Mohon tunggu...
Puspo Lolailik Suprapto
Puspo Lolailik Suprapto Mohon Tunggu... Lainnya - Esais/Bookstagrammer

Nulis apa saja :)

Selanjutnya

Tutup

Book

Menelusuri Kegelapan Aceh: Kekerasan dan Konsekuensinya dalam Cerpen-cerpen Kebun Jagal

19 Agustus 2024   09:27 Diperbarui: 19 Agustus 2024   09:29 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada ikon, hubungan antara penanda dan petanda didasarkan pada kemiripan atau kesamaan fisik. 

Pada indeks, hubungan itu bersifat asosiatif atau sebab-akibat, sementara pada simbol, hubungan tersebut didasarkan pada kesepakatan atau konvensi yang berlaku dalam masyarakat.

Jelas bahwa kekerasan (penanda) tidak mirip atau sama dengan Aceh (petanda). 

Oleh karena itu, kekerasan yang digambarkan dalam cerpen-cerpen tersebut bukanlah tanda ikonik, melainkan tanda indeksikal.

Artinya, dalam cerpen-cerpen yang menceritakan kekerasan di bukubini, kekerasan itu terjadi karena atau sebagai akibat dari keberadaan Aceh.

Ada sesuatu yang membuat latar budaya dan tempat yang awalnya netral menjadi alasan terjadinya kekerasan dalam hubungan indeksikal ini. 

Di sinilah cerpen-cerpen tentang kekerasan dalam buku ini memainkan peran penting.

Jika kekerasan---terutama yang berhubungan dengan kekuasaan politik---disajikan sebagai laporan jurnalistik atau kesaksian, seringkali muncul masalah tentang kebenaran fakta dan penyebabnya. 

Namun, melalui prosa fiksi, penulis yang menggambarkan kekerasan tidak perlu khawatir dengan masalah ini. 

Hal ini karena penggambaran tersebut sudah dianggap sah oleh konvensi budaya sebagai karya fiksi.

Dengan demikian, penulis bisa dengan bebas menempatkan militer di antara Aceh yang relatif netral dan kekerasan fisik sebagai penanda, menggunakan simbol-simbol militer seperti komandan, seragam loreng, markas, peluru, dan senjata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun