Mohon tunggu...
Diana Pungky
Diana Pungky Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menyelami lautan literasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Serba-serbi Bohong di Dunia

9 April 2023   23:10 Diperbarui: 10 April 2023   01:58 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dianaky

SERBA-SERBI BOHONG DI DUNIA

Email : pungkyamalia12@gmail.com

ABSTRAK

Kebiasaan berbohong adalah salah satu bukti seseorang masih berjiwa budak . Bohong bisa  membuat harga diri dan wibawa seseorang jatuh ke lembah yang paling hina. Kebohongan  banyak dilakukan oleh individu dalam aktivitas sehari-harinya dengan berbagai macam  kepentingan demi mencapai ambisi individualnya dan keinginan sesaat yang dapat merugikan  dirinya sendiri juga orang banyak. Lawan bohong adalah jujur. 

Keduanya nampak tak bisa  dipisahkan. Kadang kala dalam sebuah kebohongan ditemui suatu kejujuran ataupun  sebaliknya. Maka sebab itu batasan antara bohong dan jujur semakin kabur.

Kata kunci: Bohong, Jujur, benar

ABSTRACK

Habit of lying One proof someone is still a slave spirit. Lying can make a person's self-esteem  and dignity fall into the lowest valley. Many lies are done by individuals in their daily activities  with various interests in order to achieve their individual ambitions and momentary desires  that can harm themselves as well as many people. The opposite of lying is honest. The two seem  inseparable. sometimes in a lie found a truth or vice versa. Therefore, the line between lying  and being honest is getting blurry.

Key word : Lie, Honest,true

PENDAHULUAN

Setelah berinteraksi dengan semua  kalangan, terasa kebesaaran hati dapat kita  ketahui dari jiwa seseorang dan dapat kita  letakan pada tempatnya jika sekiranya dia  bersikap terus terang. Tetapi alangkah  sakitnya, sakit sekali jika bertemu dengan  seseorang yang gemar berbohong atau  berdusta ketika dihadapanya juga di hadapan kita sudah tertumpuk bukti dan  alasan atas sesuatu kesalahan yang dilakukanya. Banyak hal yang dilakukan  seseorang untuk menyelamatkan dirinya dari sesuatu yang tidak ia inginkan, salah  satu cara yang ditempuh adalah dengan cara  berbohong. 

Namun terkadang kebohongan  yang ditempuh justru tidak banyak  menyelamatkan malah menjerumuskan diri  ke dalam lembah kehinaan.  sebab setiap manusia pasti pernah  berbohong, mulai dari kebohongan kecil  hingga yang sangat besar. Mulai dari white  lies yang diniatkan untuk kebaikan,  sampai dirty lies yang memang untuk niat  buruk. Lawan dari bohong adalah benar,  perbuatan benar disebut jujur. Keduanya  nampak tak bisa dipisahkan. kadang kala  dalam sebuah kebohongan ditemui suatu  kejujuran ataupun sebaliknya.

Bohong itu banyak sekali bentuknya, mulai  dari bentuk ucapan sampai perbuatan, ada  yang nampak dan ada pula yang  tersembunyi sampai tidak disadari. Pada  zaman sekarang ini, kebohongan sudah menjadi pembahasan yang cukup ekstrim apalagi terkait berita atau informasi yang di dapat lewat pers atau media sosial.  kebohongan yang dimaksud disebut hoax,  banyak berita yang kita dapatkan tetapi  tidak berkesesuaian dengan fakta yang ada  dilapangan meski tersambung dengan  bentuk fisik berupa foto atau video tapi tetaplah masih ada unsur kebohongan.  Dengan begitu, rasanya batas antara  kebohongan dan kebenaran semakin kabur.

Kebiasaan berbohong dimiliki oleh jiwa  yang miskin. Bahaya dari berbohong  tergantung dari besar kecilnya ia  berbohong, seseorang yang sudah  mempunyai kebiasaan dalam berbohong  dampaknya sangat besar yaitu tidak  dipercaya dilingkunganya bahkan sampai  dikucilkan sehingga dampak pada jiwanya  akan merana.

Dalam islam kebohongan disebut sebagai  gerbang menuju dosa dan ada beberapa  bohong yang diperbolehkan oleh agama.  Salah satunya adalah bohong untuk  mendamaikan seseorang yang sedang  berselisih. Pembohong akan terpenjara oleh  kebohonganya sendiri, bohong akan terus  dilakukan kecuali dihentikan. Orang yang  jujur akan menikmati kemerdekaan dalam  hidupnya karena jujur membawa  keberkahan dan kemudahan dalam hidup. 

PEMBAHASAN

Definisi Bohong

Imam Al Ghazali dalam kitab  Bidayatul Hidayah mengingatkan agar  manusia jangan berbohong secara sungguh sungguh atau secara bergurau. Manusia  jangan membiasakan diri berbohong dalam  bergurau, karena pada akhirnya nanti akan  berbohong secara bersungguh-sungguh. Perilaku berbohong adalah salah satu  bentuk ketidakjujuran, kecurangan dalam  bentuk pernyataan/perbuatan yang tidak  dapat dipercaya, biasanya diiringi dengan  niat untuk menjaga suatu rahasia atau  reputasi, melindungi perasaan individu  tertentu, menghindari hukuman atau  konsekuensi dari suatu tindakan (Mahon, J.  E., 2008). 

Menurut Imam Al Ghazali,  berbohong adalah dosa besar dari yang  terbesar. Apabila manusia dikenal  sebagai pembohong, maka akan hilang  keadilan dan harga dirinya. Perkataannya  akan hilang makna dan orang lain akan  memandang rendah dirinya. Sedangkan  menurut Morissan (2013) kebohongan  adalah manipulasi disengaja terhadap  informasi, perilaku dan gambaran diri  (image) dengan maksud untuk  mengarahkan orang lain pada kepercayaan  atau kesimpulan yang salah. 

Kholil  Misbach dalam Aunillah (2011)  menjelaskan bahwa berbohong itu  merupakan perkara yang berbahaya dan  termasuk salah satu jenis keburukan yang  menjalar. Artinya dalam setiap waktu,  hampir dipastikan selalu saja ada orang  yang melakukan kebohongan, baik dengan  tidak sengaja atau disengaja. Karena  kebohongan merupakan perbuatan tercela  yang sangat potensial dilakukan oleh semua  manusia, maka kebohongan itu sendiri  memiliki bentuk-bentuk dan pengertian  yang sangat beragam. 

Lebih lanjut Imam  Nawawi dalam Aunillah (2011) juga  mengatakan bahwa kebohongan itu adalah  menceritakan sesuatu, namun tidak sesuai  dengan fakta yang sebenarnya, baik hal itu  disengaja ataupun tidak, maka hukumnya  berdosa. Sedangkan orang yang tidak  sengaja melakukannya, maka tidak ada  dosa baginya.

Bohong bukanlah karakter atau tabiat asli  anak-anak yang menyebabkan dia terpaksa  berdusta karena tekanan suatu peraturan  yang mesti dipatuhinya, yang  dipandangnya mengikat kebebasan dan  kemerdekaan. ( J.J rousseau) . Bohong yang  terbanyak adalah berkhayal. Karena  kelemahan dan pengaruh insting (gerak  hati) dan mempertahankan diri, dibawah  dari itu. (Ferriani).

Lawan bohong adalah benar atau jujur Menurut Buya hamka, sesuatu yang  berkesesuaian disebut benar dan perbuatan  yang benar disebut jujur. Sikap kejujuran  dan keberanian mempertahankan  kebenaran adalah intisari dari jiwa yang  merdeka, sementara itu, kebohongan dan  kemunafikan adalah gejala dari jiwa budak. 

 Sedangkan menurut Aristoteles Kebenaran  (Jujur) yang sejati ialah yang berkata benar  dan meninggalkan dusta, bukan karena  mengharapkan keuntungan, tapi dia cinta  kebenaran dan merasa puas telah berkata  benar. Sebaliknya, dia menjauhi dusta  karena hatinya benci dengan dusta, dan  tidak mengharapkan keuntungan apa-apa.

Hendaklah suatu perbuatan sesuai  dengan kata-kata. Orang yang  menyuarakan kata-kata kebenaran, tetapi  dalam praktiknya ia melakukan  kebohongan, ia bukanlah orang yang jujur.  hendaklah suatu perkataan sejalan dengan  fikiran kita. Dengan arti kata, yakin bahwa  yang dilakukan itu benar adanya. (Hamka)

Ada beberapa bentuk-bentuk bohong, yaitu  :

1. Bohong dalam perkataan

Pada dasarnya, sesuatu yang disebut  bohong atau benar dikaitkan dengan   suatu berita. Di dalam segala bentuk  macam kata-kata, baik berita  maupun tuntutan, pasti terdapat   kebohongan atau kebenaran.

2. Bohong diam dan bohong samar  (bohong dalam hati)

Menjelaskan sesuatu yang benar  tidak cukup jika hanya dengan tidak  berdusta. Mungkin seseorang tidak  membuat dusta yang terang, yang  positif, dengan begitu engkau  belum tentu benar. Menurut Robert  Louis Starfenson, semata-mata  berdiam diri saja, belum tentu  dikatakan bersikap benar. Karena  sering kali seseorang termenung  seorang diri dalam sebuah kamar,  tidak bicara sepatah kata pun, tetapi  didalam dadanya meluap-luap suatu   maksud yang jahat dan khianat.

3. Bohong dalam perbuatan

Banyak diantara ahli filsafat telah  menghimpun sebab-sebab  kerusakan akhlak, yang ditimbulkan  karena bohong. Mereka  berpendapat bahwa (apapun  macamnya) kejahatan akhlak  adalah pertentangan yang hebat  yang lebih tinggi levelnya. 

Sampai  pada saat ini, banyak orang yang  berlomba mencari kedudukan dan  kehormatan, atau tidak bertanggung  jawab, mengganggu orang lain,  lalai, lengah, dengki. Singkatnya,  segala macam perangai yang  merusak budi pekerti yang  membawa kerusakan dalam  pergaulan hidup. Semua itu  termasuk bohong dalam perbuatan,  yaitu mendustai atau membohongi  kebenaran dan keadilan yang  mutlak. Clarke dan muridnya, wollatson,  dan Stephen berpendapat sama  dalam hal ini. Semua itu adalah  bohong yang paling luas. inilah  pendapat mereka :

Wollatson menegaskan bahwa  kejahatan akhlak (Karakter) artinya  mengingkari kebenaran dengan  perbuatan. Suatu perbuatan baik  yang dikerjakan atas dasar akhlak,  artinya suatu pengakukan atas  kebenaran. Mencuri misalnya, itu  adalah suatu perbuatan  mendustakan hakikat sebenarnya,  barang yang dicuri bukanlah kepunyaan si pencuri. Perbuatan  baik adalah membenarkan   pangkalnya saja dan meninggalkan  akhir ujungnya, atau sebaliknya. kebenaran dan perbuatan jahat  adalah mendustakanya. 

Stephen berkata “ setelah lebih dari  30 tahun mempelajarinya (  permasalahan ini), maka Wollatson  berikesimpulan bahwa penyebab  yang menjadikan suami tidak  menggelar (menggorok) leher  istrinya ketika sang istri tidur  nyenyak, padahal tidak ada  halangan, ialah karena perbuatan itu  mendustakan kebenaran. Sebab  menurut kebenaran, perempuan itu  berhak hidup” . Oleh karena itu  dapat disimpulkan bahwa kesalahan  budi pekerti adalah kebohongan.

Menurut imam Al-Ghazali, serba serbi bohong dan bentuknya yaitu :

  •  Berlebih-lebihan dalam  memberitakan sesuatu, dari yang  sejengkal dijadikan sehasta, sehasta  dijadikan sedepa. Kalau orang telah  terbiasa dengan begitu, maka  selamanya tidaklah enak baginya lagi jika tidak melebih-lebihkan  (Berita).
  •  Mencampuradukkan yang benar  dengan yang dusta. Baik dalam  perkataan atau dalam perbuatan. 
  •  Memotong-motong kebenaran.  Misalnya mengambil awal 
  • Mengatakan sesuatu yang berlainan  atau berlawanan dengan yang terasa  didalam hati, walaupun hakikatnya  yang dinyatakan itu benar.

Welton, ahli ilmu jiwa berkata “ mencintai  kebenaran semata-mata karena hal tersebut  memang sebuah kebenaran. Ialah bunga  yang indah yang tumbuh dari pohon  kesukaan penyelidik. Adapun kesuburanya,  dengan sendirinya akan datang berangsur-angsur. Gerakan hati ini mulanya  menyatakan diri dengan menghormati  kesukaan menyatakan perasaan, lalu  sesudah itu memberikan keterangan yang  jelas. Anak-anak pada fitrahnya suka  mengatakan serta mengakui suatu  kebenaran. 

Dia tidak akan keluar dari garis  kebenaran jika tidak ada sebab lain yang  mengintervensinya. Mereka mendapat  kata-kata yang benar dengan cara meniru.  Namun, jika mereka berbuat suatu  kesalahan, itu pun karena mereka meniru.  Cara anak-anak meniru itu juga merupakan  kebenaran. Jika anak- anak melihat suatu kejadian atau  mendengar sesuatu lalu diserap ke dalam  otaknya, tentu akan “diterjemahkan”  dengan lidahnya secara benar, dengan  sebenar-benarnya. 

Namun, harus kita  perhatikan, disamping inti sumber  kebenaran , ada hal lain yang ada pula  dalam fitrahnya, yang kerap kali mengubah suatu kebenaran itu dalam pandangan anak anak,. Ada berbagai hal yang  menghilangkan ketenanganya tersebut,  diantaranya hayalan anak-anak atau  perasaan takutnya, atau berkata berlebih lebihan atau carut marut dengan yang  indah. Jadi, jika kita ingin mendengar suatu  kebenaran yang hakiki, tetapi penuh dengan  kebohongan yang indah, temukanlah  dalam perkataan anak-anak.

Aristoteles membagi dusta menjadi  beberapa tingkatan ada yang sangat  berbahaya dan ada yang kurang berbahaya.  Kalau kita ingin berdusta karena martabat  tinggi atau karena ingin masyhur ( Populer)  maka “Dicampur” sedikit dengan dusta  tidak mengapa. Namun, jika dusta  digunakan untuk mengejar harta, inilah  dusta yang paling buruk dan hina.

Menurut J.J Rouseau, bohong terbagi  menjadi dua, yang pertama, bohong yang  berkaitan tentang peristiwa yang sudah  terjadi. Sedangkan yang kedua, bohong  yang berkaitan dengan masa mendatang  tentang kewajiban. Dusta yang pertama  ketika kita menetapkan suatu hukum karena  pertimbangan suatu masalah, ada atau  tidaknya melalui cara yang salah. Kita  mengatakan sesuatu yang berlainan dengan  fakta sebenarnya. Namun, pada waktunya  kita tahu dan sadar atas kesalahan kita,  tetapi kita teruskan saja. 

Dusta yang kedua,  ialah niat hendak memungkiri suatu  kejadian yang akan kita hadapi, misalnya  berjanji. Terkadang ada dusta yang ke tiga,  yaitu gabungan dari keduanya.

Agama menyikap bohong

Maksud agama adalah menimbulkan  keteguhan jiwa manusia, keteguhan  menimbulkan kejujuran dan tidak  mengenal bohong. Sebab bohong adalah  hasil jiwa yang lemah. Didukung oleh  penjelasanya sebagai berikut :

1. Agama Yahudi

Kitab taurat banyak sekali mencela  kebohongan. Salah satu bunyinya  adalah “ Janganlah engkau menjadi  saksi dusta atas sesama manusia.”

2. Agama Narani

Nabi Isa Al-Masih berkata “ Lagi  pula kamu sudah mendengar barang  yang dikatakan orang terdahulu  kala. Janganlah engkau bersumpah  dusta, melainkan wajiblah engkau menyampaikan kepada Tuhan  segala sumpahmu itu” (Matius  5:17)

3. Agama Islam

Nabi Muhammad SAW.  menjelaskan pula bahwa diutusnya  beliau adalah “ membenarkan” atau  mengakui kitab Injil dan Taurat.  Jika diperiksa isi kitab Al-Qur’an  dengan ketelitian jiwa, tidaklah ia  mengiringi maksud kedua kitab  yang terdahulu (Taurat dan Injil) melainkan Al-Qur’an sebagai  penyempurna.. Allah SWT  Berfirman yang artinya “ wahai  orang-orang yang beriman!  Bertakwalah kamu kepada Allah  dan ucapkanlah perkataan yang  benar.” (Al-Ahzab:70)

KESIMPULAN

Penjelasan diatas telah  menguraikan tentang perilaku bohong yang  pada intinya adalah salah satu perilaku  tercela yang perbuatanya tidak  berkesesuaian dengan kenyataan atau fakta  yang ada. Bentuk kebohongan tentunya sangat  beragam karena disesuaikan dengan kepentingan seseorang, namun ruang  lingkupnya terdiri dari bohong dalam  perkataan, bohong diam atau samar, dan  bohong dalam perbuatan. Agama samawi  (Islam, Yahudi, Nasrani) ketiganya  mencela perbuatan bohong dengan caranya  masing-masing dalam menyikapi.

REFERENSI 

Abdulwaly, C. (2015). Hati-Hati Dalam  Berprasangka. Jakarta: Abdulwaly. Assad,  M. (2017). Breakthrough. Jakarta:  Gramedia Aunillah, I. N. (2011). Hamka  (2017). Bohong Di Dunia. Jakarta: Gema  Insani. Al-Ghazali (2005). Bahaya Lisan.  Jakarta: Qhisti Pres

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun