Kontroversi. Dari zaman dahulu kala sejak peradaban manusia bermula hingga saat ini suatu hal bernama kontroversi acap kali terjadi. Kontroversi secara sederhana dapat diartikan terjadinya perselisihan (pro dan kontra) karena berbeda cara pandang dan pemahaman.
Saat ini berkali-kali publik digoyang dengan kontroversi, (menurut frekuensi) dengan frekuensi yang paling sering bergaung dari aspek berikut : politik, SARA, komunikasi, entertainment. [Apakah aspek ekonomi juga menjadi sumber kontroversi?]
Menurut penulis kontroversi setidaknya seringnya dipicu dan didorong hal-hal berikut :
- Perbedaan cara pandang.
- Kebijakan dan wacana yang multitafsir.
- Pihak tertentu yang dinilai tidak konsisten.
- Menyeret nama-nama atau pihak tertentu yang dikenal luas oleh publik.
- Publikasi media.
- Ucapan atau tindakan yang salah dari seseorang.
- Adanya pihak yang pertama kali mem-viralkan.
- Suatu isu baru yang belum terverifikasi dan/atau diklarifikasi. Maksudnya terkadang suatu isu belum diketahui jelas kronologi, subjek, objek dan konteksnya.
3. Salah Orientasi Konsumsi Konten
Di awal penulis menyebutkan beberapa konten positif yang patut diisi di media sosial. Pada segmen ini penulis menyinggung tentang orientasi konsumsi konten.
Secara pribadi dan subjektif penulis merasa risih dengan orientasi konsumsi konten yang kurang jelas manfaatnya namun digandrungi publik seperti isu-isu selebriti dan kontroversi politik. Menurut penulis tidak semua "kabar" harus disiarkan ke publik, apalagi yang hanya bertujuan untuk menambah jam tayang. Isu selebriti yang boleh dipublikasikan misalnya kebahagiaan, liburan, tips, motivasi, ulang tahun, karier, pernikahan dll, itu pun harus dengan seizin yang bersangkutan. Beda halnya dengan hal berikut ini yang sangat disayangkan : gosip terbaru selebriti, isu perselingkuhan, persidangan, perceraian, sensasi, pacar, terkadang koleksi barang mahal dan lain sebagainya yang merupakan privasi dan ada sebagian yang merupakan aib. Selain itu (sskali lagi ditekankan) tidak semua jejak kehidupan mereka harus diekspos ke publik dan tidak semua orang nyaman jika keseharian mereka harus selalu diikuti orang lain.
Juga halnya dengan kontroversi politik yang setiap kali beredar selalu memusingkan. Jangankan yang ahli di bidangnya, orang yang awam saja ikut-ikutan merespons kontroversi politik. Namun tidak dapat dipungkiri, di konteks negara demokrasi setiap warga negara memiliki hak untuk berpendapat dan tahu akan kondisi negaranya. Hal ini menjadi sisi positif dari tindakan responsif publik. Justru yang menjadi masalah adalah jika hak tersebut disalahgunakan atau digunakan dengan cara yang tidak sepenuhnya dibenarkan.
4. Perbedaan Cara Pandang
Kontroversi dapat dipicu dari perbedaan cara pandang (perspektif). Sebenarnya mau tidak mau, suka tidak suka perbedaan cara pandang bisa dikatakan merupakan fitrah manusia. Setiap orang memiliki tingkat pemahaman dan cara pandang yang berbeda dengan dorongan dari internal (pikiran, perasaan dsb) dan eksternal (lingkungan, politik, budaya dsb).
Tetapi dengan sejujurnya terkadang kita merasa hal tersebut mengganggu atau membawa stigma lainnya. Terkadang kita tidak sepenuhnya menerima perbedaan yang dimiliki orang lain. Rasa tidak menerima tersebut dapat memicu reaksi negatif seperti apatis, tidak menghargai, skeptis hingga diskriminasi.
Tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama akan maksud sesuatu.