Mohon tunggu...
Syifa Adila Tsarwat Muzzaki
Syifa Adila Tsarwat Muzzaki Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Sedang banyak pikiran. Tunggu pemberitahuan lebih lanjut

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pulang untuk Pergi

12 Februari 2022   20:12 Diperbarui: 12 Februari 2022   20:18 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


Satu bulan kemudian


Pengumuman hasil beasiswa pun keluar. Nama Yuna ada diantara 50 pendaftar lainnya. Tak sempat mengecek nama Kai, Yuna langsung buru-buru memberitahu emak di dapur.


“Emakkk, alhamdulillah mak, Yuna dapet beasiswa ke Solo.” Pipinya dibanjiri dengan air mata bahagia.
“Alhamdulillah, luruskan niatmu supaya kelak segala yang akan kamu lalui selalu Allah mudahkan ya. Emak bangga sama Yuna, emak yakin Yuna akan jadi orang hebat. Pasti!” Sambil terus mendekap anak semata wayangnya.
“Emak, Yuna telepon Kai dulu ya. Yuna ga sabar denger Kai teriak-teriak pas tau kita bakal satu almamater lagi. Bentar ya mak.”


Meninggalkan emak, dan langsung menelpon Kai dengan wajah sumringah.


“Halo Kai, ah gila aku seneng banget deh. Bener-bener ya bosen sih aku dari TK bareng terus sama kamu. Tapi gapapa lah, itung-itung ada yang jagain aku nanti di Solo. Gimana nih seneng kan? Ayo makan-makan buat rayain hari ini.”
“Halo.”
“Kai ko kamu malah diem sih.”
“Kai.”
“Ah, Halo. Sorry. Kenapa Yuna? Tumben telepon.”
“Pasti kamu belum cek hasil tes beasiswa ya.”
“Oh udah kok.”
“Terus kenapa ekspresi kamu kaya gitu Kai. Gaada semangat-semangat nya sih.”
“Yuna, aku ga dapet nih. Belum rezekinya di Solo. Aku harus usaha lebih lagi. Tapi selamat ya, hebat banget nih Yuna. Semangat terus ya. Sorry aku gabisa jagain kamu ntar.”


Sedih iya, kecewa tentu. Harapan Yuna untuk bisa menghabiskan lagi masa perkuliahan dengan Kai di satu almamater yang sama, akhirnya pupus. Tapi Yuna berharap Kai dapat berkuliah di perguruan tinggi yang Kai dambakkan.


Masa SMA pun selesai. Yuna harus menghadapi babak baru menjadi seorang mahasiswi yang akan mengeyam pendidikan di bangku kuliah di salah satu kampus bergengsi di kota Solo. Pahitnya, Yuna akan hidup sebatang kara nantinya, meninggalkan emak.


“Baik-baik kamu disana. Jangan macem-macem. Kuliah yang bener, harus lebih rajin lagi. Sering-sering pulang ya kalo ada waktu atau libur panjang. Emak bakal kangen kamu. Jangan khawatirin emak, pasti baik-baik aja.” Membuka lengannya yang siap jadi pendaratan untuk anaknya.


Tak mampu membalas kata-kata emak, Yuna hanya menangis sembari menguatkan pelukannya pada emak.
Terakhir kalinya, pada perpisahan ini ditutup oleh lambaian tangan Yuna mengisyaratkan selamat tinggal pada Emak, Kai dan keluarganya.


Satu tahun kemudian


Tidak terasa, sudah 2 semester Yuna belajar di kota batik. Selama berjauhan dengan emak yang dilakukan Yuna adalah berkabar via telepon dan layanan video call. Tetapi sudah satu minggu terkahir Kai memberi kabar terkait kondisi emak yang sedang tidak baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun