Aku berlari setelah stasiun kereta terlihat cukup dekat sambil melirik jam tanganku.
“18.41” batinku. Kemudian mempercepat langkahku.
Disana ia berdiri, pria menggunakan jaket kulit dan bertopi hitam. Baiklah, aku salah. Memang hanya dia satu-satunya orang dengan ciri-ciri yang ia sebutkan. Lalu aku menepuk bahunya pelan.
Kami segera melesat ke salah satu gedung mewah di tengah kota. Renisha mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke 17 malam ini jam 19.30. Ayahnya khawatir acara ini akan menjadi alat orang yang mengincar putrinya untuk membahayakannya.
“Pakai ini” ucap pria tadi sambil melempar sebuah gaun hitam tepat di wajahku.
Aku melihat gaun hitam pendek tersebut sambil menyerngit.
“Tidak bisakah aku menggunakan baju yang kupakai ini saja?” ucapku lalu menyadari bahwa pria tadi melepaskan topinya. Menarik.
“Jangan mengundang kecurigaan pihak lain” ucapnya datar. Suara beratnya terdengar sangat dingin.
Sesampainya di gedung itu aku segera menuju toilet untuk mengganti bajuku dengan gaun yang tadi ‘diberikan’ pria itu. Aku menatap pantulan diriku di cermin besar di depanku. Rambut hitam legam terurai hingga punggung, gaun hitam di atas lutut yang ku gunakan melilit rapi di tubuhku, lengkap dengan sepatu hak tinggi 10 cm yang juga diberikan pria tadi sebelum aku mengganti baju.
Sambil berjalan menggandeng pria yang sampai saat ini tak ku ketahui namanya, aku memandangi setiap sudut pada gedung ini. Mewah. Kami pun memasuki ruangan tempat pesta ulang tahun Renisha diselenggarakan. Kemudian aku dan pria itu pun berpencar.
“Ada sekitar 250 orang yang diundang di acara ini” aku mendengar suara pria itu melalui alat bantu yang kupakai di telinga ku.