Mohon tunggu...
Putri Nur Indah Pratiwi
Putri Nur Indah Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Ayam kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta yang Tidak Dikenal

16 Mei 2016   00:21 Diperbarui: 23 Mei 2016   19:42 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://d.wattpad.com/story_parts/204534476/images/14268fc9358de8c1.jpg

Saya semakin sering mengamati Beliau di Twitter. Seolah hal tersebut menjadi ritual yang wajib saya lakukan ketika memiliki waktu luang.

Karena sering mengamatinya, tanpa sadar saya jadi mengenal beberapa kebiasaannya.

Saya mengetahui bahwa Beliau memiliki kehidupan yang 'bebas'. Beliau menyenangi kehidupan yang tanpa kekangan dan paksaan dari pihak manapun. Beliau tidak suka dipaksa. Sungguh kehidupan yang sangat jauh berbeda dengan saya. Hidup saya 'terikat', penuh dengan kekangan, paksaan, dan tuntutan. Apapun yang dibebankan kepada saya, segalanya harus saya lakukan dengan teratur. Sungguh kehidupan yang sangat membosankan, bukan? Dalam hal ini, saya iri dengan Beliau yang bisa melakukan apapun sesuka hati.

Saya menyenanginya.

Maret, 2016.

Alangkah kagetnya saya ketika mengetahui bahwasannya Beliau berkantor di salah satu gedung perkantoran yang terletak di Sudirman, yang mana Kakak kedua saya juga berkantor di gedung tersebut. Namun, berbeda lantai, sepertinya. Kakak saya berkantor di lantai 7, sedangkan saya tidak tahu Beliau berkantor di lantai berapa.

Setelah mengetahui hal tersebut, ada bisikan-bisikan yang mendorong saya untuk, "Ayolah... tanya ke Kakakmu... apakah keduanya saling mengenal?", "Apakah keduanya pernah berpapasan di kantor?", "Apakah keduanya pernah berada di satu lift yang sama?", "Bisakah minta tolong ke Kakakmu untuk berkenalan dengannya?"

Sayangnya, sampai detik ini pertanyaan itu masih belum saya tanyakan juga.

Padahal, pada 2015 lalu, entah bulan apa, saya pernah menemui Kakak saya di kantornya. Waktu itu saya entah gimana caranya, tiba-tiba ada di lantai 2, sedangkan Kakak saya sudah ada di lantai bawah, di luar lebih tepatnya. Akhirnya saya turun menggunakan lift, dan... harus berdesak-desakkan dengan para penghuni gedung perkantoran tersebut yang sebagian besar adalah Laki-laki keturunan Chinese. Pengalaman sekali-kalinya menjajal lift salah satu gedung perkantoran Sudirman di tengah para pekerja kantoran. Sayangnya, saat itu saya belum mengenal si Mas ini, jadi kalaupun selama saya main di gedung tersebut saat itu berpapasan dengannya, saya pasti tidak menyadarinya.

Pada 22 Maret 2016 ini juga, untuk kedua kalinya saya mengunjungi gedung perkantoran tersebut. Saat itu, ternyata bertepatan dengan Demo Supir Taksi yang menolak keberadaan kendaraan beraplikasi online, sehingga kondisi jalanan macet luar biasa dan cenderung sulit untuk masuk ke gedung tersebut. Akhirnya, Kakak pertama saya, yang saat itu mengantarkan, berinisiatif lewat jalan lain, yang saya tidak tahu nama jalannya apa. Pokoknya, saat itu kami tiba di belakang gedung kantor, yang di sebelah kanan dan kiri jalannya terdapat tempat makan layaknya Kantin sekolah. Besar harapan, ketika sampai di gedung perkantoran tersebut, saya bisa bertemu dengan si Mas ini, namun kenyataan berkata lain. Kakak saya sudah berada di luar gedung untuk makan siang. Jadi, kami hanya bertemu di luar dan sekalian saya membawakan makan siang untuknya yang dititipkan oleh Ibu saya. Pertemuan pun hanya berlangsung sekitar 5 menit dan setelah itu saya pulang. Tidak bertemu dengan siapa-siapa.

April, 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun