Diberanda Facebook mu, aku menemukan banyak foto-foto yang terpampang dengan jelas. Foto seorang wanita yang cantik aku lihat.
 Â
  Pantas saja kamu lebih memilih dia daripada aku. Ternyata tidak salah matamu melihat perempuan yang secantik itu.
  Itulah dirimu, kamu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh laki-laki lain.
  Aku mencoba isengin Facebook mu, kukira sejak permasalahan kita, kamu akan mengganti password nya ternyata masih sama seperti saat dulu.
  Apakah ini sebuah tanda jika kamu masih memiliki perasaan padaku. Walau dengan berbagai cara mu menyakiti ku, kamu masih berharap jika aku akan kembali padamu.
  Kubiarkan hpku berdering, panggilan masuk dari bos yang mungkin ingin mengetahui kapan aku kembali ke Makassar.
  Bukan karena Kutidakingin mengangkat nya tapi keadaan ku yang sekarat karena rasa sakit ini hanya bisa sedikit aku tahan dengan mengotak-atik Facebook mu yang didalamnya masih tersimpan foto-foto kita. Sehingga luka hati karena ulahmu agak jauh berbeda dari sebelumnya.
  "Tidak ada gunanya Fahirah kamu melihat-lihat fotomu bersama nya di Facebook nya." Teguran keras dari dalam hatiku seakan menampar wajah ku, membangun kan ku dari kebodohan yang tidak seharusnya kulakukan.
  Aku melawan teguran itu, perasaan cinta padanya mengalahkan kekesalan hatiku sendiri.
Sampai pada titik, ketika mataku tertuju pada foto mesra yang mungkin sengaja kamu abadikan didalam Facebook mu dengan wanita yang saat ini kamu cintai.
  Jelas sekali, disebuah ruangan kantor. Sepertinya didalam ruangan mu, kamu duduk diatas kursi sementara wanita cantik yang berhasil membuat mu jatuh cinta, dia duduk diatas pahamu. Entah siapa yang mengambil gambarmu dengannya dalam keadaan semesra itu, yang pastinya orang yang mengambil gambar kalian adalah orang suruhan mu.
  Pikiran ku melayang jauh membayangkan bagaimana bisa ?. Pasti setelah berfoto bersama nya dan dalam keadaan gaya seperti itu, kamu menjadi sangat ganas, kamu akan mencari tahu rahasia titik kelemahan wanita itu. Atau kamu sudah mendapatinya di atas puncak kejayaan sampai-sampai tidak ada rasa malumu berfoto demikian dan itupun kamu lakukan didepan orang yang mengambil gambar kalian.
  Tapi kenapa foto semesra itu harus kamu abadikan didalam album Facebook mu.
  Rais, Rais, laki-laki macam kamu ini ?. Sungguh sesal ku adalah perasaan yang berulangkali kamu sakiti, aku ini masih istrimu walau hanya dalam pernikahan yang tidak semestinya kita menikah.
  Karena sesak lalu kuambil hpku, dalam keadaan amarah memuncak. Aku mulai berpikir bahwa selama ini, perselingkuhan mu dengan nya berjalan, aku hanya bisa diam, aku nggak pernah menegur mu, aku nggak pernah bertanya, aku tahu kamu selingkuh tapi dari temanku yang kerja setempat denganmu.
  Mereka sampai saat ini masih terus meng-update informasi tentang mu, tentang wanita yang kamu cintai. Bahkan saat ini, informasi kalian masih aku terima.
  Kutelpon nomor mu, aku berharap kamu mengangkat nya. Selain aku pernah melihat mu jalan sama wanita itu, kuingin memastikan apakah benar kabar-kabar yang aku terima dari teman-teman ku yang bekerja denganmu.
  Kata mereka padaku melalui sambungan telepon, kemesraan yang selalu kamu tampakan didepan mata mereka, jauh dari kemesraan yang biasanya kamu berikan padaku.
  Kabar-kabar itu bukan hanya mengiris-iris perasaan ku namun aku tidak bisa berpikir jernih mengapa kamu setega ini padaku.
  Lalu dengan segenap kekesalanku, kutekan nomor mu, aku telepon, berharap kamu mengangkatnya.
Â
  Terdengar NSP mu yang luar biasa mengguncang dadaku, "Nomor yang anda telepon sedang berada diatas ranjang."
  NSP apaan itu ?. Saking tidak maunya di ganggu, kamu bahkan mengatakan padaku sedang diatas ranjang.
  Terlalu !. Nggak tahan lagi aku dengan kehendak semaumu seperti itu.
  Kamu pikir dengan NSP mu, aku akan berhenti untuk menelpon mu. Kucoba untuk kedua kalinya, tadi memang kamu lagi santai.
  Tidak lama !. Kamu mengangkat telpon ku. Dari Dalam telpon terdengar suaramu, suara yang tiba-tiba saja meluluhkan sakitnya hati.
  "Siapa ya ?." Tanya padaku melalui sambungan telepon nya.
  Lupakah kamu dengan suaraku. Belum cukup setahun lamanya Rais, kamu menyelingkuhi ku sekarang suaraku kamu lupakan juga, nggak tahu atau sengaja melupakan ku.
  Pertanyaan itu terdengar asing ditelinga ku atau mungkin kamu juga sudah menghapus nomorku. Gugup, bercampur malas, sehingga tanpa mikir panjang, langsung aku matikan.
  Akupun meninggalkan hpku diatas tempat tidurku.
  Melupakan apa yang baru saja kudengar, suaramu, pertanyaan mu sendiri mengandung makna. Seakan aku, memang sudah terhapus dari memorimu.
  Kalau seperti itu adanya, ya ! Biarlah. Aku hanya tersenyum sendiri menatapi diriku yang berdiri didepan cermin.
  Hanya selang beberapa menit saat telpon kututup. Terdengar lagi panggilan masuk di hpku. Karena aku menyangka yang menelpon adalah kamu, makanya kubiarkan hp ku berdering diatas tempat tidurku.
  Akupun keluar dari dalam kamar untuk mengambil suatu benda yang tadi pagi kusimpan didalam kulkas sekaligus menemuimu ibuku yang tengah sibuk menyiapkan ketupat untuk bekal keberangkatan ku besok.
  Disana, didepan rumah, ibu ditemani beberapa tetangga yang sedang membantu nya membuat ketupat.
  Sesampai didekatnya ibu. Ternyata, aku sudah ditunggu oleh mereka yang sebenarnya ingin tahu soal hubungan ku dengan Rais.
  "Gimana ini ?.'' Suara hatiku agak bingung untuk mencari celah agar bisa lolos dari pertanyaan ibu dan beberapa tetangga yang ada disitu. Tidak kesana, ibuku sudah melihat ku. Kalau aku kesana, sudah pasti aku akan ditanyai oleh mereka.
  Benar saja !. Sudah bisa kutebak pasti soal hubungan aneh itu lagi yang mereka inginkan dariku.
  Baru saja aku duduk. Eh, mulai deh lagi.
 Â
  "Fahirah, ibukan sudah lumayan lama nih nggak punya anak. Jadi, ibu kepengeeen sekali agar bisa punya anak. Nah, kamu tahu sendiri-kan kalau kondisi ibu seperti apa sekarang. Sebelum kamu berangkat, ibu mau, agar kamu menikah dulu. Ituuu soal, Rais yang dulu pernah kesini. Gimana ? Apa sudah ada niatnya mau menikah ?. "
  ''E... dede, pusing ma aku bu.''
  "Kenapa harus pusing, nak. Begitu memang semua perempuan, kalau bahasa soal nikah pasti pusing. Tapi Fahirah, kamu uda besar, sebaiknya memang sekarang katakan pada Rais itu agar secepatnya melamarmu ya."
  Mendengar penjelasan ibu sekaligus harapannya padaku. Gimana gitu, hatiku berbisik sedalam mungkin, "Ros, kamu tega berbohong pada orang tuamu. Hari ini, kamu bisa berbohong tapi gimana diwaktu yang lain, apakah kamu masih bisa berbohong pada orang tuamu.''
  Diamku tanpa jawaban, eh malah yang lain juga berbicara ikut mendukung keinginan ibuku.
  "Fahirah, apa yang dikatakan ibumu, itu benar !. Kami sebagai tetangga yang selalu tahu keinginan ibumu. Selama kamu di Makassar, tidak ada cerita dan harapan indah yang dia inginkan selain melihatmu menikah. Lagian juga-kan, calon mu sudah ada, terus apa lagi yang kamu tunggu. Suruh dia untuk melamar mu.''
  Tidak ada tanggapan apa-apa. Bukan Kutidakingin memberi jawaban pada ibu dan mereka yang ingin melihat ku menikah. Hanya saja kebenaran seperti yang hendak ku ungkapkan.
  Sekedarnya saja kukatakan pada ibuku bahwa aku masih belum siap. Karena Kutidakingin dipojokkan lagi dengan pertanyaan aneh-aneh itu, aku berdiri lalu kembali ke kamar tanpa pamit.
  Kuambil hpku yang tadi kusimpan di atas tempat tidur.
  Terlihat pesan masuk, ketika aku buka. Astaghfirullah...! Mataku yang salah atau yang mengirim pesan ini salah nomor.
  Tapi nama dan nomornya sama dengan nomornya Rais.
  Pesan itu berisi, "Fahirah, cepat ke Makassar, aku merindukanmu."
  Dengan segap, kuatur nafasku, emosiku, lalu aku menelponnya balik.
  Tak lama, telpon ku-pun diangkat. Percakapan yang melibatkan seluruh esensi perasaan, terungkap walau hanya pada satu makna sejak kepergian ku meninggal nya.
  "Fahirah, maaf ya !. Tadi saat kamu menelpon, aku sedang berada di dalam ruangan kerja. Ada klien yang harus aku temani."
  Katanya klien tapi aku percaya, itu pasti wanita selingkuhan nya.
  "Nggak apa-apa." Jawabku dari balik hp genggam yang ada di tanganku.
  "Kamu kapan ke Makassar ?." Tanya lagi padaku.
  "Nggak tahu !."
  "Sebenarnya apa yang membuat mu hingga pergi meninggalkan ku disini ?."
  Ketika pertanyaan itu yang ditanyakan padaku, ''kok sepertinya aku dibuat penasaran saja, aku tidak yakin kalau dia nggak tahu kesalahan nya.'' Suara hatiku mencoba mengklarifikasi apa yang sebenarnya dia maksud dengan bertanya seperti itu.
  Lalu aku mencoba membuat suasana agar tidak terlalu serius, mencoba melupakan kesalahan yang dia lakukan dengan mengalihkan pembicaraan kami.
  "Rais, tadi aku sempat ditanya oleh ibuku dan beberapa tetangga rumah. Mereka bertanya padaku bahwa kapan kita akan menikah didepan mata mereka. Ibu dan keluarga disini, pengen secepatnya melihat ku menikah. Apakah kamu masih memiliki harapan dan pikiran untuk menikah dengan ku ?."
  Â
  Dalam hatiku, ''huuu' mampus kamu Rais.''
  Aku membayangkan betapa bingungnya raut wajah nya mendengar keinginan yang sebetulnya, aku hanya mencoba nya.
  Ini mimpi atau tidak. Aku justru mendapatkan respon yang positif darinya.
  "Fahirah, kan dari dulu, aku selalu mengingat kanmu, kapan kita menikah. Hal itu sudah pernah kita bahas beberapa bulan yang lalu. Bahkan teman-teman kita menjadi saksinya. Kalau memang ingin, agar kita menikah, aku akan menemui keluargamu untuk melamar mu.''
  Jawabannya, membuat aku tidak percaya. Bukan karena baru aku dengar tapi tentang wanita yang menjadi selingkuhan nya, itu bagaimana nasibnya.
  Dikepalaku terlintas banyak hal yang tidak masuk akal. Aku hanya tersenyum sendiri ketika jawaban itu yang keluar dari mulutnya.
  Karena itu, aku langsung menutup telepon ku tanpa memberitahu kan-nya.
  Jika dia serius pasti akan menelpon lagi dan jika tidak, aku nggak perlu menanggapi nya lagi.
  Selamat datang didunia tipu-tipu Rais.
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H