Arti
Sewaktu Meninggalkan Rumah
Saya dari awal awal sudah berharap dapat memiliki kesempatan datang ke China belajar Mandarin. Akhirnya keinginan ini menjadi kenyataan, dalam hati ada kegembiraan yang tak terkatakan.
Semenjak musim panas tahun yang lalu, saya sibuk menghubungkan sekolahan, melaksanakan bermacam macam prosedur, tetapi, semua ini adalah yang dikerjakan dengan menyembunyikan keadaan sesungguhnya dari orang tua saya. Saya adalah anak perempuan tunggal, jikalau urusan ini dikatakan kepada ayah ibu, mereka sebagian besar tidak dapat sependapat, karenanya, saya dengan teman dan guru yang mengajar mandarin berunding, segala prosedur setelah diselesaikan baru memberi tahu mereka. Mereka mendengar, sebagaimana diduga tidak begitu menyetujui Papa berkata, pekerjaanmu sekarang ini bukankah sudah baik? Mama berkata, kamu tidak berencana menikahkah?
Sejujurnya, terhadap masa depan harus mengerjakan apa , saya belum memikirkan matang matang.
Sekalipun begitu sekarang aku memang ingin belajar mandarin, memikirkan China – pergi melihat lihat negara yang kuno tetapi juga muda. Saya berkata kepada ayah ibu, saya sudah bertumbuh besar, maka seperti burung kecil, yang telah terbang sendiri. Saya perlu hidup yang mandiri, ke luar negeri selama setahun dengan bebas, kemudian baru mempertimbangkan rencana (untuk) selanjutnya. Orang tua tahu karakter saya, hal yang telah diputuskan tidak dapat diubah, lebih lanjut mereka juga merasa bahwa cara pikirku adalah benar, maka segera terpaksa sependapat.
Mama ingin saya setelah tiba di China, setiap minggu menelpon dia sekali. Papa berkata, yang terbaik sering sering mengirim email, memberi tahu mereka segala galanya saya di China. Saya telah menyetujuinya. Sewaktu menjelang pergi, mereka telah membelikan banyak barang, sekuat tenaga dijejalkan kedalam koperku.
Papa mengendarai mobil, membawa saya ke bandara. Ketika berpisah, mereka memandang saya dari jauh sambil melambaikan tangan tidak berhenti henti , mama menyeka air mata. Melihat wajah orang tua yang berat hati untuk berpisah, air mata saya juga sekejap mengalir keluar.
Setelah tiba di China, ayah ibu sering mengirim surat kemari, selalu berpesan saya harus menjaga kesehatan diri, memperhatikan keselamatan. Belajar dengan segenap daya, hidup dengan bahagia.
Untuk melegakan hati mereka, saya juga sering mengirim surat atau menelepon, mengekspresikan cinta dan kerinduanku kepada mereka.