Mohon tunggu...
Rafif dan Rafi
Rafif dan Rafi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Generasi muda Indonesia

Masih pemula dalam membuat artikel. Generasi muda yang mencoba melek dengan situasi terkini.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ada Apa Sebenarnya di Media Sosial Kita?

27 Februari 2022   07:55 Diperbarui: 27 Februari 2022   09:25 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar postingan Hari Sosial Media Indonesia dari IG @rafifrafi2022

5. Disintegrasi di Media Sosial

Disintegrasi jika diuraikan berawal dari kata "dis" (tidak) dan integrasi (bergabung). Jika integrasi adalah upaya penyatuan dan penggabungan ke dalam suatu aspek (kelompok hingga negara) yang besar, maka disintegrasi adalah sebaliknya. Penulis menemukan fenomena yang sepertinya mengarah ke disintegrasi, terutama yang dipicu faktor politis.

Ketika ada suatu kontestasi politik (sebut saja pemilihan umum), terdapat beberapa kandidat yang masing-masingnya memiliki massa pendukung yang kuat. Bahkan mereka meluncurkan personel-personel yang siap menelurkan "amunisi" untuk berduel dengan massa pendukung kandidat lain. Risikonya adalah adanya persaingan yang tidak sehat!

Masing-masing kelompok memiliki rasa fanatik yang tinggi dan sering kali membawa pandangan yang berbeda-beda. Jika persaingan tidak sehat dipraktikkan, sejumlah aksi dapat dilakukan untuk menjatuhkan kelompok lain seperti adanya buzzer (pendengung), kalimat-kalimat yang menyerang kelompok lain, adanya saling klaim dan masih banyak lagi. Bahkan walau pun kandidatnya sendiri tidak melakukan hal yang demikian!

Risiko akan lebih buruk ketika hasil kontestasi sudah ditemukan. Sebagaimana fenomena yang terjadi saat ini, tidak semua masyarakat bersedia menerima hasil tersebut. Ketika alur mulai berjalan, terdapat berbagai ketimpangan karena suatu kebijakan tidak selalu sesuai keinginan semua pihak. Sebenarnya sah-sah saja apabila terdapat hal yang tidak sesuai keinginan kemudian diberikan kritik yang membangun dan bersedia bernegosiasi untuk memberikan solusi. Namun banyak yang memilih cara mengecam, sindiran, sarkasme dan hal sejenis yang tidak memberikan solusi. Kehadiran barisan pendengung dan pihak lain yang reaktif (termasuk netizen) pun dapat meningkatkan suhu situasi yang ada.

Disintegrasi merupakan risiko yang dapat terjadi dari hal-hal tersebut. Adanya persoalan-persoalan yang belum beres, ditambah dengan respons yang berbeda akan suatu situasi, tidak semuanya dilakukan dengan cara yang sehat, masih banyaknya praktik korupsi, kriminalitas yang tinggi, persoalan utang negara, konflik intra dan antarkelompok, wacana pembangunan, pemerataan yang minim dan lain sebagainya dikhawatirkan mendorong disintegrasi. Padahal sebagai bangsa yang besar seharusnya persatuan dan kesatuan dapat dijaga. Selain itu hubungan interaksi antara pemerintah dan masyarakat harusnya berjalan harmonis.

6. Isu yang Digoreng

Masih bicara tentang kontroversi, ada beberapa isu yang seharusnya tidak diekspos namun telanjur tersebar luas ke publik. Jika diumpamakan, misalnya ada sebutir permen yang jatuh. Kemudian ada seekor semut yang melihat permen raksasa tersebut dan segera memberitahu semut-semut lain. 

Apakah itu salah?

Di satu sisi tidak juga. Jika mengambil sudut pandang motivasi, ketika ada sumber rezeki di sanalah banyak yang menginginkannya. Ketika ada mata pencaharian yang memiliki prospek menjanjikan tentunya banyak yang menginginkannya. Si semut tidak egois, ia mengundang semut lain untuk menggotong permen tadi untuk dibagikan bersama-sama.

Di sisi lain ada salahnya. Si semut tidak memeriksa terlebih dahulu permen apakah yang jatuh tersebut. Bisa jadi malah bakteri-bakteri telah hinggap terlebih dahulu di sana. Atau bisa jadi permen tersebut tidak ada, hanya ilusi si semut. Atau bisa jadi sebenarnya bukan permen melainkan hanya penghapus, pil obat atau makanan lain yang barang kali tidak manis. Namun karena didorong "rasa ego dan sosial" si semut malah menyebarkan kabar yang belum jelas kebenarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun