Mohon tunggu...
Cerpen

Hujan Melodi

19 Maret 2017   19:17 Diperbarui: 20 Maret 2017   16:00 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Asli? Apa maksudnya?” dengan kebingungan aku bertanya pada pak Jefri.

“Baiklah, mungkin inilah saatnya kamu mengetahui semuanya. (sedikit menghela nafas) Sebenarnya dulu saya menikah dengan seorang perempuan bernama Chelsea.”

Aku memotong kalimat bapak itu, “Tapi ibu Melodi bukan bernama Chelsea, melainkan Febby, dan nama ayahnya adalah Oktarian.”

“Jadi begitu, (terdiam sesaat)”

“Jadi apa maksudnya?” tanyaku makin penasaran

“Biar bapak luruskan semuanya. Dulu, bapak menikah dengan Chelsea. Saat Ibu Melodi mengandungnya, bapak pergi dengan selingkuhan bapak menuju negara ini. Sejujurnya bapak menyesal telah meninggalkan Chelsea dan calon anakku Melodi. Bapak benar-benar bodoh telah melakukan hal ini. Terlebih lagi, selingkuhan bapak telah pergi juga meninggalkan bapak, seperti yang bapak lakukan terhadap istri bapak, Chelsea. Bapak ingin kembali menuju Chelsea tapi mungkin ini akan menjadi ide yang buruk. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk hidup sendirian di negara ini.” Bapak itu mengatakan hal ini dengan mata yang berkaca-kaca.

“Tapi nama ibu Melodi adalah Febby.”

“Apakah Febby mirip dengan Melodi?” tanya bapak itu kepadaku. Aku teringat saat aku bersama Melodi di bukit. Benar, tidak ada kemiripan antara Melodi dengan kedua orang tuanya yang aku kenal.

“Chelsea pasti sudah menitipkan anaknya kepada orang lain. Ini adalah foto Chelsea.” Ditunjukkan kepadaku foto seorang perempuan muda yang wajahnya mirip sekali dengan Melodi. Setelah aku perhatikan baik-baik, mata dan pola wajah pak Jefri juga mirip dengan Melodi.

“Kurang ajar (aku memukul wajah bapak itu keras-keras dengan air mata yang keluar dari mataku). Berani sekali bapak membawa penderitaan bagi Melodi. Sekarang ia divonis mengidap penyakit gagal sumsum tulang belakang. Saya mengikuti kompetisi ini untuk mencari uang sebagai dana ia operasi. Operasinya akan segera dilaksanakan karena kondisinya sedang kritis.” Aku berteriak keras dengan air mata yang memancar keluar dari mataku.

“(dengan juga meneteskan air mata) Bapak pantas menerima hal ini. Tapi bapak mohon kepada nak Dana, antarkan bapak kepada Melodi.” Pak Jefri memohon dengan wajah yang terisi oleh harapan untuk bertemu anaknya yang telah ia tinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun