Model pengambilan keputusan klasik berasumsi bahwa keputusan merupakan proses rasional ketika pengambilan keputusan diambil dari salah satu alternatif terbaik. Model klasik ini didasarkan pada konsep rasionalitas lengkap.Sesuai dengan model klasik, proses pengambilan keputusan dibagi atas enam langkah logis seperti, identifikasi masalah, menentukan alternatif, menilai alternatif, memilih alternatif, menerapkan alternatif, dan menilai keputusan alternatif.
Model Administratif
Hobert Simon (1957), merupakan tokoh pertama yang memperkenalkan model administratif pengambilan keputusan untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang cara-cara aktual sekaligus ideal yang ditempuh oleh penyelenggara sekolah dalam mengambil keputusan organisasi (Wayne dan Miskel, 2014:491).
Model Perilaku
      Model ini didasarkan pada seberapa jauh keputusan itu dapat memberikan kepuasan.Model ini juga mempertimbangkan pengambilan keputusan atas dasar rasionalitas kontekstual dan rasionalitas respektif.Rasionalitas kontekstual artinya keputusan tidak didasarkan oleh ketentuan tersurat, tetapi juga bersifat kontekstual.Pendekatan dasarnya adalah pemuasan artinya, menemukan solusi yang memuaskan, bukan yang terbaik.
Model Kontigensi
      Model kontigensi adalah pendekatan yang paling cocok dengan situasi.Model administratif itu fleksibel dan heuristik.Keputusannya didasarkan pada perbandingan di antara konsekuensi alternatif dan tingkat aspirasi pengambilan keputusannya.Apabila solusi-solusi yang memuaskan tidak ditemukan, maka tingkat aspirasi pun diturunkan. Kurangnya waktu tentu saja, bisa memotong prosesnya dengan memaksakan pertimbangan atas opsi-opsi yang lebih sedikit (Wayne dan Miskel, 2014).
Peran Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan
     Kepemimpinan sesorang sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan sehingga membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin.Pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku, mencerminkan karakter bagi seseorang pemimpin.Oleh karena itu untuk mengetahui apakah keputusan yang diambil itu baik atau buruk tidak hanya dapat dilihat setelah konsekuensinya terjadi, melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
Teori keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalis sesuatu yang tidak pasti atau berisiko, di sini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif.
Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang menajer memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan.