SERBA-SERBI BOHONG DI DUNIA
Email : pungkyamalia12@gmail.com
ABSTRAK
Kebiasaan berbohong adalah salah satu bukti seseorang masih berjiwa budak . Bohong bisa membuat harga diri dan wibawa seseorang jatuh ke lembah yang paling hina. Kebohongan banyak dilakukan oleh individu dalam aktivitas sehari-harinya dengan berbagai macam kepentingan demi mencapai ambisi individualnya dan keinginan sesaat yang dapat merugikan dirinya sendiri juga orang banyak. Lawan bohong adalah jujur.
Keduanya nampak tak bisa dipisahkan. Kadang kala dalam sebuah kebohongan ditemui suatu kejujuran ataupun sebaliknya. Maka sebab itu batasan antara bohong dan jujur semakin kabur.
Kata kunci: Bohong, Jujur, benar
ABSTRACK
Habit of lying One proof someone is still a slave spirit. Lying can make a person's self-esteem and dignity fall into the lowest valley. Many lies are done by individuals in their daily activities with various interests in order to achieve their individual ambitions and momentary desires that can harm themselves as well as many people. The opposite of lying is honest. The two seem inseparable. sometimes in a lie found a truth or vice versa. Therefore, the line between lying and being honest is getting blurry.
Key word : Lie, Honest,true
PENDAHULUAN
Setelah berinteraksi dengan semua kalangan, terasa kebesaaran hati dapat kita ketahui dari jiwa seseorang dan dapat kita letakan pada tempatnya jika sekiranya dia bersikap terus terang. Tetapi alangkah sakitnya, sakit sekali jika bertemu dengan seseorang yang gemar berbohong atau berdusta ketika dihadapanya juga di hadapan kita sudah tertumpuk bukti dan alasan atas sesuatu kesalahan yang dilakukanya. Banyak hal yang dilakukan seseorang untuk menyelamatkan dirinya dari sesuatu yang tidak ia inginkan, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan cara berbohong.
Namun terkadang kebohongan yang ditempuh justru tidak banyak menyelamatkan malah menjerumuskan diri ke dalam lembah kehinaan. sebab setiap manusia pasti pernah berbohong, mulai dari kebohongan kecil hingga yang sangat besar. Mulai dari white lies yang diniatkan untuk kebaikan, sampai dirty lies yang memang untuk niat buruk. Lawan dari bohong adalah benar, perbuatan benar disebut jujur. Keduanya nampak tak bisa dipisahkan. kadang kala dalam sebuah kebohongan ditemui suatu kejujuran ataupun sebaliknya.
Bohong itu banyak sekali bentuknya, mulai dari bentuk ucapan sampai perbuatan, ada yang nampak dan ada pula yang tersembunyi sampai tidak disadari. Pada zaman sekarang ini, kebohongan sudah menjadi pembahasan yang cukup ekstrim apalagi terkait berita atau informasi yang di dapat lewat pers atau media sosial. kebohongan yang dimaksud disebut hoax, banyak berita yang kita dapatkan tetapi tidak berkesesuaian dengan fakta yang ada dilapangan meski tersambung dengan bentuk fisik berupa foto atau video tapi tetaplah masih ada unsur kebohongan. Dengan begitu, rasanya batas antara kebohongan dan kebenaran semakin kabur.
Kebiasaan berbohong dimiliki oleh jiwa yang miskin. Bahaya dari berbohong tergantung dari besar kecilnya ia berbohong, seseorang yang sudah mempunyai kebiasaan dalam berbohong dampaknya sangat besar yaitu tidak dipercaya dilingkunganya bahkan sampai dikucilkan sehingga dampak pada jiwanya akan merana.
Dalam islam kebohongan disebut sebagai gerbang menuju dosa dan ada beberapa bohong yang diperbolehkan oleh agama. Salah satunya adalah bohong untuk mendamaikan seseorang yang sedang berselisih. Pembohong akan terpenjara oleh kebohonganya sendiri, bohong akan terus dilakukan kecuali dihentikan. Orang yang jujur akan menikmati kemerdekaan dalam hidupnya karena jujur membawa keberkahan dan kemudahan dalam hidup.
PEMBAHASAN
Definisi Bohong
Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah mengingatkan agar manusia jangan berbohong secara sungguh sungguh atau secara bergurau. Manusia jangan membiasakan diri berbohong dalam bergurau, karena pada akhirnya nanti akan berbohong secara bersungguh-sungguh. Perilaku berbohong adalah salah satu bentuk ketidakjujuran, kecurangan dalam bentuk pernyataan/perbuatan yang tidak dapat dipercaya, biasanya diiringi dengan niat untuk menjaga suatu rahasia atau reputasi, melindungi perasaan individu tertentu, menghindari hukuman atau konsekuensi dari suatu tindakan (Mahon, J. E., 2008).
Menurut Imam Al Ghazali, berbohong adalah dosa besar dari yang terbesar. Apabila manusia dikenal sebagai pembohong, maka akan hilang keadilan dan harga dirinya. Perkataannya akan hilang makna dan orang lain akan memandang rendah dirinya. Sedangkan menurut Morissan (2013) kebohongan adalah manipulasi disengaja terhadap informasi, perilaku dan gambaran diri (image) dengan maksud untuk mengarahkan orang lain pada kepercayaan atau kesimpulan yang salah.
Kholil Misbach dalam Aunillah (2011) menjelaskan bahwa berbohong itu merupakan perkara yang berbahaya dan termasuk salah satu jenis keburukan yang menjalar. Artinya dalam setiap waktu, hampir dipastikan selalu saja ada orang yang melakukan kebohongan, baik dengan tidak sengaja atau disengaja. Karena kebohongan merupakan perbuatan tercela yang sangat potensial dilakukan oleh semua manusia, maka kebohongan itu sendiri memiliki bentuk-bentuk dan pengertian yang sangat beragam.
Lebih lanjut Imam Nawawi dalam Aunillah (2011) juga mengatakan bahwa kebohongan itu adalah menceritakan sesuatu, namun tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya, baik hal itu disengaja ataupun tidak, maka hukumnya berdosa. Sedangkan orang yang tidak sengaja melakukannya, maka tidak ada dosa baginya.
Bohong bukanlah karakter atau tabiat asli anak-anak yang menyebabkan dia terpaksa berdusta karena tekanan suatu peraturan yang mesti dipatuhinya, yang dipandangnya mengikat kebebasan dan kemerdekaan. ( J.J rousseau) . Bohong yang terbanyak adalah berkhayal. Karena kelemahan dan pengaruh insting (gerak hati) dan mempertahankan diri, dibawah dari itu. (Ferriani).
Lawan bohong adalah benar atau jujur Menurut Buya hamka, sesuatu yang berkesesuaian disebut benar dan perbuatan yang benar disebut jujur. Sikap kejujuran dan keberanian mempertahankan kebenaran adalah intisari dari jiwa yang merdeka, sementara itu, kebohongan dan kemunafikan adalah gejala dari jiwa budak.
Sedangkan menurut Aristoteles Kebenaran (Jujur) yang sejati ialah yang berkata benar dan meninggalkan dusta, bukan karena mengharapkan keuntungan, tapi dia cinta kebenaran dan merasa puas telah berkata benar. Sebaliknya, dia menjauhi dusta karena hatinya benci dengan dusta, dan tidak mengharapkan keuntungan apa-apa.
Hendaklah suatu perbuatan sesuai dengan kata-kata. Orang yang menyuarakan kata-kata kebenaran, tetapi dalam praktiknya ia melakukan kebohongan, ia bukanlah orang yang jujur. hendaklah suatu perkataan sejalan dengan fikiran kita. Dengan arti kata, yakin bahwa yang dilakukan itu benar adanya. (Hamka)
Ada beberapa bentuk-bentuk bohong, yaitu :
1. Bohong dalam perkataan
Pada dasarnya, sesuatu yang disebut bohong atau benar dikaitkan dengan suatu berita. Di dalam segala bentuk macam kata-kata, baik berita maupun tuntutan, pasti terdapat kebohongan atau kebenaran.
2. Bohong diam dan bohong samar (bohong dalam hati)
Menjelaskan sesuatu yang benar tidak cukup jika hanya dengan tidak berdusta. Mungkin seseorang tidak membuat dusta yang terang, yang positif, dengan begitu engkau belum tentu benar. Menurut Robert Louis Starfenson, semata-mata berdiam diri saja, belum tentu dikatakan bersikap benar. Karena sering kali seseorang termenung seorang diri dalam sebuah kamar, tidak bicara sepatah kata pun, tetapi didalam dadanya meluap-luap suatu maksud yang jahat dan khianat.
3. Bohong dalam perbuatan
Banyak diantara ahli filsafat telah menghimpun sebab-sebab kerusakan akhlak, yang ditimbulkan karena bohong. Mereka berpendapat bahwa (apapun macamnya) kejahatan akhlak adalah pertentangan yang hebat yang lebih tinggi levelnya.
Sampai pada saat ini, banyak orang yang berlomba mencari kedudukan dan kehormatan, atau tidak bertanggung jawab, mengganggu orang lain, lalai, lengah, dengki. Singkatnya, segala macam perangai yang merusak budi pekerti yang membawa kerusakan dalam pergaulan hidup. Semua itu termasuk bohong dalam perbuatan, yaitu mendustai atau membohongi kebenaran dan keadilan yang mutlak. Clarke dan muridnya, wollatson, dan Stephen berpendapat sama dalam hal ini. Semua itu adalah bohong yang paling luas. inilah pendapat mereka :
Wollatson menegaskan bahwa kejahatan akhlak (Karakter) artinya mengingkari kebenaran dengan perbuatan. Suatu perbuatan baik yang dikerjakan atas dasar akhlak, artinya suatu pengakukan atas kebenaran. Mencuri misalnya, itu adalah suatu perbuatan mendustakan hakikat sebenarnya, barang yang dicuri bukanlah kepunyaan si pencuri. Perbuatan baik adalah membenarkan pangkalnya saja dan meninggalkan akhir ujungnya, atau sebaliknya. kebenaran dan perbuatan jahat adalah mendustakanya.
Stephen berkata “ setelah lebih dari 30 tahun mempelajarinya ( permasalahan ini), maka Wollatson berikesimpulan bahwa penyebab yang menjadikan suami tidak menggelar (menggorok) leher istrinya ketika sang istri tidur nyenyak, padahal tidak ada halangan, ialah karena perbuatan itu mendustakan kebenaran. Sebab menurut kebenaran, perempuan itu berhak hidup” . Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kesalahan budi pekerti adalah kebohongan.
Menurut imam Al-Ghazali, serba serbi bohong dan bentuknya yaitu :
- Berlebih-lebihan dalam memberitakan sesuatu, dari yang sejengkal dijadikan sehasta, sehasta dijadikan sedepa. Kalau orang telah terbiasa dengan begitu, maka selamanya tidaklah enak baginya lagi jika tidak melebih-lebihkan (Berita).
- Mencampuradukkan yang benar dengan yang dusta. Baik dalam perkataan atau dalam perbuatan.
- Memotong-motong kebenaran. Misalnya mengambil awal
- Mengatakan sesuatu yang berlainan atau berlawanan dengan yang terasa didalam hati, walaupun hakikatnya yang dinyatakan itu benar.
Welton, ahli ilmu jiwa berkata “ mencintai kebenaran semata-mata karena hal tersebut memang sebuah kebenaran. Ialah bunga yang indah yang tumbuh dari pohon kesukaan penyelidik. Adapun kesuburanya, dengan sendirinya akan datang berangsur-angsur. Gerakan hati ini mulanya menyatakan diri dengan menghormati kesukaan menyatakan perasaan, lalu sesudah itu memberikan keterangan yang jelas. Anak-anak pada fitrahnya suka mengatakan serta mengakui suatu kebenaran.
Dia tidak akan keluar dari garis kebenaran jika tidak ada sebab lain yang mengintervensinya. Mereka mendapat kata-kata yang benar dengan cara meniru. Namun, jika mereka berbuat suatu kesalahan, itu pun karena mereka meniru. Cara anak-anak meniru itu juga merupakan kebenaran. Jika anak- anak melihat suatu kejadian atau mendengar sesuatu lalu diserap ke dalam otaknya, tentu akan “diterjemahkan” dengan lidahnya secara benar, dengan sebenar-benarnya.
Namun, harus kita perhatikan, disamping inti sumber kebenaran , ada hal lain yang ada pula dalam fitrahnya, yang kerap kali mengubah suatu kebenaran itu dalam pandangan anak anak,. Ada berbagai hal yang menghilangkan ketenanganya tersebut, diantaranya hayalan anak-anak atau perasaan takutnya, atau berkata berlebih lebihan atau carut marut dengan yang indah. Jadi, jika kita ingin mendengar suatu kebenaran yang hakiki, tetapi penuh dengan kebohongan yang indah, temukanlah dalam perkataan anak-anak.
Aristoteles membagi dusta menjadi beberapa tingkatan ada yang sangat berbahaya dan ada yang kurang berbahaya. Kalau kita ingin berdusta karena martabat tinggi atau karena ingin masyhur ( Populer) maka “Dicampur” sedikit dengan dusta tidak mengapa. Namun, jika dusta digunakan untuk mengejar harta, inilah dusta yang paling buruk dan hina.
Menurut J.J Rouseau, bohong terbagi menjadi dua, yang pertama, bohong yang berkaitan tentang peristiwa yang sudah terjadi. Sedangkan yang kedua, bohong yang berkaitan dengan masa mendatang tentang kewajiban. Dusta yang pertama ketika kita menetapkan suatu hukum karena pertimbangan suatu masalah, ada atau tidaknya melalui cara yang salah. Kita mengatakan sesuatu yang berlainan dengan fakta sebenarnya. Namun, pada waktunya kita tahu dan sadar atas kesalahan kita, tetapi kita teruskan saja.
Dusta yang kedua, ialah niat hendak memungkiri suatu kejadian yang akan kita hadapi, misalnya berjanji. Terkadang ada dusta yang ke tiga, yaitu gabungan dari keduanya.
Agama menyikap bohong
Maksud agama adalah menimbulkan keteguhan jiwa manusia, keteguhan menimbulkan kejujuran dan tidak mengenal bohong. Sebab bohong adalah hasil jiwa yang lemah. Didukung oleh penjelasanya sebagai berikut :
1. Agama Yahudi
Kitab taurat banyak sekali mencela kebohongan. Salah satu bunyinya adalah “ Janganlah engkau menjadi saksi dusta atas sesama manusia.”
2. Agama Narani
Nabi Isa Al-Masih berkata “ Lagi pula kamu sudah mendengar barang yang dikatakan orang terdahulu kala. Janganlah engkau bersumpah dusta, melainkan wajiblah engkau menyampaikan kepada Tuhan segala sumpahmu itu” (Matius 5:17)
3. Agama Islam
Nabi Muhammad SAW. menjelaskan pula bahwa diutusnya beliau adalah “ membenarkan” atau mengakui kitab Injil dan Taurat. Jika diperiksa isi kitab Al-Qur’an dengan ketelitian jiwa, tidaklah ia mengiringi maksud kedua kitab yang terdahulu (Taurat dan Injil) melainkan Al-Qur’an sebagai penyempurna.. Allah SWT Berfirman yang artinya “ wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab:70)
KESIMPULAN
Penjelasan diatas telah menguraikan tentang perilaku bohong yang pada intinya adalah salah satu perilaku tercela yang perbuatanya tidak berkesesuaian dengan kenyataan atau fakta yang ada. Bentuk kebohongan tentunya sangat beragam karena disesuaikan dengan kepentingan seseorang, namun ruang lingkupnya terdiri dari bohong dalam perkataan, bohong diam atau samar, dan bohong dalam perbuatan. Agama samawi (Islam, Yahudi, Nasrani) ketiganya mencela perbuatan bohong dengan caranya masing-masing dalam menyikapi.
REFERENSI
Abdulwaly, C. (2015). Hati-Hati Dalam Berprasangka. Jakarta: Abdulwaly. Assad, M. (2017). Breakthrough. Jakarta: Gramedia Aunillah, I. N. (2011). Hamka (2017). Bohong Di Dunia. Jakarta: Gema Insani. Al-Ghazali (2005). Bahaya Lisan. Jakarta: Qhisti Pres
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H