“Baiklah.” Aku mengusap kedua air mataku dan dengan berat hati aku menerima permohonan Pak Jefri
“Terimakasih nak Dana.” Bapak itu berterimakasih dengan wajah senang dan penuh harapan agar bisa kembali lagi ke anak kandungnya.
“Sama-sama pak.”
Semua yang aku rencanakan telah berjalan sesuai rencana, yang paling aku senangi adalah aku berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi itu. Akhirnya dengan jerih payahku, aku berhasil membawa uang sebagai dana untuk operasinya. Uang ini sangat banyak, bahkan lebih dari biaya untuk operasi Melodi.
“Uang ini memenuhi dompetku. Setelah operasi Melodi, apa saja ya yang akan aku lakukan dengan uang sebanyak ini?” aku bergumam di dalam pesawat bersama pak Jefri yang ingin bertemu anaknya
“Mungkin kamu bisa menikahi Melodi.” Kata pak Jefri dengan wajah dan nada tulus
“Hee?? Aku belum siap.” Dengan menahan senyum dan pura-pura menolak aku berkata demikian.
“Kamu anak yang baik nak Dana, walau belum menikah saja kamu sudah rela berkorban demi Melodi.” Bapak itu merayuku untuk segera menikahi Melodi
“Emm (aku berfikir sejenak), mungkin bapak benar, entah kenapa seakan-akan Melodi adalah alasanku untuk hidup.” Kataku dengan wajah agak merenung dan dengan wajah yang seakan-akan merindukan Melodi yang beberapa hari ini tidak bertemu.
“Nah itu yang bapak inginkan.” Pak Jefri langsung menjabat tanganku dengan tertawa seakan-akan ia berhasil membujukku untuk menikahi anaknya.
Aku tersenyum dan menahan tertawa melihat tingkah bapaknya Melodi ini.