Masalahnya terletak pada penggunaan media sosial untuk hal-hal negatif atau cara menggunakannya dengan negatif pula. Jika dihitung-hitung sudah banyak kajian, video, artikel, opini dan penelitian yang membahas tentang dampak negatif penggunaan media sosial ini. Namun di artikel ini terdapat beberapa catatan sisi minus dari penggunaan media sosial di Indonesia menurut sudut pandang penulis.
1. Etika Netizen
Bisa dikatakan bahwa netizen atau warganet saat ini turut memberikan kontribusi dan pengaruh yang besar bahkan bagi jalannya roda kehidupan berbangsa dan bernegara. Netizen Indonesia sudah menjadi basis kekuatan masif yang memegang andil tersendiri. Ada beberapa frasa yang penulis sematkan untuk netizen kita : kuat, masif, agresif, influence, responsive, sensitive.
Menurut penulis, saat ini ada yang disayangkan dari gelora netizen Indonesia tersebut. Sebagian kelompok netizen -entah dari mana latar belakangnya- memiliki karakteristik yang cenderung mengomentari sebuah konten dengan kritik, hujatan, kecaman, olok-olokan, sindiran, sarkasme dan yang sejenis.
Berarti kritik dilarang dong?
Ugh........Â
Bukan! Bukan itu maksudnya!
Pada dasarnya kritikan adalah bagian dari proses penilaian. Selama dalam batas wajar dan memerhatikan etika, suatu kritik boleh-boleh saja. Namun dalam konteks saat ini banyak yang mencampurkan kritik dengan kata-kata pedas, kecaman dan sindiran. Akibatnya kata "kritik" sendiri seringkali diasosiasikan dengan hal-hal tersebut.
Di tahun 2021 kemarin berbagai macam polemik tidak terlepas dari kata "kritik". Mural yang dihapus, kritik yang tidak selalu direspons baik hingga tuduhan pihak tertentu antikritik menggoyahkan purisasi demokrasi kita.
Bahkan, sebuah media dari perusahaan berpengaruh internasional sempat menyebut netizen Indonesia sebagai netizen yang paling tidak sopan di Asia Tenggara. Mungkin ada yang mengatakan keramahtamahan Indonesia di dunia nyata berbanding terbalik dengan di dunia maya.
2. Arus Kontroversi