Mohon tunggu...
Syifa Adila Tsarwat Muzzaki
Syifa Adila Tsarwat Muzzaki Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Sedang banyak pikiran. Tunggu pemberitahuan lebih lanjut

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pulang untuk Pergi

12 Februari 2022   20:12 Diperbarui: 12 Februari 2022   20:18 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


“Permisi Pak, saya Yuna kelas XII-10 jurusan MIPA, ingin bertemu dengan Bu Asri, apakah ada?”
“Oh silahkan, sudah tau mejanya kan?”
“Sudah pak, kalau begitu kami permisi. Terima kasih.”


Yuna dan Kai lantas segera menuju meja Bu Asri. Tidak begitu sulit. Mejanya terletak tepat di samping jendela, di pojok kiri meja ke 7 dari depan.


“Ah Yuna, Kai kemari.” Bu Asri melambaikan tangan, tampak sudah menyadari keberadaan mereka.
“Sebelumnya ada apa ya bu, sampai ibu memanggil kami?” Tanya Yuna penuh cemas
“Oh, jadi begini. Ibu sebagai wali kelas kalian memiliki tanggung jawab yang besar terhadap proses belajar anak didik ibu tanpa terkecuali. Terutama kamu, Yuna. Sebagai siswa berprestasi yang mendapat beasiswa penuh. Kamu juga Kai, penakluk beragam olimpiade tiap tahunnya. Ibu ingin menawarkan beasiswa perguruan tinggi, kebetulan itu almamater ibu dulu. Tapi ya tempatnya cukup jauh, di Solo. Sekarang kalian bicarakan dulu dengan keluarga, pikirkan baik-baik siapa tau kalian berkenan. Tidak ada salahnya kan jika dicoba. Nanti kalian bisa kabari ibu saja keputusannya bagaimana, tapi jangan terlalu lama ya. Ibu tidak memaksa, tapi ibu yakin kalian memiliki potensi yang besar.”


Untuk Kai mungkin kabar ini peluang besar untuknya. Tapi untuk Yuna mungkin ini adalah mimpi buruk.
Di tengah-tengah kondisi emak Yuna yang sedang terbaring lemah, entah sampai kapan. Hingga saat ini pun belum kunjung ada kabar baik dari pihak rumah sakit. Tapi di sisi lain, Yuna pun sangat ingin untuk mengambil beasiswa yang ditawarkan oleh Bu Asri. Tapi Yuna tidak mungkin meninggalkan emak untuk saat ini, apalagi sampai berkuliah jauh. Yuna khawatir akan kondisi emak.


Sepulang sekolah seperti biasa Yuna mengunjungi rumah sakit sambil menjinjing keresek berisi lontong kari ayam favorit emak. Yuna berharap hari ini kondisi emak mulai membaik dan berangsur pulih.


Sesampainya di kamar rawat emak, Yuna hanya melihat emak yang tampak pulas terbaring di ranjang VVIP itu. Tidak mau membangunkan emak, Yuna bergegas berganti pakaian serta lantas menyiapkan makan untuk emak, jika bangun nanti.


“Untung hari ini tidak ada tugas sekolah yang harus dikerjakan. Jadi bisa fokus menemani emak.” Ucap Yuna dalam hati.
“Yuna, udah lama disini? Kenapa ngga bangunin emak?” Suara emak yang parau terdengar memecah lamunan Yuna.
“Ah emak bikin kaget aja. Abisnya emak tidur pules banget Yuna jadi gak tega mau bangunin emak. Gimana kondisi emak sekarang? Udah enakan?” Sambil terus memijat tangan emak yang tampak keriput berkerut.
“Iya, emak udah rada enakan. Ngga begitu lemes kaya kemaren. Do’ain aja supaya gula darah emak cepet stabil ya.”
“Ah hampir aja lupa, Yuna bawain lontong kari ayam nih, makan dulu ya.” Yuna lantas bersiap untuk mendaratkan suapannya tepat di mulut emak.
“Oh iya, tadi di sekolah Yuna dan Kai di panggil Bu Asri, nawarin beasiswa untuk masuk perguruan tinggi. Tapi jauh, di Solo.”
“Ya bagus dong. Itu rezeki kamu dan Kai. Ambil aja, kesempatan gak dateng dua kali loh.” Wajah emak tampak sumringah setelah mendengar cerita Yuna.
“Iya sih mak, tapi nanti siapa yang bakal nemenin emak. Yuna ngga mungkin ninggalin emak kan.” Tampak setetes air hadir di sudut matanya.
“Tenang aja, emak pasti baik-baik aja. Pikirkan masa depanmu. Jangan sampai karna kondisi emak, menghalagi cita-cita yang kamu bangun.”
“Tapi emak harus janji sama Yuna, emak bakal sehat dan nemenin Yuna sampe Yuna sukses ya.”


Emak tidak menjawab, hanya tersenyum kecil dan sedikit menganggukan kepalanya. Emak pun menyodorkan tangannya tanda untuk menyudahi suapan yang diberikan Yuna.


Rutinitas Yuna tetap berjalan seperti hari-hari biasanya, sekolah dengan berat hati meninggalkan emak yang masih terbaring, kadang ketika Yuna berangkat emak masih pulas dengan tidurnya.


“Pagi cewe!” Sapa Kai penuh semangat memulai hari
“Ah Kai kebiasaan, ngagetin aja nih.”
“Masih pagi udah bengong aja. Eh iya, gimana tentang beasiswa yang Bu Asri tawarin, bakal di ambilkan?”
“Tadinya sih kepikiran untuk ambil, tapi aku masih bingung, soalnya aku khawatir sama kondisi emak.”
“Salah itu namanya! Harusnya kamu bisa buktiin sama emak, kalo kamu bakal sukses banggain emak walau dalam kondisi terburuk sekalipun.”
“Ngomong doang mah gampang! Eh BTW Thanks ya, kamu udah banyak bantu keluarga aku sampe sekarang.”
“Dih dasar bocah! Kaya sama siapa aja! Main ga enakan segala. Gajelas!”


Jam istirahat pun tiba. Yuna dan Kai berniat menemui Bu Asri untuk konfirmasi tawaran beasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun