"Aku harus menghancurkan tanah putih ini, sebelum datang jembalang mendekatiku. Jika dia melihat tanah ini hancur, mungkin dia akan berubah pikiran untuk menyetubuhiku, dan beralih ke gadis-gadis lain."
Bermacam-macam bentuk dan jenis batu yang ditemuinya di bawah pohon jati tersebut sudah dicoba untuk menghancurkan gumpalan tanah namun tidak terlihat tanda-tanda akan hancur ataupun retak dari tanah putih itu, malah terlihat makin mengeras kuat.Â
Suna mulai menanggalkan pakaiannya di dalam bilik mandi, menggosok badannya dengan menjadikan gumpalan tanah putih sebagai sabun. Digosok berurutan dari ujung-ujung kuku kaki hingga ujung jari jemari tangan manisnya. Kemudian dibilas dengan air tempayan yang sudah dicampur dengan bunga lili.
Masih di kedai kopi, di kiri lapangan sabung ayam, Yuki dan Ghandi mengunyah potongan-potongan tipis daging hasil buruan.
"Bagaimana? Aku selalu menepati janjiku bukan?"
"Iya, kau memang laki-laki pemburu sejati."
"Setelah ini, apalagi yang mau aku bawakan untukmu, Yuki?"
"Tidak, ini sudah cukup. Ghandi, apa kamu masih sering mengunjungi rumah Mama Kalong?"
"Aku sudah meninggalkan tempat itu sejak awal bertemu kamu."
"Bisa malam ini kita ke sana?"
"Untuk apa?"