu tidak benar, Bu! Mohon, Bu. Percayalah sama saya!" pinta Izzah. "Bohong! Mereka bahkan mengajak kami pesta dunia malam, Bu!" hasut Dento. "Tidak, Bu! Huuuu...... percayalah dengan saya, Bu!" bantah Izzah lagi sambil terisak. "Halah! Lebih baik mengaku saja. Kita mau makan malam, 'kan?" tukas Brenzy sambil mengedipkan mata. Namun tidak ada seorang pun yang mengiyakan.

            Segera keributan tersebut didengar oleh warga yang kebetulan sedang melintas. "Ibu-ibu! Saya melihat ada anak sekolahan yang kelakuannya kurang ajar dengan anak laki-laki. Mereka tidak punya rasa malu!" dengan bangganya wanita yang ikut campur tadi membeberkan isu. "Ah, masa! 'Kan di sekolah mereka diajarkan budi pekerti. Saya kira ini kesalahpahaman. Tadi saya dengar sendiri mereka bertengkar saat lewat sini." bantah salah satu warga.  "Iya. Ibu ada bukti, tidak?" tanya warga lain.

Agar meyakinkan warga, tiba-tiba Dento menarik tangan Nurul Ilmi untuk dibonceng ke sepeda motornya. "Tuh, 'kan? Kalian lihat sendiri, dia mau-mau saja diajak. Tandanya ada sesuatu yang mencurigakan! Ibu-ibu harus waspada kalau melihat anak yang tabiatnya begitu." hasut wanita pengikut campur. "Itu semua tidak benar, Bu, Pak! Percayailah kami, Bu!" bantah Izzah terisak.

 "Halah! Mana ada maling yang mengaku maling?" cibir warga yang percaya dengan isu tersebut. "Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Nanti kalau ada kejadian yang tidak diinginkan kita yang malu. Kita yang repot!" sahut warga lain. "Tetapi 'kan belum ada bukti yang kuat, toh!" bantah warga yang tetap tidak percaya. "Mana mungkin mereka melakukan perbuatan nista. Mereka anak sekolahan, terpelajar, pakaiannya pun sopan. Kita tidak bisa menuduhnya serampangan." sambungnya. "Heh, bisa saja mereka bersandiwara, membuat-buat seolah-olah tidak bersalah. Padahal 'kan salah mereka menggoda laki-laki." tukas wanita penghasut itu.

            "Tidak, Bu! Ibu tega menuduh kami. Kami tidak mungkin begitu, Bu." sekali lagi Izzah membantah. "Plak! Bukannya mengaku malah berani ketus dengan saya. Dasar kurang ajar!" tampar wanita penghasut.  "Bu, mengapa kalau 'yang begini' selalu perempuan yang disalahkan, Bu? Demi Allah! Hiks.....hiks. Kami tidak pernah bermaksiat dengan anak laki-laki, Bu! Hiks....hiks. Teganya Ibu mem......." bela Izzah. Plak! Sekali lagi telapak tangan wanita penghasut melayang ke pipi Izzah. Teman-temannya pun ikut jadi sasaran. Spontan Izzah berlari tersedu-sedu dan menepi di halte.

            "Zah, jangan melawan ibu itu. Lebih baik diam saja. Allah pasti melindungi kita." bisik Reni yang menyusul Izzah. "Hiks....hiks.... Tetapi, 'kan?" kata Izzah. "Iya, tetapi kita harus tenang." bisik Reni lagi. "Kamu yang sabar, ya!" hibur Nurul Ilmi sambil berbisik. "Ini ujian untuk kita." sahut Reni. Mereka pun saling merangkul dengan cucuran air mata yang tidak terbendung lagi.

            Di saat situasi semakin kurang kondusif, dari belakang kerumunan muncullah seorang ustaz yang berseru dengan lantang, "Hai 'bocah-bocah' yang ada di situ! Kalau berani mengganggu anak perempuan saya akan buat perhitungan kalkulus dengan kalian! Kalian telah melampaui batas!" Namun Brenzy dan wanita penghasut tertawa sinis, "Eh,eh,eh, ada orang alim lagi, nih. Bisa-bisanya membela orang lemah seperti mereka. Hahaha!"

Plak! Satu tamparan bonus mendarat di pelipis Brenzy. "Kalian yang lemah! Kalian dengan mudahnya ditipu nafsu syahwat dan malah menuduh orang yang baik-baik seperti mereka. Kalian juga membuat orang lain merendahkan martabat perempuan." tegas Pak Ustaz.

            Secara mengejutkan mobil polisi datang dan langsung mengamankan para pengacau itu. Brenzy sempat mencoba kabur namun dengan siasat Pak Ustaz dan beberapa orang warga ia berhasil disambar elang bertopi cokelat. Sementara itu seorang polisi wanita mengamankan Izzah, Reni dan Nurul Ilmi ke warung terdekat untuk mencoba menenangkan. Di sana ada Pak Tonie, guru Bimbingan Konseling yang juga tersentak mendengar kabar yang dialami siswi-siswinya.

Kembali ke TKP, Pak Ustaz menyampaikan klarifikasi untuk memutus mata rantai gibah. Beliau juga menunjukkan rekaman asli kejadian tadi yang diambilnya diam-diam. 

"Ibu-ibu dan bapak-bapak yang ada di sini, saya mohon maaf namun jangan mudah terprovokasi tanpa menyelidiki terlebih dahulu kebenarannya. Biar saya yang meluruskan. Tadi saya bersama istri sedang mengendarai mobil menuju Islamic Centre. Namun saat melintasi jalan ini saya lihat bocah-bocah kurang ajar tadi mengganggu anak SMA yang mau pulang sekolah. Mereka yang "main kasar" dengan anak perempuan. Saat kalian berkerumun, saya telah menelepon Polsek setempat untuk mengamankan keadaan. Sekarang saya minta Bapak dan Ibu untuk meminta maaf dan tolong bubarkan keramaian ini." jelas Pak Ustaz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun