"Dia adalah Nabi Khidir."
Â
      Aku sudah menemukan jawab dari semua pertanyaanku. Anak kecil yang kutemui adalah seorang Nabi untusan Allah untuk menguji setiap hambanya. Dan kata "beliau" seorang kiai mengkiaskan anak kecil adalah Nabi Khidir. Sungguh kebahagian tersendiri bagiku.
Â
      "Cepat tanamlah di sawahmu," tegas pak kiai.
Â
      Aku pun langsung mencium tangan keriput kiai panutan umat sembari mengucapkan salam. Lalu, meninggalkan rumah sang kiai dengan perasaan senang. Sesampainya di sawah, aku mengucapkan basmala dan kutaburkan butiran padi dan jagung itu. Dan aku pun pulang ke rumah dengan perasaan bahagia.
***
Â
      Hari jumat pagi pak Asan ingin melihat hasil di sawahnya. Dia penasaran dengan pemberian Nabi Khidir yang menyerupai anak kecil.  Ada apa dibalik kantong hitam itu? Sesampainya, dia melihat sawahnya ditumbuhi padi yang indah dan bagus melebihi padi warga di sampingnya. Seketika dia bersujud dan bersyukur pada Allah atas terkabulkan doanya beberapa malam yang lalu.
      Tercatat hasil padinya tidak pernah habis walau musim kering. Jika waktunya panen, dia memanennya. Ajaibnya, seketika tumbuh jagung. Dan jika jagung panen, akan tumbuh padi. Sampai sekarang. Banyak para warga iri terhadapnya, ada yang menyebar hama tapi tidak sedikit pun mempan. Ada yang membakarnya, tapi juga tak mampan.