“Bagaimana keadaan Melodi, dok?” tanyaku dengan muka seperti kehilangan alasan untuk hidup.
“Keadaan Melodi sedang tidak baik, dia divonis terkena penyakit gagal sumsum tulang belakang yang menyebabkannya kehilangan keseimbangan untuk waktu tertentu. Biarkan dia beristirahat terlebih dahulu, jangan bangunkan dia.” Kata dokter dengan nada rendah seperti sedang turut berduka dengan kondisi Melodi.
“Baiklah dok.” Jawabku singkat karena tidak tahu harus bertanya apa lagi.
“Jagalah dia. Aku tahu ini pasti sangat berat bagimu dan baginya. Aku juga tahu kalau dia pasti sedang sangat membutuhkanmu. Kita akan segera melakukan operasi.”
“Operasi? Saya sedang tidak memiliki dana dok.”
“Maaf, tapi itulah cara agar dia tetap bisa bertahan. Kami akan mengadakan operasi sekitar 3 sampai 5 hari lagi tergantung pada situasi Melodi.”
“Tapi?” aku seperti tidak terima dengan perkataan dokter tersebut. “Baiklah saya akan mencari dana dengan segenap kemampuan saya. Saya ingin Melodi selamat berapapun biaya yang dibutuhkan.”
“Akan kami usahakan semaksimal mungkin, untuk sisanya berdoalah kepada Tuhan. Permisi.” Dokter itu pergi meninggalkanku untuk merawat pasien yang lainnya.
Aku berjalan masuk dan melihat Melodi sedang duduk dengan air mata yang mengalir di pipinya.
“Aku mendengar semua percakapanmu dengan dokter itu.” Ujar Melodi dengan nada putus harapan
“Jangan khawatir Mel, aku akan mencarikan dana sebanyak mungkin agar kamu bisa sembuh.” Jawabku kepadanya berharap agar dia tenang.