Tidak henti-henti ia melihat monitor, setiap gerakan begitu berarti baginya, ini tanggung jawab yang besar. Salah sedikit saja bisa fatal akibatnya, bukan hanya ia yang dirugikan, tempat dia bekerjapun akan dituntut.
" Sebenarnya mau dibawa kemana pasien ini dok?" ucap Jojon.
" Ke kota lahirnya?" ucap dr Aisyah.
" Bukankah ini terlalu berbahaya".
" Jangan banyak mengeluh perhatikan saja TTVnya" ucap dr Aisyah yang dari tadi terus memperhatikan bedsite monitor.
Tiba-tiba saja terjadi goncangan hebat di dalam mobil ambulan, goncangan itu membuat tanda merah di monitor berbunyi.
" Luruskan selangnya, lihat saturasi oksigennya" ucap dr Aisyah.
" Saturasi 95, tekanan darah normal, pasien stabil" balas Jojon.
" Pak hati-hati bawa mobilnya" teriak dr Aisyah.
" Maaf dokter jalannya rusak".
" Dok ini sangat beresiko, pasien bisa meninggal jika begini, mengapa dokter setuju" tanya Jojon.
" Aku tidak bisa menolak Jon, direktur sendiri yang minta".
" Ini sangat aneh".
"Saya tahu. Tapi  itu pemintaan keluarga pasien" balas dr Aisyah.
Tiba-tiba mobil ambulan berhenti, nampak supir ambulan melihat ban belakang.
" Kenapa pak".
" Sepertinya bocor dok kenak paku" jawab supir ambulan.
" Kok bisa".
" Jalanan gelap dokter, saya tidak bisa melihat".
" Pak kita tidak punya banyak waktu ya, pasien harus segera tiba di kota tujuan".
" Bagaimana kondisi ayah saya dokter" ucap putra tertua dari pasien yang turun dari mobilnya.
" Kita tidak punya banyak waktu, tabung oksigen akan habis, terpaksa kita harus merubah rencana, kita masuk ke RS di kota tujuan baru ke rumah ayah anda".
" Tidak bisa dokter kita harus segera ke rumah kakek saya, waktunya tidak banyak"bantah putra pasien.
" Kondisi tidak memungkinkan, ini bahaya".
" Bagaiamana kalau kliniknya kita pindahkan ke rumah kakek, kita bawa semua peralatan dan staf medisnya, kalau begitu bisa?" ucap putri pasien.
Dokter Aisyah berpikir sejenak dia tidak menyangka bahwa keluarga pasien akan menyarankan solusi gila seperti itu.
"Dokter tidak usah khawatir soal uang dan armada, kami urus semua" balas putri pasien.
Mendegar jawaban itu, dokter Aisyah semakin tertegun, sekaya apa keluarga pasien ini, sampai bisa melakukan hal yang tak umum. Sampai direktur rumah sakit tunduk terhadap permintaan pasien. Sebelum berangkat direktur  juga berpesan, untuk menjaga pasien ini.
 " Saya akan menghubungi direktur apakah memungkinkan?" ucap dokter aisyah.
Betapa terkejutnya dr Aisyah  saat direktur menyetujui permintaan itu gila ini. Meskipun berkali-kali dr Aisyah mengajukan keberatannya.
" Kita sperti rencana awal, ke rumah pasien baru ke pusat layanan medis" ucap dr Aisyah.
Siapa pasien ini, mengapa begitu istimewa, kenapa banyak hal yang ditutupi, mengapa dia harus segera pulang. Ritual apa yang mereka perbuat, syarat apa yang mereka coba penuhi.
"Dokter kita jalan" ucap supir ambulan.
 Seluruh anak pasien kembali ke mobil masing-masing, rombongan kembali melanjutkan perjalanan.
" Saya dengar ini keluarga konglomerat dok" ucap Jojon.
Dokter Aisya hanya terdiam mendengar ucapan Jojon, dia tidak tertarik dengan ucapan Jojon.
"Sepertinya pasien ini pakai pesugihan, makannya dia harus pulang kerumahnya" ucap Jojon.
" Hush jaga ucapnmu" ucap dr Aisyah.
" Maaf dok tapi ini aneh mengapa mereka bersikeras harus membawa pulang pasien padahal ini bisa mengancam nyawa pasien. Tetangga saya pernah sakit begini tapi tidak mati-mati. Sampai tubuhnya hanya tinggal kulit dan tulang, orang-orang bilang dia punya ilmu rawa rontek".
" Jon kita sedang membawa pasien gawat darurat, tolong jangan menambah beban pikiranku" ucap dr Aisyah.
Entah kemana pasien ini dibawa, dokter Aisyah hanya menjalankan tugasanya. Saturasi oksigen naik turun, detak jantung semakin tidak stabil. Perjalanan panjang ini membuat kondisi pasien semakin memburuk, tabung oksigen juga sudah menipis. Mereka harus segera tiba di rumah yang dituju jika tidak pasien bisa tidak selamat.
" Pak masih berapa lama lagi kita sampai?" teriak dr Aisyah.
" Sebentar lagi dokter" jawab supir ambulan.
" Cepat ya pak, kondisi pasien semakin gawat" balas dr Aisyah.
Supir ambulan menambah kecepatan laju mobilnya, jalanan yang bergeronjal membuat mobil bergoncang, setengah mati dr Aisyah dan Jojon melindungi pasien. Sampai akhirnya mobil ambulan behenti.
Terlihat beberapa petugas medis sudah bersiap didepan pintu mobil, dengan sigap pasien di keluarkan dari mobil ambulan dan benar keluarga ini memindahkan isi rumah sakit. Semua yang dibutuhkan sudah tersedia lengkap beserta petugas medisnya.
" Status pasien?" ucap seseorang dengan jas dokter.
" Kritis" ucap dr Aisyah sambil memberikan rekam medis.
Setelah melihat sejenak dokter langsung masuk dan memberikan  perawatan. Keluarga pasien nampak sibuk lalu lalang mengurus sesuatu. Saat putra tertuanya lewat dr Aisyah sudah tidak mampu lagi menahan rasa penasarannya.
" Tolong jelaskkan apa yang terjadi, saya berhak tau".
" Nanti dokter saya akan jelaskan semuanya" ucap putra tertua.
Jojon dan dr Aisyah hanya bisa memandangi orang-orang sibuk dengan urusan mereka, Sampai salah satu putri tertua dari kelaurga itu datang menghampiri mereka.
" Dokter terima kasih bantuannya, ini sekedar uang lelah untuk dokter dan asisten dokter" ucap putri tertua sambil memberikan amplop tebal.
" ini sudah menjadi tugas saya, tapi kalau boleh tahu, sebenarnya apa yang terjadi?".
" Panjang ceritanya, ayah kami adalah seorang pengusaha, kami memiliki harta berlimpah. Tapi kekayaan itu tidak pernah membuat ayah hidup bahagia. Asal dokter tahu ini adalah kesekian kalinya ayah harus dioperasi. Sudah tak terhitung pengobatan yang kami lakukan. Mulai dari pengobatan di China, Eropa, Amerika sampai kembali ke Indonesia. Tapi semua pengobatan itu gagal. Ayah kami tidak kunjung sembuh, satu penyakit sembuh penyakit lainnya datang, begitu seterusnya. Ayah begitu menderita kami anaknya juga turut menderita, bukan hanya biaya tapi waktu dan tenaga. Kami sudah putus asa dengan pengobatan ayah, sampai datanglah guru spiritual kami yang berpesan, ayah tidak pernah bisa mati  jika beliau tidak mengaku salah dan memohon maaf pada orang tuanya. Saya tidak tahu dosa apa yang pernah dilakukan ayah, tapi kakek kami seolah menutup rapat pintu maafnya. Ayah juga keras kepala, berkali-kali kami memintanya untuk minta maaf tapi ayah menolak. Nenek kami sudah meninggal, kemarin kami sudah kunjungi makamnya, tinggal kakek. Kondisi kakek juga tak jauh berbeda dengan ayah, kakek sakit keras, sudah berbulan-bulan kakek hanya hidup dari cairan infus. Ajaibnya kakek masih bertahan sampai saat ini. Itulah sebabnya kami bersikeras membawa ayah kemari. Penderitaan ini harus di akhiri, keegoisan keduanya harus sama-sama dihancurkan. Apapun yang terjadi setelah ini kami pasrah" ucap putri pasien sambil menahan air matanya.
Belum selesai putrinya bercerita terdengar suara teriakan putra tertua dari dalam rumah, mereka bertiga bergegas masuk kedalam rumah. Tepat pukul 5 dini hari ayah dan anak menghembuskan nafas terakhir bersamaan. Jelas ini pukulan terberat bagi keluarga tapi setidaknya penderitaan ini sudah berakhir. Rupanya ayah selama ini menunggu anaknya pulang kerumah, dan anaknya menunggu ayahnya memanggil kembali. Tapi karena keegoisan keduanya mereka sama-sama menderita sampai akhir.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI