Mohon tunggu...
rae leonora
rae leonora Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ndara

23 September 2023   11:26 Diperbarui: 23 September 2023   11:40 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tetapi, aku memang menginginkan dia cepat mati." Aku menyeringai jahat, membayangkan ikan mas bernasib sial itu mengambang tak bernyawa. Raven lantas menoyor jidatku, membuyarkan imajinasi kejiku yang semakin liar. "Aku tahu kau psikopat namun hanya terkurung di dalam benakmu saja." Aku melotot, membalasnya dengan tabokan keras. 

Kali ini, ia mencicitkan aduh sambil mengusap-ngusap lengannya. "Kenapa?" Seruku galak, menantangnya dengan tangan terkepal. Namun ia hanya menatapku lama dengan mata menyiratkan luka.

"Pergi sana." Perintahnya tiba-tiba. Keningku berkerut, apakah aku memukulnya terlalu keras? Namun aku berusaha menutupi rasa bersalah yang melintas. "Enggak salah kau mengusirku seperti ini?" Ujarku masih setengah berteriak saat Raven bangkit dari tempat duduknya dan menyumpalkan earphones di telinga. "Aku saja yang pergi." Garis punggungnya perlahan menjauh dari pandanganku.

Aku menghembuskan nafas. Suasana hatinya kerap berubah. Raven bisa saja sedang mendengarkan lagu ciptaan ibunya yang sudah pergi untuk selamanya. 

Ibunya adalah seorang penyanyi indie. Aku mengenal ibunya, namanya Aisha. Pada masanya, ia bernyanyi dari satu kafe ke kafe lainnya. Bermodalkan gitar usang dan suara jernih, ibunya adalah bukti dari besarnya cinta akan musik. 

Saat ia berada di panggung, pesonanya mampu memikat siapapun yang berada di ruangan. Sebutlah bakat alami, caranya menghibur audiens, menyapa mereka seolah teman lama. Namun, hal yang paling kusuka adalah mata teduhnya saat menyanyikan setiap larik lagu, membawa kita kepada syahdu dunianya. 

Ia menuliskan lagu-lagu tentang kisah laut, masa muda, dan ungkapan cinta terhadap seorang nelayan yang kini menjadi suaminya. Aku bertumbuh ingin mempunyai cinta sebesar yang ia miliki. Ia adalah inspirasiku untuk menekuni bidang musik.

Pada malam kesekian di bawah langit Sumba yang cerah, Raven memetik gitarnya dan kami bernyanyi bersama. Lalu terdengarlah derap langkah kaki cepat ibunya yang datang dan memeluk Raven erat-erat. Ia berkata seorang produser dari Jakarta sempat singgah di kafe tempat ia biasa tampil. Produser itu tersentuh akan pertunjukkan spektakuler ibunya, dan memberikan tawaran baginya untuk masuk ke dalam label. 

Mendengar kabar tersebut, Raven berjingkrak kegirangan. Bahkan keluargaku yang mengenal baik ibunya juga turut merayakan. Maka bertemakan makan malam sederhana, yakni ikan hasil tangkapan ayah Raven dilengkapi daun ubi tumbuk, suara dentingan gelas dan tawa memenuhi gelapnya malam. Lusa, ibunya akan pergi meninggalkan kisah laut, masa mudanya, dan nelayan yang ia cintai. 

Wajahnya bersinar oleh sepercik harap dan mimpi yang bergelora di dalam hatinya. Tidak ada seorangpun yang mendukung Aisha lebih dari suaminya yang tengah merangkul isterinya dengan bangga. Kita semua diliputi kebahagiaan.

Hingga suatu hari, Raven menggedor pintu rumahku saat matahari sedang terik-teriknya. Aku membukanya dan menemukan sosok yang mendung disana, matanya sembab seperti habis menangis. Ia memberitahu dengan suara serak bahwa ibunya telah pulang dari Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun