Mohon tunggu...
Diana Pungky
Diana Pungky Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menyelami lautan literasi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Serba-serbi Bohong di Dunia

9 April 2023   23:10 Diperbarui: 10 April 2023   01:58 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak diantara ahli filsafat telah  menghimpun sebab-sebab  kerusakan akhlak, yang ditimbulkan  karena bohong. Mereka  berpendapat bahwa (apapun  macamnya) kejahatan akhlak  adalah pertentangan yang hebat  yang lebih tinggi levelnya. 

Sampai  pada saat ini, banyak orang yang  berlomba mencari kedudukan dan  kehormatan, atau tidak bertanggung  jawab, mengganggu orang lain,  lalai, lengah, dengki. Singkatnya,  segala macam perangai yang  merusak budi pekerti yang  membawa kerusakan dalam  pergaulan hidup. Semua itu  termasuk bohong dalam perbuatan,  yaitu mendustai atau membohongi  kebenaran dan keadilan yang  mutlak. Clarke dan muridnya, wollatson,  dan Stephen berpendapat sama  dalam hal ini. Semua itu adalah  bohong yang paling luas. inilah  pendapat mereka :

Wollatson menegaskan bahwa  kejahatan akhlak (Karakter) artinya  mengingkari kebenaran dengan  perbuatan. Suatu perbuatan baik  yang dikerjakan atas dasar akhlak,  artinya suatu pengakukan atas  kebenaran. Mencuri misalnya, itu  adalah suatu perbuatan  mendustakan hakikat sebenarnya,  barang yang dicuri bukanlah kepunyaan si pencuri. Perbuatan  baik adalah membenarkan   pangkalnya saja dan meninggalkan  akhir ujungnya, atau sebaliknya. kebenaran dan perbuatan jahat  adalah mendustakanya. 

Stephen berkata “ setelah lebih dari  30 tahun mempelajarinya (  permasalahan ini), maka Wollatson  berikesimpulan bahwa penyebab  yang menjadikan suami tidak  menggelar (menggorok) leher  istrinya ketika sang istri tidur  nyenyak, padahal tidak ada  halangan, ialah karena perbuatan itu  mendustakan kebenaran. Sebab  menurut kebenaran, perempuan itu  berhak hidup” . Oleh karena itu  dapat disimpulkan bahwa kesalahan  budi pekerti adalah kebohongan.

Menurut imam Al-Ghazali, serba serbi bohong dan bentuknya yaitu :

  •  Berlebih-lebihan dalam  memberitakan sesuatu, dari yang  sejengkal dijadikan sehasta, sehasta  dijadikan sedepa. Kalau orang telah  terbiasa dengan begitu, maka  selamanya tidaklah enak baginya lagi jika tidak melebih-lebihkan  (Berita).
  •  Mencampuradukkan yang benar  dengan yang dusta. Baik dalam  perkataan atau dalam perbuatan. 
  •  Memotong-motong kebenaran.  Misalnya mengambil awal 
  • Mengatakan sesuatu yang berlainan  atau berlawanan dengan yang terasa  didalam hati, walaupun hakikatnya  yang dinyatakan itu benar.

Welton, ahli ilmu jiwa berkata “ mencintai  kebenaran semata-mata karena hal tersebut  memang sebuah kebenaran. Ialah bunga  yang indah yang tumbuh dari pohon  kesukaan penyelidik. Adapun kesuburanya,  dengan sendirinya akan datang berangsur-angsur. Gerakan hati ini mulanya  menyatakan diri dengan menghormati  kesukaan menyatakan perasaan, lalu  sesudah itu memberikan keterangan yang  jelas. Anak-anak pada fitrahnya suka  mengatakan serta mengakui suatu  kebenaran. 

Dia tidak akan keluar dari garis  kebenaran jika tidak ada sebab lain yang  mengintervensinya. Mereka mendapat  kata-kata yang benar dengan cara meniru.  Namun, jika mereka berbuat suatu  kesalahan, itu pun karena mereka meniru.  Cara anak-anak meniru itu juga merupakan  kebenaran. Jika anak- anak melihat suatu kejadian atau  mendengar sesuatu lalu diserap ke dalam  otaknya, tentu akan “diterjemahkan”  dengan lidahnya secara benar, dengan  sebenar-benarnya. 

Namun, harus kita  perhatikan, disamping inti sumber  kebenaran , ada hal lain yang ada pula  dalam fitrahnya, yang kerap kali mengubah suatu kebenaran itu dalam pandangan anak anak,. Ada berbagai hal yang  menghilangkan ketenanganya tersebut,  diantaranya hayalan anak-anak atau  perasaan takutnya, atau berkata berlebih lebihan atau carut marut dengan yang  indah. Jadi, jika kita ingin mendengar suatu  kebenaran yang hakiki, tetapi penuh dengan  kebohongan yang indah, temukanlah  dalam perkataan anak-anak.

Aristoteles membagi dusta menjadi  beberapa tingkatan ada yang sangat  berbahaya dan ada yang kurang berbahaya.  Kalau kita ingin berdusta karena martabat  tinggi atau karena ingin masyhur ( Populer)  maka “Dicampur” sedikit dengan dusta  tidak mengapa. Namun, jika dusta  digunakan untuk mengejar harta, inilah  dusta yang paling buruk dan hina.

Menurut J.J Rouseau, bohong terbagi  menjadi dua, yang pertama, bohong yang  berkaitan tentang peristiwa yang sudah  terjadi. Sedangkan yang kedua, bohong  yang berkaitan dengan masa mendatang  tentang kewajiban. Dusta yang pertama  ketika kita menetapkan suatu hukum karena  pertimbangan suatu masalah, ada atau  tidaknya melalui cara yang salah. Kita  mengatakan sesuatu yang berlainan dengan  fakta sebenarnya. Namun, pada waktunya  kita tahu dan sadar atas kesalahan kita,  tetapi kita teruskan saja. 

Dusta yang kedua,  ialah niat hendak memungkiri suatu  kejadian yang akan kita hadapi, misalnya  berjanji. Terkadang ada dusta yang ke tiga,  yaitu gabungan dari keduanya.

Agama menyikap bohong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun