Mohon tunggu...
Putri Sabrina Uswatun Hasanah
Putri Sabrina Uswatun Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

haloo^^ salam kenal semuanya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Neuroart: Optimalisasi Potensi Otak Melalui Seni

26 Juli 2023   08:28 Diperbarui: 26 Juli 2023   08:30 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Putri Sabrina Uswatun Hasanah1 Suyadi2 Riana Mashar3

Universitas Ahmad Dahlan

E-mail : putrisabrina.uh@gmail.com

 

Abstract

This research reviews and analyzes more deeply the optimization of children's brain potential through art at an early age. This research aims to find out how to optimize brain potential by using art. The background of the problem is art as a form of stimulation to the child's brain.  The method in this research is qualitative. Technically, data collection is done through the literature study method. In this study, it is known that art teaching carried out by teachers in an interesting and interactive way will greatly attract early childhood interest in participating in learning. Learning for early childhood is also very helpful in the growth and development of various aspects of early childhood development. Incorporating art into early childhood learning activates more areas of the brain than non-art-related ones. In fact, optimizing early childhood brain potential through art is very necessary, especially during the golden age. Art learning for children is one of the important aspects of education. Art is a form of brain development stimulation for early childhood. Various forms of art are divided into fine arts, music, dance, theater or performing arts, and literary arts. Art is an activity that can affect a person's feelings because of its beauty. In early childhood, art can also be used as a medium of learning as well as therapy. Art is given to children to train them to express their ideas and thoughts through work, trying to express and imagine to stimulate their creativity and thinking. Art is also a means to develop children's skills and talents.

Keywords: Brain potential, Optimization, Art, Development

PENDAHULUAN 

Seni rupa merupakan salah satu sarana untuk menghubungkan anak dengan lingkungannya. Mendidik anak melalui seni tidak hanya pada anak-anak yang telah memiliki bakat saja melainkan kepada seluruh anak guna mengembangkan potensi diri dan juga menumbuhkan kreatifitas (Eka Damayanti, 2020). Seni sendiri adalah salah satu aspek yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia dilihat dari perspektif manapun (Rohendi, 2016). Pembelajaran seni dikenalkan dengan bentuk, warna, bahan, teknik, dan alat. Hal tersebut dilakukan untuk melatih anak agar dapat menuangkan ide dan pikirannya melalui sebuah karya. @putrisabrina.uh12

Kegiatan yang senantiasa dilakukan dalam lingkup pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah kegiatan bermain, menggambar, menari, bernyanyi berupa aktivitas yang berkaitan dengan seni. Seluruh aktivitas didasarkan pada seluruh indera dan membantu susunan syaraf (Suyadi, 2015). Berusaha berekspresi dan berimajinasi adalah untuk merangsang kreativitas dan daya pikir anak. Seni rupa juga menjadi sarana untuk pengembangan keterampilan dan bakat anak (Dwi Wulandari, 2022).

Hakekat pendidikan adalah optimalisasi potensi manusia atau peserta didik karena seluruh potensi manusia semua bertumpu pada otaknya. Apabila dilihat berdasarkan sudut pandang neurosains, pendidikan secara umum merupakan upaya optimalisasi fungsi otak untuk mencerdaskan peserta didik (Susanti, 2021). Faktor penting yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah pengoptimalan fungsi otak. Seni tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, termasuk bagi perkembangan anak usia dini karena seni mempunyai nilai estetis, juga dapat merangsang kreativitas anak (Dr. Suyadi, 2022).

Secara umum banyak masyarakat yang masih menganggap antara sains dan seni adalah kedua hal yang saling berlawanan. Namun, sebenarnya antara kedua ilmu ini saling berkaitan dan melengkapi satu sama lain. Kedua ilmu ini memiliki landasan proses yang sama yakni berupa pengembangan kreatifitas, daya imajinasi dan pemikiran kritis. Menurut Henry Poincare dalam (Rahayu, 2013) yang merupakan seorang ilmuwan besar Perancis mengatakan bahwa "Melalui Sains dan Senilah peradaban ini memiliki makna", berdasarkan perkataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua ilmu ini sama-sama penting untuk dipelajari.

Penemuan terbaru dalam neurosains semakin membuktikan bahwa bagian-bagian tertentu otak bertanggung jawab dalam menata jenis-jenis kecerdasan manusia (Wijaya, 2018). Pendidikan harus dapat menghargai ciri khas pada setiap anak karena otak setiap anak berbeda-beda dan pontensi yang dibawa pun memiliki keunggulan serta keunikan masing-masing (Suyadi, 2015). Berdasarkan pemaparan tersebut kemampuan yang dimiliki anak dalam seni tidak lah langsung bisa digunakan, untuk mendapatkannya perlu diasah terlebih dahulu melalui belajar dan juga faktor lingkungan berpengaruh. Setiap orang telah terlahir dengan kemampuan seni, akan tetapi dengan kadar yang berbeda-beda.

Seni biasa di gunakan sebagai alat terapi, mengungkapkan perasaan sekaligus sarana berkomunikasi (Huliyah, 2016). Dalam proses belajar anak usia dini, dilakukan dengan memberikan konsep-konsep dasar yang nyata dan bermakna sehingga memungkinkan untuk memancing anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (Ariyanti). Segala bentuk seni dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam bidang pendidikan sekaligus metode sekaligus yang digunakan dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan seni, anak dibebaskan untuk mengekspresikan apa yang ada dalam jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan tari. Bebas berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam dirinya, kreativitas anak untuk menciptakan sesuatu juga semakin berkembang.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif. Secara teknis dalam pengumpulan data dilakukan melalui metode studi literatur. Dalam metode ini studi literatur berfungsi sebagai tuntunan dalam mengkaji suatu masalah penelitian. Data yang di kumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh melalui literature terkait disertai dengan proses analisis yang melibaatkan berbagai sumber informasi berupa artikel jurnal ilmiah, buku, dan dokumen sebagai pendukung sumber data yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis, direduksi, disajikan terakhir penarikan kesimpilan dan verifikasi. Dalam penelitian ini dikhususkan pada studi kasus mengenai hubungan antara neurosains dan seni terhadap optimalisasi perkembangan anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Seni dan Perkembangan Otak Anak Usia Dini

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) seni diartikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu atau karya yang diciptakan dengan keahlian luar biasa, seperti tari, lukis dan ukiran. Saat anak berusia dini perkembangan otak terjadi sangat cepat. Kurangnya stimulasi yang di dapatkan otak saat masa ini akan sangat berpengaruh besar. Oleh karena itu dibutuhkannya stimulasi yang tepat guna membantu pertumbuhan dan perkembangann otak anak.         Melalui pendidikan seni secara bersama akan menjadikan otak kanan dan kiri anak berkembang secara baik.

Pentingnya dalam memberikan pendidikan seni kepada anak adalah untuk menstimulasi perkembangan otak. Otak kanan dan kiri akan berkembangan lebih baik walaupun dengan cara kerja yang berbeda. Otak kanan dominan dalam merespon kesan visual, kreativitas, imajinasi dan sensitivitas. Otak kiri dominan dengan kegiatan membaca, menulis, berbicara dan hal yang berkaitan dengan logika. Melalui pemaparan tersebut dengan menggunakan pembelajaran seni sebagai stimulasi otak anak maka akan berdampak baik bagi otak kanan dan kiri sekaligus.

Dengan menggunakan seni, selain melatih krativitas dan imajinasi anak yang berdampak pada stimulasi otak kanan, seni juga dapat melatih cara berpikir kritis anak sehingga otak kiri pun ikut terstimulasi. Keutaman dari mempelajari sebuah seni adalah diperolehnya ruang bagi ekspresi diri, kesenian dapat menjadi wadah bagi penyaluran perasaan, dan juga pengungkapan pikiran tak sadar melalui berbagai bentuk aktivitas kesenian yang menarik akan menimbulkan kesenangan dan kepuasan (Anggraini, 2019). Sebuah karya seni yang dibuat anak dalam kegiatan belajar sambil bermain menjadi bentuk ekpresi perasaan positif maupun negatif Karya seni juga dapat berupa media komunikasi untuk memahami keinginan dan juga harapan anak.

Berbagai aktifitas seni rupa diterapakan dalam kegiatan pembelajaran yang kemudian menghasilkan karya anak. Hasil berbagai penelitian membuktikan bahwa penerapan beragam jenis kegiatan seni dapat menstimulasi kemampuan sensori motorik yang meliputi kekuatan tangan dan jari tangan dalam seni rupa dan musik, koordinasi mata dan tangan dalam kegiatan tari dan music (Nurul Kusuma Dewi, 2018). Seni juga kerap digunakan sebagai alat terapi dan juga sebagai sarana berkomunikasi dan juga pengungkapan perasaan (Huliyah, 2016). Terapi yang popular dengan menggunakan seni adalah terapi menggambar. Menggambar merupakan aktifitas menyenangkan untuk anak dalam mengekpresikan pikiran dan perasaan dalam bentuk simbol.

Bentuk pengajaran seni yang di lakukan guru dengan cara yang menarik dan interaktif akan sangat menarik minat anak usia dini dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran bagi anak usia dini juga sangat membantu dalam tumbuh kembang semua aspek perkembangannya. Pembelajaran seni berfungsi dalam menguatkan daya tangkap untuk memahami sesuatu hal bagi anak-anak. Hal ini dikuatkan dengan pemahaman bahwa seni bagi anak usia dini bertujuan untuk meningkatkan daya pikir kritis, imajinasi seorang anak, dan daya kreatifitasnya karena pada masa-masa ini merupakan fase yang luar biasa sehingga dengan memberikan stimulasi berupa kesenian akan berdampak positif. Pembelajaran seni bagi anak usia dini tentu sangat penting, bukan sekadar pembelajaran pendamping, tetapi juga peningkatan aspek perkembangan (Gunada, 2022).

Salah satu aspek penting dari sumber daya manusia yang berkualitas adalah memiliki karakter kuat, karena hal tersebut turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibina dan dibimbing sejak usia dini. Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita untuk menjadi bangsa yang besar, kuat, berdaya, disegani oleh bangsa lain (Widjanarko, 2016). Telah diketahui bahwa pengajaran seni bagi anak usia dini akan berbeda bagi setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu, konsep seni ini harus lebih diperjelas lagi terutama sejak usia dini sehingga dalam pengaplikasian pembelajaran seni lebih memiliki gambaran kongkrit dalam mewujudkan tujuan serta fungsinya.

2. Seni Sebagai Stimulus dalam Mengoptimalisasi Potensi Otak

Perhatian khusus sangat diperukan oleh anak untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya. Interaksi antara anak, orang tua, dan guru diperlukan dalam proses optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan. Penting nya kehadiran peran orang tua karena bila terjadi kelainan pada anak orang tua yang pengertian adalah yang cepat tanggap dan memiliki kepekaan yang tinggi terhadap hal yang terjadi pada anak. Jika terjadi kelainan orang tua dapat mengatasinya dengan memberikan stimulasi yang tepat sedini mungkin (Eka Damayanti, 2020).

Melibatkan seni ke dalam pembelajran anak usia dini akan lebih banyak mengaktifkan area otak dibandingkan tidak terkait dengan seni. Beragam bentuk seni memiliki manfaat masing-masing bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Seni juga berfungsi sebagai alat kontrol sadar yang diperlukan manusia untuk menjadi alat pengurangan stres dalam menghadapi ketakutan, frustrasi, dan kegagalan yang sering menyertai sehingga kesenian dapat menciptakan hasil yang luar biasa. Seni sebagai salah satu bentuk kebutuhan psikologis manusia sehingga kesenian dapat pula dijadikan sebagai media terapi. Oleh karena itu, seni harus menjadi bagian dari kurikulum wajib di sekolah dan tidak hanya dijadikan sebatas ajang kompetisi saja bagi anak yang menggemari kesenian.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan beragam kesenian tiap daerahnya. Kesenian pun dapat dijadikan sebagai bentuk penanaman nilai kebudayaan yang akan menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Bagi anak usia dini hal ini dapat bermanfaat guna menambah informasi baru serta anak dapat berekperimen dengan berbagai bentuk kesenian. Kesenian pun dapat menjadi wadah bagi pengembangan bakat anak sehingga berpeluang bagi peningkatan potensi yang telah dimilikinya. Kesenian juga dapat mengasah cara berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan dan berpeluang menciptakan inovasi baru.

Metode yang digunakan dalam rangka mengoptimalisasi fungsi dari seluruh bagian otak dapat dilakukan dengan menggunakan kesenian. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa seni diperlukan dalam proses pendidikan anak usia dini. Kegiatan seni dapat melibatkan semua indera dan membantu mengatur saraf di otak untuk memproses informasi dengan sangat baik selama pembelajaran. Beragam penelitian dibidang neurologis menunjukan bahwa ketika anak-anak diberi pembelajaran seni maka akan menstimulasi perkembangan otak anak. Peningkatan akibat stimulasi dari seni ini akan berkaitan langsung terhadap respon cepat yang di terima otak kemudian bermanfaat untuk meningkatkan kognisi anak secara optimal, dan juga membangun kecerdasan emosional anak usia dini.

 

3. Bentuk-Bentuk Seni dalam Optimalisasi Potensi Otak

            Seni tidak akan terlepas dalam proses tumbuh kembang anak, karena seni dapat mengoptimalisasi potensi yang telah dimiliki anak. Seni dapat berupa kegiatan yang menghasilkan karya berupa visual, audio dan pertunjukan yang dapat di nikmati keindahannya. Macam-macam bentuk seni yang terbagi atas seni rupa, musik, tari, teater atau pertunjukan, dan sastra. Seni tersebut merupakan kegiatan yang dapat mempengaruhi perasaan seorang individu karena keindahannya. Pada anak usia dini seni juga dapat dijadikan media pembelajaran sekaligus terapi. Namun, dari bentuk seni tersebut terdapat beberapa yang sangat berpengaruh terhadap optimalisasi potensi otak terutama bagi anak usia dini.

            Dalam perspektif neurosains, otak manusia memiliki struktur yang sangat khusus untuk merespons irama, musik, dan menyanyi. Terdapat area tertentu pada otak yang secara khusus memproses menyanyi. Dengan demikian, menyanyi atau musik merupakan bagian dari warisan biologis manusia yang telah terprogram secara genetis sebagai strategi mempertahankan hidup. Tarian merupakan salah satu strategi pembelajaran pendidikan anak usia dini yang paling ekspresif, indah dan menggetarkan perasaan. Kemudian Menggambar bukanlah kegiatan yang mudah, karena gambar adalah ekspresi imajinasi anak. Jika hasil gambar anak-anak hanya stigmatik atau hanya meniru obyek yang sudah ada, maka kemampuan tersebut belum berimplikasi pada optimalisasi kinerja otak. Lukisan anak yang berimplikasi pada optimalisasi potensi otak adalah gambar yang abstrak dan menggambarkan imajinasi anak secara kreatif. Oleh karena itu, tugas pendidik adalah mendorong anak-anak untuk mengekspresikan imajinasinya dalam bentuk lukisan seindah mungkin.

  • Pembelajaran Seni Musik Anak Usia Dini

Secara teoretis, musik mencakup menyanyi, rap, dan memproduksi musikal. Penelitian-penelitian yang ada selama ini sebatas menjadikan musik sebagai metode dalam pembelajaran untuk meningkatkan IQ anak sebagaimana yang dilakukan para psikolog (Dr. Suyadi, 2022). Pemberian rangsangan melalui musik untuk anak harus disesuaikan dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak. Beberapa karakteristik yang harus diperhatikan adalah nilai positif dan fokus pada perkembangan anak dengan mempertimbangkan faktor pendidikan dapat menjadi pendorong dalam mendukung kegiatan belajar anak (Wicy Elvi Septiani, 2021). Dalam perspektif neurosains, otak manusia memiliki struktur yang sangat khusus untuk merespons irama, musik, dan menyanyi (Dr. Suyadi, 2022).

Pendidikan seni musik juga mengajarkan kemampuan untuk mengekspresikan bentuk seni secara kreatif dengan cara mengembangkan dan memberikan sikap atau perasaan yang seimbang. Seni musik melibatkan kepekaan terhadap lingkungan dengan cara membentuk disiplin, toleransi, sosialisasi, dan sikap demokratis. Dengan kata lain, pembelajaran seni musik merupakan bagian pembelajaran yang berperan penting dalam mendorong perkembangan individu siswa, yang akan berpengaruh pada perkembangan intelegensi, jiwa sosial dan emosi. Tujuan pembelajaran musik bukan mendidik siswa menjadi seniman, tetapi mendidik siswa menjadi kreatif. Kesenian adalah kegiatan permainan dan dengan bantuan permainan kita dapat mendidik siswa sedini mungkin dan meningkatkan kreativitasnya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hidup di masyarakat (Widjanarko, 2016).

Dalam bidang neurosains lebih menekankan kepada implikasi penggunaan music terhadap pembelajaran jangka panjang. Hasil penelitian di bidang ini memaparkan bahwa ketika lagu tertentu dinyanyikan bayi berusia tiga bulan sudah dapat mempelajari dan mengingat gerakan-gerakan tertentu, bahkan pada usia 3-4 bulan bayi mampu merespon intonasi harmonis serta mengenali melodi nada yang berbeda. Ketika anak-anak telah memasuki usia prasekolah, anak telah mampu menggunakan musik saat bermain dan juga berkomunikasi. Oleh krena itu, music dapat dijadikan stimulasi edukatif bagi optimalisasi potensi otak, bukan hanya sekedar kompetensi akademik saja.

Kegiatan bermain dan mendengarkan musik keduanya memiliki efek yang berbeda untuk optimalisasi potensi otak anak, dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa bermain alat musik lebih efektif dibandingkan hanya sekadar mendengarkan. Hal tersebut terjadi karena saat bermain alat musik anak akan mengalami peningkatan daya ingat dan konsentrasi, contohnya penggunaan alat music piano atau keyboard mampu meningkatkan kemampuan berlogika lebih tinggi dibanding mendengarkan musik saja. Para neurosaintis menjelaskan bahwa bermain musik mempengaruhi jalur saraf yang bertanggung jawab terhadap logika spasial-temporal, dan efek ini jelas terlihat pada otak anak-anak. Mekanisme tersebut dapat terjadi karena kegiatan musikal yang dilakukan lebih kompleks dari yang lain, yakni: penekan tombol piano melalui jari-jari anak akan berkaitan dengan motorik halus, auditori berupa bunyi not atau nada berkaaitan dengan kemampuan kognitif dan daya ingat, dan visual berupa posisi tangan pada papan piano berkaitan motorik kasar.

 

  • Pembelajaran Seni Rupa Anak Usia Dini

Seni rupa anak usia dini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membuat suatu bentuk baru. Keterampilan ini merupakan salah satu bentuk stimulasi motorik halus anak. Gambar yang dibuat oleh anak juga sering kali berwujud abstrak, berupa coretan yang terbentuk dari imajinasi sehingga dapat meningkatkan kreatifitas. Menggambar juga dapat melatih kemampuan komunikasi anak dengan cara orang tua maupun guru bertanya kepada anak mengenai hasil gambar tersebut sehingga anak dapat menceritakan hasil gambar yang telah dibuat. Kegiatan seni rupa ini tentu tidak akan terpisah dari kegiatan bermain anak, karena kegiatan ini juga merupakan salah satu bentuk terapi anak untuk melepaskan stres.

Secara teoretis, menggambar, mewarnai, dan melukis termasuk ke dalam seni rupa atau seni visual (visual arts). Namun, ketiganya mempunyai karakteristik yang berbeda (Dr. Suyadi, 2022). Pendidikan seni rupa bertujuan menyeluruh dan terpadu dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia dini. Kreatifitas merupakan bagian dari pelaksanaan aktivitas seni dalam pembelajaran PAUD yang bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek penting pada anak. Aspek-aspek tersebut meliputi perkembangan sosial, emosional, intelektual, bahasa, motorik halus, dan kreativitas seni estetika pada anak usia dini.

Pembelajaran seni kreatif juga harus melibatkan unsur estetika sehingga dapat menghasilkan karya seni yang menarik dan kreatif dari bahan-bahan di sekitar lingkungan peserta didik (Devi Vionitta Wibowo, 2021). Pembelajaran menggunakan media loose part menjadi salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru maupun orang tua dalam meningkatkan kreatifitas anak. Loose part merupakan pembelajaran berbasis STEAM dengan menggunakan bahan-bahan di lingkungan sekitar anak. Pendekatan ini merupakan pengembangan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) adalah anak mampu menghasilkan sebuah karya dari bahan-bahan loose part yang telah disediakan, anak bebas berkreasi.

Menggambar, melukis atau berkarya seni merupakan alat untuk berekspresi, melengkapi kegiatan berpikir dan menulis. Dalam perspektif neurosains, menggambar dengan segala ekspresinya selalu melibatkan kerja otak. Anak usia dini memproses kegiatan menggambar dan melukis di dalam otak emosionalnya, bukan otak rasionalnya. Melukis dinilai cenderung lebih nampak ekspresif dibandingkan dengan menggambar. Implikasi kegiatan seni visual, termasuk melukis terhadap pengembangan kognitif, seni visual meningkatkan kemampuan membaca dan nilai matematika.

 Dalam perspektif neurosains, kegiatan melukis melibatkan berbagai area di dalam otak, seperti lobus frontal, lobus oksipital, lobus parietal, otak kecil, dan otak tengah. Lobus frontal berfungsi untuk mengolah aspek kognitif, lobus oksipital untuk memproses input visual, lobus parietal memproses penyusunan sensorik, otak kecil memproses gerakan tangan, dan daerah otak tengah (sistem limbik) memproses emosional. Dari semua area pada otak yang teraktivasi ketika seseorang melukis dan menggambar, aspek kognitif adalah yang paling dominan. Artinya, melukis mempunyai implikasi yang lebih signifikan terhadap peningkatan kemampuan kognitif daripada aspek lainnya (Dr. Suyadi, 2022).

Dalam peningkatan kreativitaas seni rupa guru dan orang tua harus bisa menyediakan alat, bahan, dan fasilitas pendukung yang perlukan untuk proses pembuatan proyek. Selain itu, dalam proses pembelajaran orang dewasa dapat memberikan aktifitas beragam sehingga tidak terkesan monoton dan membosankan bagi anak. Tidak hanya anak yang kreatif namun guru dan orang tuapun harus lebih kreatif karena hal tersebut di lakukan agar dapat tercipta lingkungan yang optimal bagi peningkatan kreatifitas anak melalui seni rupa. Tidak hanya menciptakan lingkungan yang baik guru dan orang tuapun harus melakukan evaluasi diakhir kegiatan agar dapat mengetahui sejauh mana proses perkembangan anak dan sesuai atau belum dengan tujuan pembelajaran.

  • Pembelajaran Seni Tari Anak Usia Dini

Kegiatan pembelajaran tari merupakan salah satu kegiatan yang tidak terlepas dari anak usia dini. Seni tari memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak seperti, keterampilan fisik dan motorik, menciptakan pengalaman baru, membangun hubungan sosial (tari berkelompok), mengembangkan kreatifitas, meningkatkan rasa kepercayaan diri dan secara tidak langsung menanamkan kebudayaan lokal. Salah satu contohnya adalah tari kreasi yang merupakan tarian yang telah mengalami perkembangan, tari ini adalah pengembangan dari tari tradisional. Namun, tidak terikat pada aturan baku, kostum dan riasan pun lebih menarik sehingga jenis tarian ini sering digunakan pada pembelajaran anak usia dini. Beragam model tari kreasi yang sering dipraktikan anak usia dini contohnya, tari kupu-kupu, tari pitik walik, dan tari gajah melin.

Seni menjadi salah satu opsi untuk membantu perkembangan psikomotor, kognitif dan tingkat kreativitas anak (Khasanah, 2022). Tari juga dapat dipahami sebagai gerakan unik-ekspresif dan estetis menjadi "makanan otak" dengan kandungan "nutrisi" tinggi. Di samping itu, iringan musik dalam seni tari menjadi pengayaan tersendiri bagi "makanan otak" tersebut. Oleh karena itu, seni tari di lembaga PIAUD memegang peranan penting dalam melakukan optimalisasi potensi otak pada anak (Dr. Suyadi, 2022). Menari atau seni tari adalah bagian dari gerakan unik bahkan estetik.

Dalam konteks pendidikan anak usia dini, menari pada dasarnya merupakan pengembangan secara ekspresif dari gerak motorik kasar. Dalam perspektif neurosains, menari hanya menjadi salah satu bentuk seni gerak (kinesthetic arts). Gerakan mempengaruhi otak dalam berbagai cara, dan sebagian besar otak diaktifkan oleh fisik yang aktif bergerak. Lebih dari itu, Eric Jensen menyatakan bahwa gerakan (termasuk tarian) mempunyai multiefek terhadap sistem saraf pusat atau otak (Dr. Suyadi, 2022).

Tari merupakan bagian dari bentuk seni yang berupa aktivitas khusus bukan hanya sekedar gerakan emosional yang mengungkapkan perasaan dalam wujud gerak tanpa arah dan tujuan. Namun, merupakan bentuk stimulus yang mempengaruhi organ syaraf kinestetik manusia. Keterampilan gerak dasar tari merupakan proses belajar anak agar bisa konsentrasi, aktif, ekspresif dan kreatif melalui gerakan-gerakan secara simbolik. Gerak tari yang di aplikasikan kepada anak usia dini disesuaikan dengan kemampuan gerak dan juga fase perkembangan psikomotor (kinestetik) (Sutini, 2012). Seni tari juga termasuk dalam gerakan-gerakan sederhana yang dilakukan anak dengan menggunakan alat ataupun tidak.

KESIMPULAN

Perkembangan otak sangat lah dipengaruhi berbagai macam faktor. Anak membutuhkan stimulus yang tepat agar otaknya dapat berkembang dengan baik. Terutama pada masa golden age, yang mana masa tersebut sangat lah mempengaruhi kehidupan anak. Pada masa ini anak sangatlah peka terhadap rangsangan-rangsangan baru. Oleh karena itu optimalisasi perkembangan otak anak usia dini dapat dilakukan salah satu caranya adalah dengan kegiatan seni. Aktifitas ini akan meilibatkan seluruh indera sehingga dapat membantu mengatur saraf di otak guna memproses informasi dengan sangat baik selama pembelajaran. Melibatkan pembelajaran seni kepada anak akan mengaktifkan lebih banyak area otak. Banyak aspek yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran seni, seperti kognitif, psikomotor, kreativitas dan memunculkan bakat anak. Kesenian pun dapat dijadikan sebagai sarana dalam berkomunikasi.

REFERENSI

Aas Siti Sholichah, W. A. (2021). Anak Usia Dinidalam Tinjauan Neuroscience dan Al-Qur'an. El-Athfal: Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Anak, 2.

Anggraini, R. (2019). Analisis Asasment Perkembanagn Seni Gambar Tanpa Wajah Di Taman Kanak-Kanak Islam Yogyakarta. Jurnal Ilmiah PESONA PAUD, 97.

Ariyanti, T. (n.d.). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini bagi Tumbuh Kembang Anak The Importance Of Childhood Education For Child Development. 50.

Chamidah, A. N. (2009). Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan perkembangan Anak. Jurnal Pendidikan Khusus, 87 - 88.

Devi Vionitta Wibowo, A. S. (2021). Implementasi Pembelajaran Kreatif Seni Rupa Anak PAUD Berbasis Daring. imanji, 207.

DINI, P. S. (2016). Paulus Widjanarko. Jurnal AUDI, 25.

Djuwita, W. (2018). Urgensi Bermain Sebagai Stimulasi Perkembangan Otak Dan Solusi Mengatasi Kekerasan (Child Abuse) Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak . Qawwm, 41.

Dr. Masganti Sit, M. A. (2016). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Teori dan Praktik. Medan: Perdana Publishing.

Dr. Suyadi, M. (2022). Strategi Pembelajaran Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Berbasis Neurosains & (Outcome Based Education Merespon Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka). yogyakarta: UAD Press.

Dwi Wulandari, L. S. (2022). Pelaksanaan Pembelajaran Seni Rupa di Masa Pandemi Covid-19 : Studi Kasus TK/RA Ma'Arif Candran. Jurnal Pendidikan Anak, 41.

Eka Damayanti, A. R. (2020). Capaian dan Stimulasi Aspek Perkembangan Seni Pada Anak Kembar Usia 5 Tahun . NANAEKE - Indonesian Journal of Early Childhood Education, 4.

Gunada, I. W. (2022). Konsep, Fungsi dan StrategiI Pembelajaran Seni Bagi Peserta Didik Usia Dini. KUMAROTTAMA: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 112-113.

Huliyah, M. (2016). Pengembangan Daya Seni Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Guru Raudlatul Athfal, 150.

Icam Sutisna, S. W. (2020). Metode Pengembangan kognitif Anak Usia Dini. Gorontalo: UNG Press Gorontalo.

Khasanah, K. (2022). Pengenalan Seni Tari Pada Anak Usia Dini Sebagai Upaya Menangkal Kecanduan Gadget Di Sanggar Seni Kartika Budaya Kab. Jember. Jurnal Pendidikan Sendratasik, 146.

Khotimah, N. (2012). Pembelajaran berbasis Anak Dalam Pengembangan Bisang Seni (Rupa) Di PAUD  Sabitul Azmi Sidoarjo. HARMONIA, 147.

Nidaa'an Khafiyya, S. (2022). Urgensi Pembelajaran Seni Untuk Optimalisasi Pembelajaran Anak Usia Dini: Tinjauan Neurosains. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 9-10.

Nurasiah. (2016). Urgensi Neurosains Dalam Pendidikan (Sebagai langkah inovasi Pembelajaran) . Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 74.

Nurul Kusuma Dewi, S. (2018). Stimulasi Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Kegiatan Seni Rupa. Jurnal Pendidikan Anak, 193-194.

Rahayu, i. (2013, 6 Rabu). Kaitan Sains dan Seni bersama Susanto Imam Rahayu. Retrieved from Commonromm: https://commonroom.info/kaitan-sains-dan-seni-14-maret-2013/

Rohendi, H. (2016). Fungsi Pertunjukan Seni Reak Di esa Cinunuk Kecamatan Cileunyi. Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, 54.

Sumaryadi. (2006). Pelaksanaan Pembelajaran Seni Drama Sejak Usia Dini. imaji, 66.

Susanti, S. E. (2021). Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam kajian Neurosains. TRILOGI: Jurnal Ilmu Teknologi, Kesehatan, dan Humaniora, 54.

Sutini, A. (2012). Pembelajaran Tari Bagi Anak Usia Dini. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4-6.

Suyadi. (2015). Teori Pembelajaran Anak Usia Dini dalam Kajian Neurosains. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Wanto, A. H. (2018). Strategi Pemerintah Kota Malang Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan  Publik Berbasis Smart Konsep City. 41- 42.

Wicy Elvi Septiani, I. Y. (2021). Simulasi Lagu Dalam Pengembangan Seni Anak Usia Dini. JCE (Journal of Childhood Education), 99-100.

Widjanarko, P. (2016). Pendidikan Seni Bermain dan Bernyanyi Anak Usia Dini. Jurnal AUDI, 25.

Wijaya, H. (2018). Pendidikan Neurosain Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Masa Kini. Pendidikan Dasar, 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun