Saya hanya terdiam. Antara yakin atau tidak yakin untuk me-What'sApp Beliau hanya dengan emot senyum.
Saya merasa bahwa saya sudah gila. Asli. Saya begitu mudah untuk menasihati seorang teman yang sedang memiliki permasalahan asmara, tapi untuk masalah diri sendiri, bahkan untuk me-What'sApp dengan emot senyum pun, saya bingung. Saya memang sudah gila.
"Jangan menyenangi seseorang karena hartanya, Put." Lanjut seorang teman.
"Hei! Aku nggak pernah melihat seseorang dari hartanya! Aku nggak peduli Beliau siapa, apa jabatannya, Beliau orang yang seperti apa, aku nggak peduli!"
"Terus, lo senang sama dia karena apanya? Mukanya ganteng?"
"Hahaha. Beliau kalau menurutku bukan orang yang ganteng. Di sekitar wajahnya Beliau itu ditumbuhi rambut-rambut. Aku kan orangnya geli-an."
"Terus, lo suka apanya?"
"Ya nggak tau... gimana ya... nggak tau... aku juga bingung kalau ditanya begitu."
"Ya ampun, Put. Kayaknya lo udah gila."
"Terus, aku harus gimana? Aku menyenangi seseorang yang bahkan belum pernah aku temui, Kak. Aku harus gimanaaaa?"
Saya memang sejak dulu sudah dididik oleh kedua orangtua agar tidak menjadi seorang yang pemilih. Kenapa? Karena saya Perempuan. Ibu saya selalu berpesan kepada saya,