Contohnya tekanan diplomatik vanuatu di sidang umum PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) yang dilaksanakan di New York, 29 September 2020 yang dimana dijawab oleh Diplomat Indonesia, Silvany Pasaribu dimana beliau menggunakan hak jawabnya untuk menjawab tudingan Vanuatu.
Selain itu Vanuatu juga menyecar Indonesia pada sidang umum PBB yang dilaksanakan di New York, 27 September 2021. Potensi dari tekanan tekanan dan kampanye visual OPM dalam penyelesaian konflik dapat memiliki potensi mempengaruhi pemerintah apakah harus lebih “militeristik” atau “sosial” dalam penyelesaian konflik.
Dalam hal ini, kampanye visual OPM di media sosial jelas memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk kebijakan dan pendekatan terhadap konflik Papua. Dengan menggunakan kekuatan visual untuk membangun narasi yang menggugah emosi, menggerakkan solidaritas internasional, dan memperjuangkan aspirasi kemerdekaan Papua, kampanye ini dapat mendorong perubahan dalam kebijakan internasional terkait Papua.
Tekanan yang timbul dari opini publik global dapat mendorong negara-negara untuk mempertimbangkan tindakan diplomatik yang lebih kuat, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi penyelesaian konflik yang lebih adil dan damai. Namun, ini juga menunjukkan bahwa kekuatan visual di media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk persepsi dan kebijakan di tingkat global.
Kesimpulan
Media sosial telah mengubah cara OPM menyuarakan perjuangannya. Dengan menggunakan kampanye visual, OPM mampu membangun narasi emosional yang menarik perhatian masyarakat internasional dan memengaruhi opini publik global.
Meskipun dampaknya sangat besar, kampanye ini juga menghadirkan tantangan terkait keakuratan informasi dan potensi propaganda. Untuk menghadapi dinamika ini, pemerintah Indonesia perlu mengembangkan strategi komunikasi yang lebih efektif, yang tidak hanya berfokus pada kontra-narasi tetapi juga pada transparansi dan upaya penyelesaian konflik yang berkeadilan.
Di sisi lain, masyarakat internasional perlu lebih kritis dalam menyikapi kampanye visual semacam ini, dengan memastikan bahwa opini yang terbentuk didasarkan pada informasi yang akurat dan berimbang.
Transformasi gerakan separatis di era digital menunjukkan bahwa media sosial tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga menjadi medan pertempuran baru dalam konflik politik dan sosial.