Hanya selang beberapa menit saat telpon kututup. Terdengar lagi panggilan masuk di hpku. Karena aku menyangka yang menelpon adalah kamu, makanya kubiarkan hp ku berdering diatas tempat tidurku.
  Akupun keluar dari dalam kamar untuk mengambil suatu benda yang tadi pagi kusimpan didalam kulkas sekaligus menemuimu ibuku yang tengah sibuk menyiapkan ketupat untuk bekal keberangkatan ku besok.
  Disana, didepan rumah, ibu ditemani beberapa tetangga yang sedang membantu nya membuat ketupat.
  Sesampai didekatnya ibu. Ternyata, aku sudah ditunggu oleh mereka yang sebenarnya ingin tahu soal hubungan ku dengan Rais.
  "Gimana ini ?.'' Suara hatiku agak bingung untuk mencari celah agar bisa lolos dari pertanyaan ibu dan beberapa tetangga yang ada disitu. Tidak kesana, ibuku sudah melihat ku. Kalau aku kesana, sudah pasti aku akan ditanyai oleh mereka.
  Benar saja !. Sudah bisa kutebak pasti soal hubungan aneh itu lagi yang mereka inginkan dariku.
  Baru saja aku duduk. Eh, mulai deh lagi.
 Â
  "Fahirah, ibukan sudah lumayan lama nih nggak punya anak. Jadi, ibu kepengeeen sekali agar bisa punya anak. Nah, kamu tahu sendiri-kan kalau kondisi ibu seperti apa sekarang. Sebelum kamu berangkat, ibu mau, agar kamu menikah dulu. Ituuu soal, Rais yang dulu pernah kesini. Gimana ? Apa sudah ada niatnya mau menikah ?. "
  ''E... dede, pusing ma aku bu.''
  "Kenapa harus pusing, nak. Begitu memang semua perempuan, kalau bahasa soal nikah pasti pusing. Tapi Fahirah, kamu uda besar, sebaiknya memang sekarang katakan pada Rais itu agar secepatnya melamarmu ya."