Mohon tunggu...
Putri Permata
Putri Permata Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Jangan pernah merendahkan siapapun dalam hidup, bukan karna siapa mereka tapi siapa kita?

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Yakin Mau Menyerah?

15 Februari 2021   10:46 Diperbarui: 15 Februari 2021   11:05 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu Ayah dan Ibu bertengkar hingga hampir saja Ayah meminta untuk pisah dari Ibu. Lalu Ayah menjelaskan bahwa ia melakukan semua ini karena Ibu sudah mengandung anak dari selingkuhan Ibu. Padahal Tante Kiran mengatakan bahwa aku adalah anak kandung Ayahku, namun Ayah sudah salah paham akan semua itu.

Saat aku lahir, Ayah sempat mengatakan bahwa aku adalah anak yang tak diinginkan. Setelah mendengar itu aku merasa sesak, namun masih ku tahan air mataku untuk tidak turun. Tante Kiran mengatakan bahwa sampai saat ini Ayah masih tidak percaya dengan perkataan Ibu dan Tante Kiran. Bahkan Ayah ingin melakukan tes DNA untuk membuktikannya. Namun Ibu tidak mau karena Ibu sudah merasa kecewa dengan tingkah Ayah. Selam ini Ibu selalu menutupi semua kesedihannya.

Setelah mendengar itu aku mulai tersadar, dan memutuskan untuk bergegas pulang.

***

Tiga hari sudah berlalu, namun masih saja aku di cap sebagai orang yang pintar mencontek. Dua hari kedepan akan diumumkan siapa yang lolos seleksi. Entah aku kuat mendengarnya atau tidak. Saat pelajaran Matematika berlangsung aku diminta untuk ke ruang guru, seorang diri. Aku bergegas ke ruang guru dan disana ada Aldi juga Widya. Aku merasa kebingungan, mengapa ada Aldi dan Widya disini. Tak lama kemudian Bu Leni menyuruhku untuk duduk.

Ternyata Widya disuruh mengakui kesalahannya di depanku oleh Bu Leni dan Aldi. Aldi telah menemukan bukti bahwa Widya yang telah menuduhku mencontek pada saat ulangan. Aldi melihat Widya sedang menulis sesuatu dalam secarik kertas dan terlihat mencurigakan. Lalu Aldi menyamakan tulisan di kertas itu dengan lembar jawaban Widya, ternyata sama. Aldi mendatangi Widya dan menyuruhnya untuk mengakui semua kesalahannya. Awalnya Widya menolak, namun Aldi mengancam akan menyebarkan foto Widya yang sedang menulis contekan di kertas ke akun Instagram 11 MIPA 5.

Widya menangis sambil mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepadaku. Bu Leni pun melakukan hal yang sama kepadaku, ia meminta maaf dan menyuruhku untuk mengikuti seleksi sepulang sekolah. Saat mendengar boleh mengikuti seleksi aku merasa sangat senaang, karena itu adalah salah satu tujuan besarku. Lalu tanpa pikir panjang aku langsung menerima tawaran Bu Leni. Widya dihukum, selain hukuman dari sekolah ia juga mendapat makian dari seluruh siswa di Nuski.

Aku, Widya dan Aldi keluar dari ruang guru.

"Kamu tidak akan pernah terlihat baik, ketika kamu membuat orang lain terlihat buruk Wid." Ucap Aldi.

"Maaf ya Na, aku sangat menyesal. Aku merasa iri padamu." Ucap Widya.

"Iya tidak apa-apa Wid. Mungkin takdirnya sudah begini, bukan jalan kita tapi ini jalan Allah. Bukan juga kita yang menentukan, tapi ini keputusan Allah. Sudah ditetapkan aku akan mengalami seperti ini Wid. Maafkan aku juga ya Wid." Jawabku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun