Panggilan Allah terhadap Yesaya
Yesaya 6:1-8
Nama        : Radiman Siringoringo
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan.............................................................................................................. 3
BAB II. Pembahasan..............................................................................................................3
 2.1.PenglihatanYesaya terhadap Tuhan(ay 1-3)................................................... 4
2. 1. 1. Tuhan duduk ditahta yg paling tinggi............................................. 5
2. 1. 2. Serafim berdiri di atas-Nya.......................................................... Â 6
2. 1. 3. Seruan Serafim........................................................................ Â 7
2. 2. Dampak Penglihatan nabi Yesaya (Ay.4-5)................................................... Â 8
      2. 2.1. Alas ambang pintu bergoyang.......................................................  8
      2. 2. 2. Respon Nabi Yesaya.................................................................  9
2. 3. Â Dosa Yesaya dimapuni (Ay. 6-7).............................................................. Â 10
2. 4. Pengutusan nabi Yesaya (8)..................................................................... Â 10
BAB III. Kesimpulan...................................................................................... 11
Daftar Pustaka............................................................................................... 12
BAB. I. PENDAHULUAN
      Kitab Yesaya adalah sala satu kitab terbesar dalam kanon Alkitab, bersama-sama dengan  Kitab Mazmur dan Kitab Yeremia.[1] Kitab ini juga merupakan suatu koleksi nubuatan dan dan bahan-bahan pernyataan yang beraneka ragam dan amat kaya isinya. kitab ini dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu Yesaya 1-39 dan Yesaya 40-66. Pembagian ini dilatarbelakangi oleh zaman-zaman yang berbeda, karenanya menyampaikan berita profetis yang khas.[2] Kitab Yesaya menurut pandangan tradisional bahwa Yesaya menulis seluruh kitab yang memakai namanya. Ahli-ahli yang lebih konservatif menerima adanya dua kitab yang ditulis oleh dua orang yang berbeda (Yes 1-39 dan  40-46); ahli ahli yang berpandangan moderat menerima adanya tiga kitab  ( Yes 1-39, termasuk beberapa penambahan kemudian; 40-55; 56-66); dan ahli-ahli radikal menemukan pengarang atau lebih. Namun 1953 suatu tafsiran kitab suci karang katolik menyatakan:" jelaslah kitab Yesaya dalam bentuknya yang sekarang tidak berasal dari tangan Yesaya  tetapi dari tangan penyuting sesudah pembuangan. Penyuting itu juga menambah petunjuk-pentunjuk pembukaan itu yang tidak memakai kata ganti orang pertama('aku')".[3]
      Dalam LAI diberikan judul Yesaya mendapat panggilan Allah. Penulis sekilas membaca judul perikop yang seolah-olah  tendensinya  kotradiktif.   Yang lain memandang Yesaya 6 sebagai tambahan penyuting (tetapi mengapa seorang penyuting tidak menempatkannya pada bagian awal?). bagaimanapun juga, Yesaya 1-5 tampaknya merupakan tinjauan umum dari pemberitaan kitab itu seluruhnya. Karena itu sangat cocok sebagai pendahuluannya.[4] Pendahuluan itu berisi tuduhan terhadap bangsa itu karena kebodohan dan kedengilan mereka (1:1-26) serta janji akan pembebasan bagi mereka yang bertobat (ay 27-31); penglihatan mengenai kemuliaan pada hari-hari terakhir (Yes 2:1-4) dan mengenai penghukuman bagi orang yang sombong, angkuh dan menyembah berhala (ay 6-19); keterangan lain, kali ini dengan urutan terbalik, yakni menegenai penghukuman (Yes 3:1-4:1) dan kemuliaan yang akan datang ( Yes 4:2-6); dan "nyanyian tentang kebun anggur"  yang indah (Yes 5). Sedikitnya ada dua penglihatan yang ditunjukkan (Yes 1:1; 2:1), dan mungkin ada beberapa pesan terpisah yang mengabungkan untuk membentuk pendahuluan ini. Namun,  penulis melihat bahwa  tidak tau pasti apakah panggilan Allah (Yesaya 6:8-10) manandai permulaan pelayanan Yesaya sebagai nabi, atau apakah penglihatan itu datang kemudian?. Karena panggilan itu tidak mengawali Kitab Yesaya, maka beberapa orang berpendapat bahwa panggilan sesudah pemulaan pelayanan sang nabi. Lalu bagimana kita melihat nabi Yesaya bisa mendapat panggilan sang ilahi?, mengapa Allah memanggil Yesaya? Inilah yang akan saya bahas dalam pembahasan BAB II.
Â
Â
Â
BAB II. PEMBAHASAN
Â
2.1. PenglihatanYesaya terhadap Allah ( Ay 1-3)
Â
       Pasal ini, menceritakan panggilan Allah akan Yesaya. Panggilan tersebut didahului dengan ia mendapat penglihatan akan Allah. Penglihatan seperti apa yang dimaksud di sini? Penulis akan membahas satu per satu, sebagai berikut:Â
Â
2. 1. 1. Tuhan Duduk di Takhta yang Paling Tinggi
Â
      Pada bagian ini disebutkan bahwa Yesaya mengalami penglihatan terhadap  Tuhan. Yesaya melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi. Penglihatan ini disebutkan pada waktu, yaitu "dalam tahun matinya raja Uzia" (740 sM). Menarik kita perhatikan, mengapa Yesaya mengalami penglihatan pada waktu matinya Raja Uzia?Ada beberapa penafsir yang mencoba menganalisis. Lasor "mengatakan di sini ada hubungan sebab-akibat: sebelum peristiwa itu, Yesaya hanya melihat kemuliaan dan keagugan pemerintahan kerajaan; tetapi pada waktu Uzia wafat, Yesaya sadar bahwa kemuliaan insani fana dan terbuka untuk menerima penglihatan mengenai pemerintahan sorgawi".[5] Dipihak lainWidyapranawa melihat dari fakta sejarah pada pemerintahan raja Uzia( 783-742) sM.).Pemerintahan di Yehuda  relative stabil, karena makmur secara materil. Setelah raja Uzia wafat, situasi sosial politik mengalami perubahan yang sangat cepat, suatu titik balik dalam sejarah Yehuda. Sehingga, ketika kematian Raja Uzia, Yesaya yang sebelumnya  melihat bahwa kerajaan yang sempurna dan mulia dalam kacamata manusia  adalah pemerintahan Raja Uzia. Akan tetapi, sesudah kematian Uzia, Yesaya melihat kerajaan yang lebih dari Uzia yaitu Pemerintahan Allah. [6]Dari pandangan para Ahli ini penulis cenderung sependapat dengan Widypranawa. Alasanya, kemungkinan bahwa sejarah Yehuda dalam pemerintahan raja Uzia sangat relative sangat baik. Namun, ketika kematian raja Uzia, situasi kerajaan Yehuda begitu hancur baik secara spritual dan ekonomi. Pada akhirnya, Yesaya yang  sebelumnya  melihat bahwa kerajaan yang sempurna dan mulia dalam kacamata manusia  adalah pemerintahan Raja Uzia. Akan tetapi, sesudah kematian Uzia, Yesaya melihat kerajaan yang lebih dari Uzia yaitu Pemerintahan Allah.
       Selanjutnya dikatakan dalam matinya raja Uzia Yesaya melihat Allah.  Menarik untuk perhatikan bahwa Yesaya melihat Allah yang duduk di atas tahkta tinggi.Namun, yang menjadi pertanyaan apakah manusia bisa melihat Allah?  kata kerja yang dipakai  Pada bagian ini ialah yang berasal dari kata dasar yang artinya "penglihatan, pandangan dan pemikiran.[7]Apa yang Yesaya lakukan? Dia melukiskan "keadaan takhta itu dan ujung jubah-Nya yang meliputi bait suci".Ia melihat takhta-Nya yang menjulang tinggi, Tuhan adalah Maha Tinggi, menguasai langit dan bumi, dan kekudusannya meliputi bait Allah.Namun, ada perbedaan pandangan. Widyapranawa mengatakanmanusia tidak bisa melihat Allah, lalu tetap hidup( Kel 33:20-23). Di sisilain Watts, menyatakan bahwa Yesaya melihat Allah,dia melukiskan "keadaan tahta itu dan ujung jubah-Nya yang meliputi bait suci". Ia melihat takhta-Nya yang menjulang tinggi, Tuhan adalah maha Tinggi, menguasai langit dan bumi, dan kekudusannya meliputi bait Allah. Disisi lain ada yang membatah pandangan ini, memang orang Ibrani biasanya percaya bahwa melihat Tuhan berarti mati (Kej. 32:30; Kel 19:21; 20:19; 33:20; Ul 18:16) ini benar bahwa berbagai individu di injinkan untuk melihat-Nya. Penampilan ini memiliki tujuan yang berbeda, tetapi unsur dorongan dan konfirmasi sering terlibat (Kej. 9-13; 28:13-15; Kel 24:9-11) karena orang itu melihat Tuhan. Dalam hal ini penulis lebih setuju dengan pandangan kedua. Karena penggunaan 'Adonay', "Yang Berdaulat"sehinga  dia dimampukan untuk bertindak dengan cara yang yang diperlukan.[8] Kemudian dalam penglihatan Yesaya tidak hanya melihat Allah dia juga melihat para Serafim. Siapa Serafim ini? Itulah yang kita bahas di poin selanjutnya.
Â
2. 1. 2. Â Serafim berdiri di atas-Nya (Ay. 2)
Â
        Pada bagian ini disebutkan bahwa Serafim berdiri sebelah atas-Nya.Siapakah Serafim yang berdiri di sebelah takhta-Nya?pada bagian ini mereka dipandang sebagai "roh yang menyala"( kata kerja saraph berarti "menyala"). Kata juga diterjemahkan " yang terbakar". Mungkin menunjukkan bahwa Serafim memiliki penampilan yang berapi-api.  Di terjemahan Alkitab lain  mengacu pada ular berbisa (Bil 21:6; Ul 8:15; Yes  14:29;30:6). [9]Dalam tradisi Mesir "Serafim" yaitu ular Kobra yang melindungi para dewa dan rajanya.[10]Di pihak lain Widyapranawa menyatakan munculnya Serafim pada zaman raja Uzia itu karena masuknya pengaruh-pengaruh dari kultus asing yang menimbulkan ide-ide tentang Serafim, yaitu golongan mahkluk aneh dan berapi-api yang mengelilingi tahkta Tuhan. Mungkin Raja Uzia memasukkan patung-patung Serafim di Bait Allah, bukan untuk disembah melainkan untuk menunjukkan kehadiran Tuhan dan kemuliaan-Nya yang mengatasi Serafim itu. Bentuknya memang tidak pernah jelas:  mempunyai tiga pasang sayap, mempunyai muka, kaki dan tubuh. Para Serafim itu berdiri di depan tahkta Tuhan yang mahakudus, maka ketiga pasang sayap mereka menutupi seluruh diri mereka. Mereka berdiri tegak di depan tahkta-Nya, siap untuk melanyani dan melaksakan apa yang diperintahkan kepada mereka. Dengan sepasang sayap yang melekat pada tubunya, mereka dengan cepat terbang melaksanakan perintah itu. Mereka siap segera melayani Yang Maha Kudus Israel dengan semangat yang menyala-nyala.[11]Diantaranya, memuji dan berseru kepada Allah.
Â
2. 1. 3. Seruan Serafim (Ay. 3)
Â
        Pada bagian ini Serafim yang disebutkan berseru seorang kepada yang lain. Menarik untuk kita perhatikan seruan-seruan Serafim pada (ay. 3). Penampilan tiga kali lipat kata "kudus" menarik perhatian pada kekudusan Tuhan. Dalam bahasa Ibrani, sebuah kata kadang-kadang diulang untuk penekanan.  Misalnya, dalam Yesaya 26:3 kata "damai" (Ibr. shalom)) diulang untuk menekankan tingkat keamanan yang Allah berikan kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Pesan ini dapat diterjemahkan, "kamu akan menjaga yang sempurna {harafiah, "damai damai"} orang yang teguh dalam tujuan". [12] Pengulangan tiga kali lipat adalah cara yang sangat kuat untuk menekankan. Misalnya, dalam Hehezkiel 21:27 Tuhan mengumumkan bahwa Ia akan membuat Yerusalem "sebuah reruntuhan, reruntuhan, reruntuhan, yang berarti bahwa Ia akan membuat kota itu akan menjadi tumpukan puing-puing dan puing-puing. Yes 6:3 pengulangan kali tiga kali lipat  dari "kudus" menekankan bahwa Tuhan itu benar-benar kudus. Di pihak lain Motyer membantah pandangan ini. Dia mengatakan pengulangan tiga kali lipat kata "kudus" bukan menekankan kekudusan Allah. Namun, pengulangan itu menyatakan bahwa malaikat mengenal tiga oknum Allah.[13]Mungkin hal ini mengacu kepada Allah Tritunggal. Akan tetapi, penulis melihat pandangan ini kelihatan berspekulatif. Menarik diperhatikan seruan-seruan Serafim ini mempunyai dampak yang begitu luar biasa baik di dalam bait Allah, maupun pada Yesaya sendiri. Apa dampak seru-seruan Serafim ini?. Itulah yang kita bahas di poin selanjutnya.
Â
2. 2. Dampak Penglihatan nabi Yesaya (Ay.4-5)
Â
      Pada bagian sebelumya kita sudah melihat pujian Serafim yang berseru "kudus, kudus, kudus" berarti esensi Allah yang sangat kudus. Karena bagitu kudusnya Allah mempunyai dampak besar baik di bait Allah, maupun dalam diri Yesaya sendiri.
Â
      2. 2. 1. Alas ambang pintu bergoyang
Â
      Pada bagian ini penulis membahas dampak seruan/puji-pujian para Serafim ialah bergoyangnya alas ambang pintu. Menarik untuk kita perhatikan mengapa pintu bergoyang?. Gray menyatakan bahwa Serafim adalah penjaga pintu Bait Allah, seketika Serafim berseru seluruh bait Allah bergoyang.[14] Seruan Serafim ini juga membuat seluruh bait Allah itu penuh dengan asap. Mengapa hal itu terjadi? pada  poin sebelumnya dijelaskan bahwa sosok Serafim mengeluarkan api. Sehingga wajar dipenuhi jika bait Allah dipenuhi dengan asap. Namun ada pandangan yang mengatakan, bahwa Allah tidak bisa dilihat begitu jelas. Sehingga bait itu dipenuhi dengan asap. Ketika peristiwa ini begitu berdampak dengan bait Allah, lalu apa dampak bagi Yesaya ketika dia sedang di dalam bait itu?
Â
2. 2. 2. Respon Nabi Yesaya
Â
        Pada bagian kita membahas dampak selanjutnya dari seruan-seruan Serafim itu. Sebelumnya kita sudah membahas dampaknya di bait Allah. lalu bagaimana dengan Yesaya sendiri?  Seperti,  ketika berkaca di tempat yang gelap kemungkinan kotoran-kotoran yang ada di wajah  tidak akan nampak. Sebaliknya,ketika berkaca di tempat yang terang seluruh kotoran yang ada di wajah akan begitu nampak. Begitulah dirasakan oleh nabi Yesaya ketika melihat terang itu yaitu Allah yang Kudus. Yesaya  menyadari kenajisan diri dan bangsanya. Meskipun pujian adalah perintah pada hari itu, Yesaya tidak memenuhi syarat untuk memuji raja. Bibirnya (alat pujian) adalah "najis" karena dia terkontaminasi oleh bangsanya  yang berdosa yang telah menolak  " Yang Kudus dari Israel"  dan firman-Nya (lihat Yes 1:2; 5:24). Disisi lain, Yesaya melihat para malaikat memuji Tuhan dengan bibir yang murni "akan tetapi" dia tidak memuji Allah sehingga dia berkata "aku tidak bisa memuji-Nya seperti itu, sebab aku seorang yang najis bibir"  mungkin itu yang dia rasakan. Dia mengakui keberdosaan, meminta ampun kepada Tuhan.
Â
2. 3. Â Dosa Yesaya diamapuni (Ay. 6-7)
Â
   Pada bagian sebelumnya dijelaskan bagaimana proses pengakuan dosa Yesaya dan bangsanya  dan meminta ampun kepada Allah. Lalu apa respon Allah?  Itu lah yang dibahas penulis di poin selanjutnya.
Â
   2. 3. 1. Serafim mendapatkan Yesaya
Â
pada bagian ini menjelaskan respon Allah terhadap pengakuan dosa Yesaya.  Dimana sala satu Serafim mendapatkannya dan  memberikan bara ke mulut Yesaya. Menarik untuk kita perhatikan mengapa "bara" diberikan ke bibir Yesaya. Dalam LAI tidak begitu jelas dikatakan. Namun, dalam terjemahan lain kata "bara" tidak hanya sekedar bara diberikan. Namun diartikan sebagai "bara kehidupan".  Selain itu, meletakkan bara api yang diambilnya dari mezbah dan meletakkan di bibir Yesaya. Ini  melambangkan pembersihan spritualnya, yang diberikan sebagai tanggapan atas jiwanya dan pengakuan dosanya( 6-7).
Â
 2. 4. Pengutusan nabi Yesaya (8)
Â
      Pada bagian sebelumnya dijelaskan bagaimana Allah sudah mengampuni nabi Yesaya. Setelah Yesaya diampuni dari segala kesalahannya dan disucikan dari kenajisannya, maka ia bersikap tenang dan bersyukur, siap menerima tugas yang hendak diberikan oleh Allah. Tugas panggilan itu diberikan dengan cara yang simpatik oleh Tuhan. Tidak dalam bentuk perintah mutlak, melainkan dalam bentuk tawaran dan tantangan secara restoris kepada Yesaya. Menarik untuk diperhatikan pertanyaan Allah "siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Aku?". Pada bagian ini kata "Aku" dalam terjemahan bahasa asli sebernarnya menunjuk kata ganti "Kita". Ini merujuk pada Allah Tritunggal. Respon Yesaya juga menarik sekali. Ia memberi jawaban pribadi yang timbul dari kesadaran diri secara spontan, yang tanpa berpikir-pikir dahulu atau meminta penjelasan-penjelasan terlebih dahulu dan dengan tekad bulat peyerahan diri secara total. Yesaya memahami, tidak ada anugerah yang melebihi pengampunan dosa. Sehingga Yesaya berkata  "ini aku" (ay 8). "Ini aku" menunjukkan kepada keseluruhan kepribadian dan kemampuan yang ada pada dirinya. Yesaya siap untuk diserahkan bagi tugas pengutusan ilahi itu.
Â
Â
BAB III. KESIMPULAN
Â
       Dari pembahasan di atas, penulis menyimpulkan sesuai judul yang sudah dibuat "Panggilan Allah terhadap Yesaya"  berdasarkan (Yesaya 6:1-8).  Hal ini dipaparkan bagaimana Yesaya mendapat penggilan yang di dahului dengan penglihatan. Penglihatan Yesaya menunjukkan bahwa Allah itu adalah Allah yang kudus dan yang mulia. Kekudusan dan kemuliaan Allah membuat Yesaya sadar akan keberadaannya yang berdosa. Yesaya berada di tengah bangsa yang najis bibir. Kesadaran ini, muncul ketika kekudusan itu menerangi dia. Hal ini dapat dianalogikan, dengan sebuah cahaya terang yang menyinari kita ketika kita di depan cermin. Cahaya itu dapat memberitahukan kepada kita, akan berbagai bentuk yang ada pada bagian muka kita.  Â
Â
      Kemudian kalau Allah kudus, sebagai orang yang percaya kepada-Nya kita harus hidup kudus. Hidup kudus artinya kita hidup berpadanan dengan Firman-nya. Jika kita masih di dalam keberdosaan kita. Mari menyambut Allah! supanya Ia menguduskan kita.
Â
 Daftar Fustaka
Â
Chisholm jr,Robert , HANDBOOK on the PROPHETS, Grand Rapid : Baker Academik,  2007
Eerdmans, TDOT, Michigan: Grand Rapids, 2004
Henry, Matthew, KITAB YESAYA 1-39, Surabaya : Momentum, 2016.
Â
LaSor, sastra dan nubuat, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2020.
Â
Oswalt, The Book of IsaIah, Michigan: Grand Rapids, 1986.
Â
Teschner, Rangkaian Visi Mutiara Kitab Yesaya, DKI Jakarta: Yayasan komunikasi bina kasih, 2002
Watts, John, Word Biblical Commentary, Colombia: Thomas nelson, Inc, 2005.
Â
Widyapranawa, tafsiran Alkitab kitab Yesaya, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H