Mohon tunggu...
Putri Azhari Ilhami
Putri Azhari Ilhami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Adalah seorang mahasiswa aktif yang menyukai Kpop dan kegiatan luar ruangan.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Dermaga dan Mbawana yang membawa ketenangan

29 Januari 2024   23:15 Diperbarui: 29 Januari 2024   23:19 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dermaga: “Kenapa kamu berpikir seperti itu? Berkenan untuk cerita? Aku bisa mendengarkan ceritamu di sini.”

Dermaga kemudian ikut duduk di samping sang puan sembari ikut menatap lautan biru di hadapannya.

Candra: “Karena nyatanya, aku ingin memiliki kehidupan biasa. Bebas melakukan apapun seperti burung-burung yang terbang bebas di atas sana.”

Sang gadis menatap nanar pada kumpulan burung yang tengah terbang bebas. Turut menghiasi langit jingga yang nampak cantik.

Candra: “Aku… Lelah bertingkah manis, menjadi boneka dari keluargaku yang selalu menganggapku barang yang tak boleh pecah. Karena nyatanya, aku hanyalah gadis biasa, Dermaga.”

Dengan pasti, Candra mulai menitikan air mata. Deruan ombak seakan membiarkan emosinya keluar saat itu juga. Ia sudah lelah menahan segalanya seorang diri. Dengan kehadiran Dermaga yang ingin mendengarkan kisahnya, Candra bisa mengungkapkan hal yang dipendamnya selama ini.

Candra: “Nilaiku harus sempurna, aku harus mengikuti berbagai jenis kursus dan harus mendapatkan poin bagus dimanapun aku berada. Lalu mereka menentangku untuk bermain dengan sembarang orang dan hanya memperbolehkanku bermain dengan keluarga kaya yang sangat tidak menyenangkan. Dermaga, aku hanya ingin menghabiskan waktuku seperti gadis-gadis lainnya.”

Air mata semakin mengalir dengan deras dari kedua kelopak matanya. Candra menutupi wajahnya sembari menangis tersedu. Dermaga dengan perlahan mulai menepuk bahu sang puan untuk menenangkannya. 

Dermaga: “Tak apa, wajar jika kamu merasa seperti itu… Apakah kamu pernah berbicara dengan ayahmu tentang hal ini?”

Candra menggeleng sebagai jawaban, kemudian mendongak untuk kembali menatap lautan lepas. Ia terlalu takut untuk memulai percakapan dengan ayahnya. Namun ia memang belum pernah jujur kepada kedua orang tuanya yang terlampau sibuk.

Candra: “Aku terlalu takut dan kedua orang tuaku sibuk. Kau tahu sendiri baik ayah maupun ibuku tak pernah memiliki waktu untuk berbicara denganku kecuali untuk urusan bisnis.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun